Chapter 9

1.6K 208 16
                                    

Saat itu juga aku berlari meninggalkan rumah dan memasuki mobil range rover milikku. Aku melesat pergi keluar dari Mansion. Membelah angin malam yang dingin menusuk kulit pucatku. Air mataku terus menetes membasahi kedua pipi, hatiku terasa sakit mengingat dengan apa yang dikatakan Ayah padaku. Bagaimana mungkin aku menikahi mereka, mereka yang telah menolongku di kampus dan selalu menjagaku. Oh Ibu. Meski aku belum pernah melihatmu, tolonglah anakmu ini.

Aku menginjak pedal gas mobilku dan melaju dengan kecepatan penuh. Aku tidak peduli jika aku harus mati saat ini juga. Karena pada akhirnya mereka hanya akan melakukan hal gila seperti yang baru saja terjadi.

Hari sudah semakin larut, aku yakin Ayah telah mengerahkan seluruh anak buahnya untuk mencariku dan membawaku pulang. Melewati Atlantic beach bridge dan sampailah aku di pantai Atlantik yang terkenal dengan sejarah Fort Macon, taman negara yang populer dan Benteng Perang Sipil, dan Queen Anne's Revenge, kapal bendera bajak laut Blackbeard yang terkenal. Aku menghentikan mobilku di pinggir pantai Atlantik yang tidak ada seorang pun yang akan datang ke bagian timur pantai.

Air laut yang surut saat malam hari, membuatku mendekat dan menenggelamkan sebagian tubuhku. Seketika aku merasa beban yang kutanggung terangkat begitu saja. Hidup yang melelahkan, ya sangat melelahkan. Aku bahagia? Tentu, tetapi kebahagiaanku hilang, lenyap begitu saja saat aku mendengar ayahku sendiri menjualku.

Ayah tidak segan-segan menjualku dengan enam orang sekaligus. Apa yang sebenarnya Ayah pikirkan. Apa ia ingin membunuhku secara perlahan? Apa aku pernah berbuat salah kepadanya? Atau memang aku tidak diharapkan olehnya?

Pertanyaan-pertanyaan negatif kini membayang di kepalaku. Melumpuhkan sisi akal sehatku, mengikis sedikit demi sedikit hingga sepertinya aku akan menjadi gila.

Tinggi air laut sudah sampai setengah tinggi tubuhku. Kurasakan tubuh ini menggigil kedinginan. Jari jemari tanganku sudah memutih, tapi sakit di hatiku masih saja terasa. Langit hari ini begitu indah, miliaran bintang bertebaran di langit membuat keindahan malam semakin sempurna.

"Nona Sakura! Ya Tuhan. Apa yang Anda lakukan disini? Apa Anda ingin mati kedinginan?!" teriak seorang lelaki di belakangku, tanpa aku melihatnya aku tahu pemilik suara indah itu.

"Bajumu akan basah, Sean." Jawabku saat aku melihat dirinya kini sudah di hadapanku.

"Aku tidak peduli! Apapun akan kulakukan untuk dirimu, walaupun nyawa menjadi taruhannya." jawab Sean lalu menggendongku.

Apa dia bodoh? Dia hanya pelayan pribadiku. Dia tidak dibayar untuk mempertaruhkan nyawanya, bukan?

"Turunkan aku!"

"Tidak, Anda bisa sakit!"

"Percuma bertengkar denganmu,"

"Apa yang Anda lakukan disini, Nona Sakura?" tanya Sean saat sudah menurunkan tubuhku di kursi penumpang.

"Hanya menenangkan diri, bagus kalau aku tadi mati kedinginan. Kau justru datang menggagalkannya," jawabku seadanya.

"Apa yang Anda pikirkan sebenarnya? Mengapa Anda menjadi seperti ini?" tanya Sean yang terlihat kesal, lelaki itu langsung saja menutup pintu mobil dan berjalan memutar duduk di kursi kemudi.

"Bagaimana perasaanmu jika kau menikah dengan enam orang sekaligus?" tanyaku.

"Aku akan sangat senang tentunya. Aku akan dicintai oleh enam orang sekaligus dan hidup bersama serta bercinta sepuasnya. Itu adalah hal yang terindah." Jawabnya polos sambil menjalankan mesin mobil dan menjalankannya.

"Aku serius, bodoh!" jawabku kesal. 

Sean memang orang yang selalu serius, namun kali ini ia bercanda di waktu yang salah.

