Chapter 5

2.1K 241 4
                                    

Sakura sedang melukis pemandangan danau di depannya, pagi-pagi sekali ia terbangun dengan tidak mengingat apapun. Di sisinya sudah ada Shine yang terlelap dalam tidurnya saat ia terbangun, tetapi entah mengapa kepalanya terasa sakit dan ia butuh banyak oksigen di pagi hari. Dan di sinilah ia berada, melukis indahnya danau di pagi hari. Dengan terpaan cahaya sinar matahari yang memantul di permukaan air.

Jemari lentiknya terus mewarnai kanvas dengan cat minyak yang ia bawa. Merasakan ketenangan saat melukis adalah salah satu cara untuknya melepas beban pikiran. Hingga jemari lentik itu berhenti saat ia melihat seorang pria tampan yang memandang ke arah danau dengan senyuman hangat di wajahnya. 

Selama beberapa detik Sakura terus memperhatikan pria itu, sampai ia tidak sadar jika pria itu kini menatapnya dengan tatapan lucu. Sakura langsung mengalihkan perhatiannya saat pria itu berjalan mendekatinya. Pria itu mendekat lalu berjalan kebelakang Sakura, melihat lukisan yang wanita itu buat hanya dalam sekali lihat.

"Lukisanmu sangat indah," puji pria itu sambil tersenyum menatap lukisan milik Sakura.

"Be-benarkah?" tanya Sakura ragu, pria itu mengangguk.

"Namaku Sebastian Lacretia, dan namamu?" pria itu mengulurkan tangannya dengan senyuman yang tidak hilang.

Sakura menyambut uluran tangan Sebastian sambil tersenyum,"Sakura, namaku Sakura Michaelis," jawab Sakura yang tertular dengan senyuman Sebastian.

Sebastian memilih duduk di sisi Sakura sambil menatap ke arah danau, Sakura yang tiba-tiba canggung kembali menggerakkan jemari lentiknya untuk mewarnai kanvas di depannya.

"Kau punya cita-cita?" tanya Sebastian meretakkan keheningan di antara mereka berdua.

"Sepertinya," jawab Sakura terdengar ragu. "apa kau memiliki cita-cita?" wanita itu berbalik menanyakan hal yang sama tanpa menoleh.

"Ya, apa cita-citamu?" jawab Sebastian yang mulai tertarik dengan wanita di sebelahnya.

"Mungkin ... kebebasan, bagaimana denganmu?" jawab Sakura yang menyelesaikan lukisannya.

"Menikah dengan wanita yang aku cintai," jawab Sebastian tanpa ragu, Sakura tertawa kecil lalu menoleh ke arah Sebastian yang menatap dirinya.

"Cita-cita yang aneh, kau bisa saja langsung menikahinya, bukan?" Sebastian menggeleng pelan lalu tersenyum kecut.

"Ia di kelilingi para pria tampan, meskipun aku dapat menendang mereka semua. Namun, aku tidak berniat di benci oleh orang yang aku cintai." Jawab Sebastian sambil menatap sendu ke arah danau.

Sakura tidak mengatakan apapun, ia tidak tahu harus menjawab apa. Cinta, satu kata tabu dalam hidupnya. Ia sering mendengar cerita orang-orang yang menikah bukan karena mereka saling mencintai. Mereka hanya saling membutuhkan karena satu sama lain yang juga menguntungkan. Married with benefit atau Relationship with benefit, cinta adalah nomor kesekian setelah semua itu terpenuhi.

"Apa kau pernah mencintai seseorang?" tanya Sebastian, Sakura menoleh lalu berpikir.

Ia merasa tidak pernah mencintai seseorang dalam arti yang sebenarnya, tetapi bayangan Mysth muncul di kepalanya. Bayangan saat mereka masih kecil bermain bersama-sama, tanpa sadar Sakura mematahkan alat lukis miliknya.

Ctak

'Aku mencintaimu, Sakura.'

'Cinta?'

'Ya, apa kau juga mencintaiku?'

'Aku juga mencintai Mysth.'

Sakura memegang kepalanya yang terasa sakit, kenangan itu muncul di kepalanya. Kenangan yang di hapus oleh Mysth kini muncul kembali. Sebastian yang melihat raut wajah Sakura memucat langsung saja memegang tangan wanita itu lembut.

Seven Husbands From HellWhere stories live. Discover now