Matematika.

8.4K 298 17
                                    

Ugh, Sekarang waktu matapelajaran yang paling ku benci di dunia ini, Matematika !

Aku menopang daguku dengan sebelah tanganku. Nate-atau nama penuhnya Natasha Zulviana- sedang sibuk menyelesaikan soal dari Bu Kar.

"Woi, lu udah selesai belom ?" Soal Nate sambil menyiku lenganku.

Aku menggeleng. "Gue males, tet."

Nate memutar bola matanya. Ini sudah menjadi kebiasaanku. Aku sebenarnya enggak malas. Cuman otakku lelet mencerna informasi lagi-lagi matematika.

"Delia, ayo kerjain soal nomor 3 !"

Mati. Soal nomor 1 belum. Apalagi nomor 3. Aku menarik buku Nate dengan paksa. Nate yang menahan buku nya akhirnya membenarkanku ketika melihat wajah memelas ku.

"Delia, jangan menyontek" Bu Kar seperti tahu yang aku mengambil buku Nate. Aku bangkit dari kursi. Pasrah.

Setelah mengambil spidol dari tangan Bu Kar, aku menatap soal yang tertulis di papan putih seperti orang dungu.

-3m + 4n - 6 - 7n - 8m + 10

What the heck question was that ?

"Ayo kerjakan, Delia" ujar Bu Kar yang menanti jawabanku.

Aku masih diam. Tak bergeming. Aku hanya berharap keajaiban datang.

Aku membuka tutup spidol dan....

Tok ! Tok ! Tok !

Terdengar sebuah ketukan dari pintu.

Yeay! Keajaiban itu datang !

Bu Kar menoleh ke pintu. "Masuk !"

Seorang anak laki-laki yang tak pernah kulihat melangkah masuk ke dalam kelas.

"Anak-anak, hari ini kita ada murid baru" kata Bu Kar. "Ayo kenalkan dirimu, nak"

"Namaku Fathir. Fathir Khuarizmi. Pindahan dari SIS" Anak itu kemudian tersenyum tipis. Seluruh kelas berbisik-bisik. Aku yang berada di depan papan tulis diabaikan. Bu Kar juga tidak memerhatikanku. Ia sedang berbicara dengan anak baru itu. Aku perlahan-lahan berjalan ke tempat dudukku.

"Delia, kamu mau ke mana ?" Belum sempat aku melabuhkan punggungku, Bu Kar memanggilku kembali.

Aku hanya menyengir tanpa rasa bersalah sambil berjalan ke depan. Mengambil kembali spidol yang kuletakkan beberapa detik yang lalu.

Aku menatap soalan yang seakan tak memberikan inspirasiku untuk menjawabnya. Lima menit berlalu, aku kehabisan akal.

Bu Kar sudah menyerah dengan sikapku. "Ya sudah, Delia"

"Ayo Fathir. Kamu kerjain soal nomor 3. Delia, kamu liat cara Fathir menyelesaikannya" Bu Kar berkata lagi.

Aku mematung di situ sedangkan anak baru yang dipanggil tadi berjalan ke depan.

Dia mengambil spidol yang ada di meja guru dan mula menuliskan sesuatu-yang tak ku kufahami-di papan tulis.

Aku berdiri di kirinya merenung tangannya yang sedang menulis jawaban dengan jidat berkerut. Dia memandang sekilas kepadaku. Mungkin karena canggung diliatin.

Dia punya sepasang mata yang indah.

Itu fitur yang ku hafali dari wajah datarnya. Sepasang mata yang indah dengan bulu mata lentik-tanpa maskara yang pasti. Entah aku kedengaran seperti psikopat atau tidak.

"Bagus, Fathir" pujian Bu Kar kepadanya membuyarkan lamunanku. Oh. Jadi namanya Fathir.

Fathir berjalan ke tempat duduknya sejurus setelah menuliskan jawaban itu. Aku menatap punggung laki-laki itu.

Sekali lagi aku tak dapat melupakan itu. Matanya yang indah.

Dan wajah datarnya yang menusuk.

Author Note

Seharusnya di publish minggu depan tapi karena ada janji dengan seseorang jadinya hari ini deh -.-'

Anyway, aku belum punya pengalaman di wattpad. Jadi ceritanya memang agak aneh :) Vomments kalau mau

Miss Idiot & Mr. Newton [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang