Prolog

250 15 49
                                    

Awal bulan April kayak sekarang adalah waktu di mana kerjaan gue jadi padat merayap macam jalanan ibu kota. Yah, meskipun akhir tahun juga padat, sih. Tapi, serius, gue ngerasa sedikit keteteran sama kerjaan kali ini. Kalau tahun kemarin gue kerja sebagai customer service di sebuah online shop, sekarang gue udah pindah job jadi akunting. Di mana, gue harus ngurusin mulai dari laporan keuangan bulanan, jurnal harian, arus kas, juga masalah pajak kayak sekarang.

Gue nggak tahu kenapa gue kejebak di jurusan penuh duit ini. Masih mending kalau duitnya beneran, lah ini mah kagak! Boro-boro beneran, yang ada angka doang. Udah gitu sering banget nggak balance, lagi. Kan gue jadinya kesel.

Tapi, semua udah telanjur. Meski dikata gue salah jurusan, toh, gue lulus juga. Alhamdulillah cumlaude, walau nggak sampai tiga koma enam.

Well, hidup itu salah satunya tentang bersyukur, right? Kata mamah, apa pun yang gue dapet, gue harus bersyukur. Kayak gue kuliah ini. Gue emang ngerasa salah masuk jurusan, tapi itu pun gue sadar setelah dua semester kuliah. Ya kali gue pindah? Meskipun bisa, tapi gue cukup tahu diri kalau ngulang lagi dari awal sama aja ngehamburin uang orang tua.

Ngomongin soal bersyukur, ada satu dari sekian banyak hal dalam hidup yang sangat gue syukuri, yaitu teman.

Gue itu orangnya hebring, heboh gitu. Kalau ketawa aja, kata ayah bisa buat bangunin orang sahur. Gue juga orangnya ceria, supel, dan gampang akrab sama orang yang baru dikenal. Karena itu, gue jadi punya banyak teman.

Nah, di antara banyaknya teman yang hadir dalam hidup gue, ada satu "teman" yang bagi gue kehadirannya begitu spesial.

Iya, spesial.

Dia cowok, kalem, dan satu lagi poin plus-nya, yaitu ganteng. