24. Aegis☕

1K 144 149
                                    

-Dreamcatcher-

~♥Happy-Reading♥~

.

.

.

Jam 3 dini hari seringkali diidentikkan dengan sesuatu yang mistis. Orang-orang menyebutnya Withcing Hour. Konon katanya, pada waktu tersebut sekat yang membatasi dunia hidup dan dunia mati menjadi sangat tipis, bahkan terkadang saling berbaur. Beberapa mitos pun menyakini bahwa penyebab seseorang terbangun di jam-jam tersebut adalah karena sedang diperhatikan "sesuatu" yang tak kasat mata.

Tapi untuk seorang yang mengedepankan logika seperti Arya, satu-satunya makhluk tak kasat mata yang bisa diterima akal pikirannya adalah kaum bakteri dan jasad renik. Arya menyakini sesuatu yang ghaib, Arya mengimani pencipta berikut makhluk ciptaannya yang lebih dulu diberi hak hidup sebelum manusia. Namun baginya, ada tata ruang dan pengaturan waktu yang menakrifkan kehidupan mereka.

Arya membuka mata sambil mengerang tertahan. Jam di nakas menunjukkan pukul 3 lewat beberapa menit. Sedikit menyalahi prinsipnya, Arya merasa ada yang tidak beres. Laptop dan berkas-berkasnya yang semula berantakan kini tertata rapi di atas meja. Ponsel dan tablet pc yang seingat Arya digunakannya sebelum jatuh tertidur juga tergeletak di nakas. Lebih mengejutkan lagi, separuh tubuhnya terasa keram. Seperti sedang ditindih sesuatu.

Arya pernah mendengar fenomena sleep paralysis. Dari sudut pandang medis, gejala tersebut diakibatkan oleh tumpang-tindahnya aktivitas otak yang menyebabkan tubuh tersentak dan terjaga dari tidur tahap REM alias tidur nyenyak. Keadaan setengah sadar tersebutlah yang mengakibatkan tubuh terasa kaku, napas sesak, dan kesulitan berbicara. Pikiran yang masih mengawang pun menimbulkan berbagai efek halusinasi, apalagi dipicu oleh praduga yang berkaitan dengan hal-hal supranatural.

Dengan tenang Arya berusaha sebisa mungkin merasionalkan pikiran. Terdengar suara hembusan napas teratur di sisi kirinya. Arya menengok dan menemukan Rama yang tengah terlelap dengan mendekap lengannya. Sebelah kaki adiknya itu pun melingkar memeluk badannya.

"Pantas tubuhku keram begini! Dasar anak nakal! Dia pikir aku ini bantal guling!" Arya menggerutu, namun sorot matanya tidak menampakkan itu.  Hatinya dipenuhi rasa haru menyadari Rama lah yang telah membenahi kamarnya dan menyusun berkas-berkasnya. Arya pun yakin Rama yang menyangga kepalanya dengan bantal dan membalut tubuhnya dengan selimut. Karena jangankan melakukan itu, kenyataan bahwa dirinya telah melakukan hal yang dinamakan tidur saja baru Arya sadari setelah terbangun barusan.

"Ngg ...." Rama meracau dalam tidurnya. Keningnya bertautan dengan deru napas memburu. Seperti tengah bermimpi buruk.

Arya berlekas memutar tubuhnya, dengan sebelah tangannya yang satu, ia menepuk-nepuk punggung Rama dalam tempo lambat dan berirama. Arya ingat pernah melakukan hal serupa dulu sekali. Saat Rama masih anak kecil yang seringkali merengek minta ditemani tidur.

"Tenanglah, adik kecil ...." Arya menyebut Rama dengan panggilan kesayangannya dahulu sembari menyapu keringat dingin di pelipisnya.

Perlahan Rama pun mulai tenang kembali. Arya tetap menepuk-nepuk punggung adiknya itu sampai deringan ponselnya menjeda.

Bila saja bukan seseorang dari belahan bumi lain dengan zona waktu jauh berbeda, Arya sudah tentu akan mengumpat mendapat panggilan di waktu menjelang subuh tersebut.

"Selamat sore, Arya anakku."

"Selamat subuh, Ayah."

Arya mendengar tawa dari seberang. "Subuh, ya? Apa ayah mengganggu?"

Prescriptio☕  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang