27. Climacter☕

1K 142 156
                                    

-Starry Night-

Karena persahabatan kita menembus batas dimensi ruang dan waktu

-Nadella Adannaya-

~♥Happy-Reading♥~Silakan putar musik multimedia untuk meresapi ceritanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~♥Happy-Reading♥~
Silakan putar musik multimedia untuk meresapi ceritanya

Pada kenyataannya, garis kehidupan bukan berupa baret lurus monoton. Tuhan mengukirnya dalam bentuk kurva, kontinu nan fluktuatif. Adakalanya menanjak setengah mati lalu menukik turun tanpa aba-aba, kadang pula melesat ke atas begitu saja dan menurun perlahan. Tak terkira maupun terprediksi.

Arya sangat fasih mengerjakan integral persamaan kurva dalam berbagai fungsi, namun sekali pun tidak pernah bisa menjabarkan bagaimana sang pencipta merumuskan kurva takdirnya.

Titik di mana terjadi perubahan signifikan pada gradien kurva kehidupan itu disebut Arya sebagai waktu kritis. Masa transisi di mana berlangsung sebuah peristiwa yang berdampak besar pada keseimbangan takdir seseorang, baik yang memiliki implementasi positif, maupun yang membawa implementasi negatif.

Arya telah melalui beberapa periode masa transisi dalam hidupnya. Saat Rama lahir dan mewujudkan mimpinya untuk menjadi seorang kakak, ketika keluarganya diguncang masalah yang berakhir dengan perpisahan kedua orang tuanya, juga waktu di mana ia ditinggal sang ibu yang telah berpulang ke haribaan Tuhan.

Arya pikir masa-masa kritisnya sudah berakhir begitu kurva kehidupannya kembali menemukan jalan menuju puncak. Menjadi ketua Senat Fakultas, mendirikan Notix, menjadi lulusan terbaik universitas dengan masa studi kurang dari tiga tahun dan mendapatkan beasiswa berprestasi untuk melanjutkan kuliah di luar negeri.

Sayang, titik balik itu kembali hadir, entah dirinya memang tidak ditakdirkan untuk hidup bahagia, atau ditakdirkan untuk hidup dengan tidak menikmati kebahagiaan.

Sebuah luka dalam kembali tertoreh di hatinya sekitar 6 tahun silam. Saat Arya yang telah hampir 1 tahun menempuh kerasnya pendidikan di negeri orang kembali menapakkan kaki di tanah kelahirannya. Arya masih ingat jelas betapa menakjubkan perubahan kotanya kala itu. Namun sebuah pemberitahuan via telepon dari Riva berhasil membuatnya bergegas menuju rumah sakit tanpa sempat menaruh rasa kagum pada metamorfosis besar tersebut.

Akses layanan video call saat itu belum semudah sekarang, namun Riva yang terisak di seberang sana cukup meyakinkan Arya bahwa kabar yang diberitahukan sahabatnya itu bukan hoax semata, atau semacam trap sebagai sambutan untuk kedatangannya.

Setiba di rumah sakit, Arya berlari sekuat tenaga menuju ruang Intensive Care Unit. Degup jantung, deru napas, dan derap langkahnya menyatu, saling beradu dan menggema di sepanjang koridor.

Kecelakaan kerja di laboratorium. Nadella kritis. Rumah sakit ayah Vian.

Arya terus berlari. Pikiran dan perasaannya sangat kacau. Lorong rumah sakit mendadak terlihat menyempit dan memanjang. Arya bisa melihat bulir-bulir kristal air matanya berhamburan lalu menghilang menjadi kepingan berkilauan saat bertubrukan dengan udara. Langkahnya pun tertahan. Arus waktu disekitarnya seolah melambat, memaksanya untuk menikmati rasa sakit yang mendera detik demi detik.

Prescriptio☕  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang