Chapter 13

1.6K 193 15
                                    

"Ayah!" panggil Trisca yang baru saja datang ke Mansion. 

Ia baru mendengar kabar jika saudara tirinya akan menikah dengan enam orang sekaligus, sebelumnya ia justru senang karena dengan itu Sakura akan terlihat seperti wanita murahan yang mau menikahi banyak pria. Tetapi, lain lagi ceritanya saat ia mengetahui siapa yang akan dinikahi oleh saudaranya.

Para Pangeran kampus, lebih baik jika dirinya saja yang dinikahkan oleh mereka. Tidak peduli pada perusahaan, harta, dan warisan yang akan jatuh ke tangannya. Bersama dengan keenam pria tampan itu saja juga sudah cukup untuknya. 

Leonardo yang sedang berada di ruang kerjanya mendengkus kasar, ia melempar berkas di tangannya ke atas meja saat melihat putri tirinya memasuki ruangan. Kedua tangan pria itu terlipat di depan dada. Kali ini apa yang harus ia lakukan untuk membuat putri manjanya itu diam.

"Ada apa?" tanya Leonardo.

"Gantikan Kakak dengan diriku!" jawab Trisca dengan napas memburu.

"Tidak bisa," jawab Leonardo singkat.

"Tapi, Ayah. Kakak tidak pantas bersanding dengan mereka!" Leonardo menatap tajam Trisca.

"Kau ... benar, Sakura tidak pantas bersanding dengan mereka." Jawab Leonardo sambil memikirkan bagaimana nasib anak kandungnya.

"Kalau begitu, biarkan aku yang menggantikannya. Kakak seharusnya yang mewarisi semua ini, bukan?" Leonardo menoleh ke arah Trisca.

"Diam dan aku harap kau tidak lagi membahas perihal pernikahan kakakmu!" jawab Leonardo tegas dengan nada tidak ingin dibantah.

Trisca menundukkan wajahnya, ia kesal dengan jawaban Ayah tirinya. Bagaimana pun ia harus mendapatkan tempat itu, tempat dimana dikelilingi para pria idaman. Trisca membalikkan tubuhnya dan bergegas pergi dari ruangan Leonardo, ia dengar Sakura telah kembali ke Mansion. Dengan langkah cepat, Trisca menaiki lantai tiga untuk ke kamar Sakura.

Sesampainya di depan pintu kamar Sakura, Trisca mendengar desahan-desahan sensual dengan suara Sakura. Dengan perlahan, Trisca membuka pintu kamar Sakura dan mulai mengintip. Kedua matanya terbelalak saat melihat Sakura yang di kelilingi keenam idola kampusnya. Ia dapat melihat tubuh keenam pria itu yang tidak memakai sehelai benang pun dan secara bergantian menyetubuhi Sakura.

Trisca dengan perlahan menutup pintu kamar Sakura, melihat Sakura yang digilir seperti itu membuatnya juga ingin merasakan kenikmatan duniawi. Dengan cepat ia turun ke lantai dua yang merupakan kamarnya. Trisca menghembuskan napasnya perlahan, ia harus memikirkan cara untuk menyingkirkan Sakura. Jika tidak bisa, setidaknya ia dapat merasakan sentuhan lembut dari mereka semua.

Keesokan paginya, Trisca tidak melihat Sakura di meja makan. Di tambah para Pangeran kampusnya juga tidak turun hanya untuk sarapan dan menyapa Ayah dan Ibunya. Seorang pelayan terlihat membawakan troli menuju lift untuk di bawa pergi ke lantai tiga. Trisca menoleh ke arah Leonardo, pria tua itu terlihat tidak peduli tidak adanya Sakura di meja makan.

"Ayah, di mana Kakak?" tanya Trisca yang berpura-pura tidak tahu.

"Sakura sedang sakit, jangan mengganggunya." Jawab Leonardo tanpa menoleh.

Trisca hanya bisa menggerutu dalam hati, ia akan menemui Sakura setelah Leonardo berangkat untuk pergi ke kantor. Wanita itu menoleh ke arah Ibunya yang hanya diam dan memakan sarapannya begitu santai. 

'Tidak ada harapan meminta bantuan Ibu,' batin Trisca berteriak jengkel.

Setelah selesai sarapan, Trisca kembali ke kamarnya untuk menunggu Leonardo pergi. Setelah ia melihat mobil Leonardo meninggalkan halaman, Trisca segera bergegas naik ke lantai tiga untuk menemui kakak tirinya. Sedikit ragu, Trisca mengetuk pintu dengan sedikit kencang.

"Kakak, ini aku."

"Masuklah."

Terdengar jawaban Sakura, Trisca membuka pintu sambil melihat sekitarnya. Tidak ada orang lain selain Sakura yang tengah memakan buburnya di atas ranjang. Wajah pucat Sakura membuat wanita itu terlihat begitu miris, dalam sehari wajah Sakura sudah menjadi lebih tirus dan seperti mayat hidup.

