Chapter 4

2.2K 268 9
                                    

Sakura memasuki kamarnya setelah Sean mengantarkannya hingga depan pintu asrama, Sean langsung pergi saat melihat Trisca berlari mendekati mereka berdua. Sakura hanya tertawa kecil mengingat Sean yang langsung pergi dan tidak ingin bertemu Trisca. Di bukanya pintu kamarnya yang tidak terkunci, Sakura mengerutkan keningnya, seingatnya ia sudah mengunci pintu kamar sebelum pergi. Membuka pintu, Sakura mendapati enam orang idol kampusnya tengah duduk dengan raut wajah yang serius.

"Sedang apa kalian di kamarku?" tanya Sakura sambil menutup pintu kamarnya.

"Dari mana saja kau pergi?" Lazark bertanya dengan raut wajah menahan amarah.

"Mencari makan siang bersama Sean," jawab Sakura sambil duduk di tepi ranjang.

"Ada apa?" tanya Sakura sekali lagi.

"Mulai saat ini hubungi salah satu dari kami jika kau ingin berpergian," jawab Viper, Sakura membulatkan kedua matanya.

Jarang sekali mereka bersikap protektif padanya, biasanya juga mereka akan pergi meninggalkannya lalu kembali seperti biasa. Sakura meraba pungunggungnya, ia mulai berpikir sikap mereka ada hubungannya dengan rasa sakit di punggungnya tadi pagi.

"Apa karena rasa sakit di punggungku?" tanya Sakura menatap keenam lelaki itu satu persatu.

Ia baru menyadari jika ada Viper di sana, lelaki tampan dengan gaya seperti bangsawan itu jarang sekali bertatap muka dengannya. Di tambah kenangan yang tidak menyenangkan pernah melintas di kepalanya setiap memperhatikan Viper.

"Jika kau sudah tahu lebih baik turuti kami, kami akan menjagamu," jawab Shin, Sakura sedikit tertawa kecil.

'Menjaga? Bahkan saat ada Lazark di dekatku saja ia tidak bisa berbuat apapun!' protes Sakura dalam hati.

Sakura lebih memilih mengangguk, meski ia tahu hari-harinya akan semakin berat jika mereka terus menempel dengan dirinya. Bagaimana tidak, pasti seluruh wanita di kampusnya akan semakin membencinya. Menghela napas, ia tidak bisa menolak perintah Viper, lelaki yang memiliki pengaruh besar terhadap kampusnya. Ia justru akan menjadi bahan bulan-bulanan yang lain jika tidak menuruti ketua dewan kampus.

"Baiklah, aku mengerti. Lalu, apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Sakura kini menatap Mysth yang sedari tadi diam.

"Menandaimu," jawab Mysth singkat.

"Menandaiku?" Sakura membeo, ia tidak mengerti perkataan Mysth.

"Kami tidak akan menyerahkanmu pada Iblis lain, kau hanya milik kami dan kau terlahir untuk kami!" jawab Viper yang langsung bangkit berdiri dari duduknya.

"Iblis lain?" Sakura menatap tidak mengerti ke arah Viper yang berjalan mendekatinya.

Viper tersenyum saat melihat wajah polos wanita di hadapannya, sedangkan Sakura yang mulai ketakutan akan tatapan Viper beranjak mundur di atas ranjang. Kamarnya adalah lantai tiga, jika ia melompat untuk melarikan diri lewat jendela, sudah pasti kakinya akan patah. Namun, perasaan takut lebih besar tertuju pada keenam lelaki itu dari pada rasa sakit saat melompat dari lantai tiga.

"Sebenarnya apa yang ingin kalian lakukan?" tanya sakura mencoba memberanikan diri dari tatapan intimidasi para lelaki itu.

Viper menarik tangan Sakura hingga membuat tubuh wanita itu tersentak maju ke depan. Dengan cepat Viper melumat bibir Sakura dan membisikkan kalimat-kalimat dengan bahasa aneh di telinga Sakura.

"Argh!" belum sempat terkejut, kini punggungnya mulai kembali terasa terbakar hingga ke dalam tulang.

"Bertahanlah, sayang." Bisik lazark yang sudah berada di belakangnya tanpa berjalan melewati Viper.

Lazark memeluk Sakura dari belakang dan mulai mengecup pundak wanita itu. Rasa panas bertambah di tempat yang berbeda, Sakura kembali berteriak, tetapi di bungkam oleh bibir Shin. Tangan lentiknya langsung merobek pakaian Sakura untuk memperlihatkan punggung Sakura yang kini mulai bersinar karena api neraka.

Menangis, hanya itu yang bisa di lakukan Sakura. Namun, ia hanya diam sambil mengeluarkan air mata saat mereka berenam mulai menciumi seluruh tubuhnya. Di tambah rasa panas dan sakit yang luar biasa, ingin sekali Sakura tidak sadarkan diri. Tetapi, rasa sakit itu begitu nyata. Tubuhnya kini terpelungkup di atas ranjang dengan pakaiannya yang telah di sobek oleh Shin dan yang lainnya.

