-Limit Waktu-
♥Happy Reading♥
.
.
.
Rama menatap lurus ke depan, pandangannya menembus jendela, menerawang jauh pada awan Nimbostratus yang menjuntai ke permukaan. Gumpalan tebal bernuansa kelabu yang menutup langit itu perlahan terkikis dan saling berbaur seiring proses presipitasi yang terus berlangsung.
Hujan di jam pelajaran terakhir memang waktu terbaik untuk tidur--bila saja tidak ada tugas yang harus segera dikumpulkan.
Tidak seindah jam kosong di awal hari tadi, penutup kuliah siang ini lumayan menguras pikiran dan batin. Biofarmasi Lanjutan.
Rama terus bertanya sedari tadi, apa yang harus dilanjutkan? Materi dasar yang di pelajarinya 2 semester silam sudah membatu di kepalanya.
Kenapa juga dosen-dosen hobi membahas pelajaran yang sudah lewat? Yang lalu biarlah berlalu, move on dong! Rama merutuk dalam hati.
Topik yang dibahas sebenarnya cukup menarik--bahkan untuk Rama yang alergi pelajaran. Materi stabilitas sediaan. Bagi Rama, bisa menentukan tanggal kedaluwarsa suatu obat adalah hal yang cukup keren, namun begitu dihadapkan dengan persamaan matematis dari perpaduan teorema deferensial dan logaritma, kuriositasnya lenyap seketika.
Rama ingin menjaga kesehatan mentalnya dengan tidak mengurusi rumus-rumus matematis yang bisa membinasakan sel otak dan lebih memilih menyaksikan parade air hujan turun ke bumi. Rama tak habis pikir, kenapa matematika selalu hadir di tiap lini kehidupan? Di laut ada prinsip Archimedes, di darat ada hukum Newton, di udara ada asas Bernoulli, bahkan di luar angkasa ada aturan Kepler. Pantas saja manusia di dunia ini semakin perhitungan.
Lima soal penentuan expired date bahan obat kini terpampang di layar semu hasil pantulan proyektor kolot yang pencahayaannya berpotensi merusak penglihatan. Rumy--sang ketua angkatan hari itu kalah rebut jatah LCD lagi dengan jurusan lain. Sekilas Rama melirik teman-temannya yang kesusahan membaca tulisan di sana. Edward bahkan berulang kali mengusap matanya yang berair.
Kasihan bule albino ini, pasti karena kekurangan melanin tubuhnya jadi sensitif cahaya. Oke! Sehabis praktikum nanti Rama akan membeli proyektor baru khusus untuk kelasnya.
Suara sobekan kertas serentak terdengar. Jangan salah, meski hanya lima soal, jawabannya habis berlembar-lembar. Sebagai orang yang peduli pada kelestarian alam, Rama bertekad akan menghemat kertas dengan menjawab seringkas-ringkasnya. Setidaknya satu pohon bisa terselamatkan, apalagi sekarang musim banjir dan longsor, bumi butuh akar pohon untuk menahan massa tanah dan bebatuan.
"Rean, kira-kira soal ini mengukiti aturan reaksi orde 1 atau orde 0?"
"Karena penurunan konsentrasinya konstan, artinya reaksi orde 1."
Rama hanya memainkan pulpen di tangannya ketika Chelia dan Rean mulai berdiskusi. Konstan? Orde 0? Orde 1? Apa lagi itu? yang Rama tahu hanya orde lama, orde baru, dan reformasi.
Seperti biasa, pembagian tugas pun dilakukan. Soal kategori sedang dikerjakan Edward dan Naya sementara kategori berat dikerjakan Chelia dan Rean. Yang lain mengambil peran sebagai tim pendukung. Cassy membuat sampul, Erva membuat garis margin, sedang Rama membantu dengan doa.
"Ini jawaban nomor tiga. Tulis saja dulu, penjelasannya belakangan, biar hemat waktu." Rean menyodorkan kertasnya.
"Nggak usah repot-repot Rean, nggak dijelaskan juga nggak apa-apa," kata Cassy melepas sebelah headset-nya. Lantunan lagu galau yang hampir diputarnya seminggu belakangan sejak putus dengan Vino--mantan pacarnya--sayup-sayup terdengar.
![](https://img.wattpad.com/cover/163916496-288-k351388.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Prescriptio☕
Mystery / ThrillerMenjadi mahasiswa farmasi yang super sibuk seolah cobaan yang belum cukup bagi Rama dan kawan-kawannya. Berbagai kejadian misterius terjadi pada orang-orang yang memiliki masalah dengan salah seorang di antara mereka. Ketika persahabatan diuji oleh...