Chapter 3

2.4K 265 18
                                    

"Aarrgghh,"

"Sakura!"

Sebuah lambang muncul dari punggung Sakura, Lazark menatap tidak percaya. Ia tidak merasakan adanya Iblis lain yang datang, tetapi bagaimana bisa Iblis itu membuat tanda kepemilikkan dengan Sakura dalam waktu singkat.

Lazark mencoba menghapus tanda di punggung Sakura, tetapi tanda itu semakin terlihat dan tidak bisa menghilang. Lelaki itu mengumpat, ia tahu benar tanda kepemilikan siapa saja yang tidak dapat ia hilangkan.

Tanda kepemilikkan bergambar sebuah simbol lingkaran sihir, terbuat dari api neraka yang dapat membuat kulit terasa seperti terbakar dan membuat sebuah tanda berupa tato berwarna hitam. Tanda itu dapat di hilangkan jika sang pemilik tanda merupakan kasta di bawah mereka yang ingin menghapus tanda tersebut. Namun, jika setingkat dan lebih kuat dari sang penghapus, tanda itu tidak akan bisa hilang meski harus membuang kulitnya.

Tanda itu akan kembali tumbuh di kulit yang baru, dan tidak akan hilang sampai sang pemilik menghilangkan dengan sendirinya. Sakura jatuh tidak sadarkan diri di pelukan Lazark, wajah pucat Sakura membuatnya mengerti rasa sakit yang wanita itu rasakan.

Lazark menjentikkan jarinya, tubuh Sakura yang polos langsung saja tertutup dengan pakaian yang berasal dari lemari pakaian wanita itu. Dengan hati-hati Lazark merebahkan tubuh Sakura di atas ranjang, ia harus menemui teman-temannya untuk memberitahukan tentang hal ini. Ia harus segera bergerak sebelum sesuatu terjadi.

"Tunggulah di sini," bisik Lazark sambil mengecup kening Sakura.

Lazark memagari kamar Sakura agar tidak ada Iblis yang bisa memasuki barrier miliknya. Segera ia bergegas menemui teman-temannya untuk menceritakan apa yang telah terjadi. Selepas kepergian Lazark, pintu kamar Sakura terbuka dan menampilkan Sean yang baru saja tiba dengan wajah datarnya.

Sean mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar Sakura, tetapi ia tidak mendapatkan apa yang telah mengganggunya sedari tadi. Ia melihat Sakura yang masih asik tertidur pulas di atas ranjang dengan wajah sedikit pucat.

"Nona Sakura, waktunya bangun. Matahari sudah merangkak naik dan Anda masih berada di atas ranjang?!" ucap sang Pelayan tampan dengan suara indahnya.

Tidak ada pergerakan dari tubuh Sakura, hingga Sean memberanikan diri untuk mendekati Sakura dan menepuk pipi mulus wanita itu. Kelopak mata Sakura mulai bergerak dan perlahan terbuka, Sean mengerutkan keningnya saat melihat keanehan pada diri Sakura. Tidak biasanya Sakura terlihat lemah seperti saat ini.

"Nona, apa Anda sedang sakit?" tanya Sean dengan suara lembut.

Sakura belum merespon pertanyaan Sean, ia sedang memikirkan apa yang baru saja terjadi. Punggungnya terasa terbakar hingga membuatnya tidak sadarkan diri, di tambah seseorang yang memeluknya dari belakang saat ia sedang mandi.

Perasaan takut mulai menggelayuti Sakura, rasa tidak tenang dan takut tercetak jelas di wajah wanita cantik itu. Sean mulaa menatap serius sang Nona, ia memegang tangan Sakura sampai wanita itu menyentak keras tangan Sean.

"Pergi!" teriak Sakura tanpa sadar.

"Nona, saya adalah Sean," jawab pelayan itu sambil menatap khawatir Sakura.

Sakura dengan cepat menatap Sean dan napasnya terlihat kembali stabil, Sakura langsung saja menarik Sean dan memeluknya erat. Ia takut, tentu saja. Seseorang yang datang dan memeluknya dari belakang, lalu rasa panas di punggungnya hingga terasa seperti kulitnya terkelupas.

"Tenanglah, Nona, aku di sini akan melindungimu," ujar Sean menenangkan.

Sean Clinton, usia Sean hanya berbeda 3 tahun dari Sakura. Sean diangkat menjadi pelayan pribadi Sakura saat umur Sakura 15 tahun dan saat itu Sean bersekolah di sekolah khusus Butler. Kemampuan Sean membuat Tuan Leonardo memilihnya untuk melayani sang putri.