Rasa sakit, malu dan kecewa menjadi satu, kini Sakura menyadari jika mereka semua bukanlah manusia biasa. Sakura dapat merasakan tangan dingin mereka yang menyentuh kulit punggungnya. Rasa panas itu menghilang. Namun, ia tahu pasti akan terjadi sesuatu yang besar setelah ini. Tubuhnya di tahan oleh kedua tangan Shin dan Lazark, Viper justru menduduki pinggulnya agar tidak dapat bergerak banyak.

Napas Sakura terengah-engah saat rasa sakit itu mereda, ia kelelahan menerima rasa sakit hingga enam kali di sekujur punggungnya. Sakura mulai merasakan tubuh Viper mulai mensesajarkan dengan punggungnya. Lelaki yang ia benci, tetapi ia tidak tahu apa yang ia benci dari Viper.

Rasa itu telah ada beberapa tahun lalu, tetapi sekali lagi Sakura tidak mengetahui apa yang terjadi padanya. Ia merasa baru bertemu dengan Viper dan yang lainnya setelah memasuki kampus. Napas dingin Viper terasa dari punggung menuju telinganya, Sakura memaki dalam hati saat Viper mendapatkan bagian sensitifnya.

"Dengan begini kami dapat menikahimu tanpa ada halangan," bisik Viper sambil mengecup pipi Sakura.

"A-apa?" akhirnya Sakura bisa membuka suaranya.

Viper tersenyum dengan kedua tangannyannya yang kini menelusup ke perut Sakura, perlahan tangan itu naik hingga membuat tubuh Sakura menegang.

"Menyingkir dariku!" desis Sakura, ia tidak bisa berteriak karena kelelahan.

Viper tidak mendengar, sedangkan yang lainnya tersenyum penuh arti ke arah wanita itu. Viper menangkup kedua gundukan miliik Sakura sambil sedikit meremasnya.

"Viper!" pekik Sakura sambil mencoba memberontak, tetapi tidak ada hasil.

"Ingat ini baik-baik, Sakura. Kau adalah Ratu kami, pasangan hidup kami dan milik kami. Kami Raja dan pangeran Iblis, tidak akan memberikanmu pada Iblis lain!" bisik Viper.

Sakura tidak mengerti, yang ia mengerti adalah mereka bukan manusia. Lalu harus menikah dengan mereka semua, Sakura ingin lari dari kenyataan yang menimpa dirinya saat ini. Sakura kembali mencoba bergerak, ia ingin lari sejauh mungkin dari mereka berenam. Jika bisa, ia akan pergi ke Gereja untuk berlindung.

"Jangan sia-siakan tenagamu untuk lari dari kami, Sakura. Kami sudah menandaimu, jadi kau tidak akan pernah lepas dari kami!" ujar lazark sambil menyeringai menatap Sakura yang tidak berdaya.

"Sekarang, waktumu untuk istirahat dan melupakan kejadian hari ini," ujar Viper sambil menarik tubuh Sakura untuk bangun.

Kedua tangannya masih menangkup dada Sakura, tubuh bidangnya ia dekatkan ke punggung wanita itu agar tidak dapat bergerak dengan leluasa.

"Mysth," panggil Viper.

Mysth melangkah maju dan menaikkan sedikit dagu Sakura agar menatap dirinya. Sakura menatap Mysth penuh harap, ia berharap Mysth akan menolongnya meski dia adalah Iblis sekalipun. Namun, harapannya terbang di bawa hembusan angin yang masuk melalui jendela kamar yang sedikit terbuka.

Mysth menciumnya, pria yang ia anggap seperti kakaknya itu menciummnya begitu lembut hingga Sakura terbawa permainan Mysth. Tangan kanannya menekan tengkuk leher Sakura dengan perlahan. Sampai tubuh Sakura terasa lemas dan kesadarannya menghilang sepenuhnya. Mysth tersenyum, ia telah berhasil mengambil memori kejadian hari ini dari ingatan Sakura. Dengan sekali jentikan jari Mysth, Sakura kembali berpakaian seperti sebelumnya.

"Jangan sampai Sakura mengingat hal ini," ujar Viper sambil mengecup bibir Sakura.

Ia merebahkan tubuh Sakura di atas ranjang dengan hati-hati, Viper mentap rekan-rekannya sejenak lalu menghilang dengan angin hitam yang menyelubungi tubuhnya. Di sana hanya tertinggal Shine yang akan menjaga Sakura, lelaki itu tersenyum lebar lalu merebahkan tubuhnya di samping Sakura.

"Aku tidak sabar membawamu pergi ke Istana, wahai Istriku."


***

Seven Husbands From HellWhere stories live. Discover now