"Kakak tidak apa-apa?" tanya Trisca, entah apa yang terjadi dengan Sakura, Trisca menjadi ragu akan tujuannya.

"Jarang sekali kau mengkhawatirkan diriku, apa mau mu kali ini, Trisca?" jawab Sakura.

"Aku mendengarkan berita pernikahan Kakak dari Ayah, aku tahu itu tidak adil untukmu. Apa kau sudah mencoba menolaknya?" tanya Trisca dengan raut wajah yang khawatir.

Sakura menghabiskan dengan cepat sarapannya dan meletakkan mangkuk bubur itu di atas nakas. Ia meminum segelas air mineral hingga tandas, lalu menoleh ke arah Trisca. 

"Sudah aku lakukan," jawab Sakura yang mengerti jika adik tirinya itu ingin menggantikan tempatnya.

Siapa yang akan menolak menikah dengan enam lelaki tampan sekaligus? Tidak ada. Termasuk Sakura, jika saja yang ia nikahi benar-benar manusia. Sayangnya Sakura tahu keenam lelaki itu bukanlah manusia.

'Kau adalah manusia pilihan untuk mengembalikan kejayan bangsa Iblis, Sakura.'

'Tenang saja, kami mencintaimu dan akan selalu mencintaimu. Kau adalah satu-satunya wanita yang kami cintai.'

Perkataan para Iblis itu terngiang di kepala Sakura, karena mereka sudah bersama-sema selama beberapa tahun ini, Sakura akan mempercayai mereka semua.

"Lalu, bagaimana pendapat Ayah?" tanya Trisca.

"Pria tua itu memberikan keputusan pada mereka, jika kau ingin menggantikanku ... maka, kau hanya perlu merayu mereka."

Trisca terdiam sejenak, memikirkan langkah selanjutnya. Trisca tahu jika ia pasti tidak akan mendapatkan keenam lelaki itu dengan mudah. Ia akan mencari jalan apapun untuk mengubah pendirian keenam lelaki itu.

Sakura hanya diam sambil menyeruput teh hangat miliknya, ia percaya jika keenam pria itu tidak akan menganggap Trisca ada. Sejak dulu mereka selalu memusuhi Trisca entah mengapa, ia butuh ingatan masa lalunya kembali untuk mengingat mereka semua. Agar ia juga dapat mengetahui perasaannya kepada keenam lelaki itu.

Tetapi ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tiba-tiba saja ia mengingat seseorang yang pernah bertemu dengannya di danau kampus. Sebastian Lacretia, ia mencoba mencari nama itu di internet dan mendapati sesuatu yang membuatnya membuka mata lebar-lebar. Keluarga Lacretia yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu, kini penerus sahnya adalah Sebastian Lacretia. Nama yang sama dengan pendiri keluarga bangsawan Lacretia di Italia, tetapi wajahnya yang Asia membuatnya tidak terlalu di kenali di Italia.

Sakura tidak menyangka dapat bertemu dengan lelaki hebat seperti Sebastian. Sakura kembali menatap adik tirinya yang sedang terlihat berpikir. Tidak lama lagi mereka akan kembali, jika melihat Trisca berada di kamarnya, pasti mereka akan menyeret adiknya keluar dari kamar.

"Pergilah, aku ingin istirahat."

"Tapi, mengapa tubuhmu bisa menjadi seperti zombie, Kakak?" 

Sakura terdiam sejenak, seburuk itukah kondisinya saat ini. Melihat kedua tangannya yang memucat, membuatnya mendengkus kesal.

"Mungkin penyakit mematikan, pergilah jangan membuatku sakit kepala," jawab Sakura asal.

Trisca hanya mengerucutkan bibirnya, ia tidak begitu peduli dengan penyakit mematikan. Tetapi ia peduli jika nanti ia mendapatkan mereka semua, apa ia akan menjadi seperti Sakura atau karena Sakura saja yang lemah.

Trisca segera keluar ruangan saat ia merasakan aura aneh di sekitarnya, entah mengapa ia merasa takut dan ingin segera keluar. Saat ia ingin menutup pintu ia melihat sesuatu yang terbang dengan sayap hitam mendekati Sakura yang sedang berbaring dan menutup kedua matanya. Sosok itu menyentuh wajah Sakura dan mencium kening wanita itu dengan lembut, sampai sosok itu menoleh ke arah Trisca yang masih mengintip di pintu kamar.

Dengan cepat Trisca menutup pintu dan berlari menuruni tangga, wajah yang menyeramkan itu membuatnya tidak bisa berkata-kata. Ia memasuki kamar dan menguncinya dengan rapat, Trisca melangkah mundur ke belakang dan menabrak sesuatu. Ketika ia menoleh ia mendapati Sean yang menyeringai ke arahnya.

"Ada apa dengan raut wajah bodohmu itu, Trisca?"


***

Seven Husbands From HellWhere stories live. Discover now