 Kemampuan Sean membuat Tuan Leonardo memilihnya untuk melayani sang putri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Namun, Trisca selalu meminjamnya dari Sakura. Dan sikap Trisca yang semena-mena pada Sakura membuatnya muak melayani wanita cantik itu. Ia tidak menyukai Trisca yang selalu menempatkan Sakura dalam keadaan bahaya. Hingga sebuah perasaan lain membuatnya semakin tidak menyukai Trisca, Sean mulai mencintai Sakura. Entah sejak kapan perasaan itu muncul, tetapi ia tetap merahasiakan perasaannya dari Sakura. Ia tidak ingin Nona manisnya itu menjauh darinya. 

Sean mengelus lembut surai merah muda milik Sakura, tubuh wanita itu gemetar ketakutan dan ia tidak tahu apa yang telah terjadi pada majikannya. Beberapa kali ia mengutuk  Tuan Leonardo karena telah membuatnya tidak melayani Nona tercintanya dalam waktu tiga bulan.

Mungkin Sakura akan biasa saja, tetapi tidak dengannya. Dunianya kembali terlihat abu-abu saat berjauhan dengan Sakura, dunianya terasa begitu hampa saat tidak mendengar suara Sakura. Inilah yang ia namakan sendiri dengan cinta, dengan lantang ia akan mengatakannya jika ia memang mencintai Sakura. Namun, itu terasa seperti angan-angannya. 

Sean menggelengkan kepala, itu bukan angan-angan, ia adalah seorang bangsawan maka ia pantas mendapatkan Sakura. Ya, ia pantas mendapatkan Sakura, karena ia bukan hanya seorang bangsawan. Apa yang ia inginkan selalu ia dapatkan sejak kecil, maka Sakura akan menjadi miliknya suatu hari nanti.

"Nona, kau baik-baik saja?" tanya Sean dengan nada khawatir, melepas keformalitasn agar Sakura merasa nyaman bersamanya.

"Ya," jawab Sakura singkat lalu melepaskan pelukannya pada tubuh Sean.

Wajah Sean terlihat kecewa saat Sakura melepaskan pelukannya, ia ingin Nonanya terus memeluknya agar ia tahu apakah sang Nona memiliki perasaan yang sama terhadapnya.

"Ada apa kau ke sini? Bukankah kau sedang di bebas tugaskan?" tanya Sakura sambil menyembunyikan raut wajahnya yang ketakutan.

"Aku mengkhawatirkan dirimu," jawab Sean sambil menyipitkan matanya saat melihat Sakura yang sedikit gemetar.

Sakura tersenyum, ia senang saat Sean melepaskan keformalitasnnya saat bersama dengan dirinya. Karena dengan itu ia benar-benar memiliki seseorang yang dekat dengannya. Wanita itu menghembuskan napasnya lega, rasa takutnya telah berkurang dan ia mulai jengkel dengan Lazark yang tidak ada di kamarnya.

"Apa kau bertemu dengan Lazark?" tanya Sakura, Sean mengangkat satu alisnya.

Sean membenci lelaki bernama Lazark yang terang-terangan ingin memiliki Sakura. Dan ia benar-benar membenci kelima temannya yang memandang Sakura sama halnya Lazark memandang Sakura. Mereka menginginkan Sakura, dan tentu saja ia tidak akan membiarkan keenam lelaki itu merebut Sakura darinya.

"Tidak, tidak ada orang di kamarmu saat aku datang. Apa kalian tidur bersama?" tanya Sean sambil menatap tajam Sakura.

Sakura menggeleng kuat, ia tahu Sean tidak menyukai para idola kampus itu. Entah mengapa Sean selalu saja menatap mereka berenam dengan tatapan permusuhan. Lebih baik saat ini ia mencari aman dari cermah panjang lebar  layaknya dosen yang sedang menerangkan betapa layaknya sebuah lukisan di sebuah pameran.

"Bagus, jangan mendekati mereka, mereka berbahaya," jawab Sean.

Pelayan tampan itu bangkit dan berjalan menuju arah pintu,"Aku akan mencari makan siang untukmu," ujar Sean tanpa menoleh.

"Tunggu, aku ikut!" Sakura langsung turun dari ranjang dan mengejar Sean yang menunggunya di depan pintu.

"Tapi, bagaimana jika Trisca melihatmu?" tanya Sakura sambil menoleh ke segala arah memastikan tidak ada adik tirinya yang menyebalkan.

"Katakan saja jika aku sedang berkencan denganmu,"

"Ehh?"

***

Seven Husbands From HellWhere stories live. Discover now