"Kehidupan memang sulit, semua orang merasa ingin di cintai, tetapi itu sulit di dapatkan. Satu orang belum tentu akan mencintai untuk selamanya, tetapi jika lebih dari satu, sama saja mendapatkan anugerah terindah di dunia. Siapa yang tidak mau di cintai? Bahkan hewan pun ingin di cintai," jawab Sean sambil memandang lurus ke jalan dengan sendu.

"Aku tahu kau mengetahui rencana Ayahku, apa yang harus aku lakukan?" tanya Sakura.

"Rencana apa yang kau maksud, Sakura?" tanya Sean sambil menghentikan laju mobilnya.

"Ayah menjualku pada keenam orang itu!" Sean terdiam cukup lama lalu menjawab.

"Aku tidak akan membiarkanmu jatuh ke tangan para Iblis itu!" aku mendengar Sean yang sedikit menggeram dan membuatku takut.

"Apa maksudmu, Sean?" tanyaku curiga.

Tidak biasanya Sean seperti itu, aku memang selalu bercerita kepadanya dan dengan bijak lelaki itu akan menjawabnya.

"Aku akan melindungimu, meski kau akan membenciku."

Setelah mengatakan hal itu aku melihat iris matanya yang berubah menjadi merah. Tunggu, merah? Aku menahan napasku saat Sean keluar dari mobil dan membuka pintu penumpang sambil menarik tanganku. Saat itu juga aku benar-benar seperti terjatuh ke dalam dunia fantasi.

Sean, pria itu ... memiliki sayap hitam dan dua tanduk muncul dari keningnya. Aku melangkah mundur tetapi ia kembali menarikku ke dalam pelukannya. Mencium keningku dan tersenyum lembut dengan wajah tampannya.

Aku baru menyadari jika Sean pria yang tampan. Tunggu! Dia Iblis, Sakura. Sadarkan dirimu sebelum menyukai pria tampan yang merupakan sesosok Iblis di hadapanmu. Mengapa aku justru terpesona padanya!

"Berhenti menatapku seperti itu, atau aku akan menarikmu ke atas ranjang dan menandaimu dengan keras!" bisik Sean membuat Sakura mengerutkan keningnya.

"Menandai?"

"Making love," 

"Dasar Iblis mesum, lepaskan aku!"

"Tidak akan, aku akan melindungimu dari mereka berenam. Kau tahu? Mereka sama denganku,"

"Apa? Jadi ada enam Iblis yang menginginkanku?"

"Ya, apa kau ingin pergi bersama mereka atau pergi bersamaku?"

"Lakukan apapun, jangan sampai mereka menemukanku!"

"Yes, My lady."

Sayap hitam milik Sean merenggang dan menampakkan sisi keindahan yang belum pernah aku lihat selama ini. Sean langsung saja menggendongku dan membawa terbang dengan diriku yang memeluk erat lehernya. Sebenarnya apa yang aku pikirkan hingga ingin pergi bersama Sean?

Banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan padanya, tetapi keenam iblis itu pasti tahu jika aku pergi di bawa oleh Sean. Apa Sean akan baik-baik saja? Apa Sean dapat melawan mereka? Bagaimana Sean bisa menyamar menjadi pelayan pribadiku? Atau Sean sebenarnya menyukaiku? Sebenarnya apa yang tengah terjadi saat ini? apakah aku sedang berhalusinasi?

"Aku akan menjawab semua pertanyaanmu nanti, sekarang kau harus benar-benar masuk ke dalam wilayahku."

Aku tidak mengerti dengan apa yang di maksud dengan wilayahnya, saat ini aku dapat melihat jika aku dan Sean terbang dengan kecepatan tinggi. Bagaimana jika aku terjatuh? Apa aku akan mati? Lebih baik aku menutup mata dan membiarkan Sean yang sepertinya mengejek diriku dengan tertawa kecil.

"Kita sampai," 

Aku membuka kedua mataku dan mendapati sebuah Mansion besar dengan hutan lebat yang mengelilinginya. Aku merasakan aura dingin yang menusuk hingga tulang saat melihat beberapa pelayan keluar menyambut kami. Atau aku sebut saja mereka Iblis? Karena dari yang aku lihat mereka memiliki tanduk dan sebuah ekor.

"Sean,"

"Ada apa, Sakura?"

"Apa aku sedang bermimpi?"


***

Seven Husbands From HellWhere stories live. Discover now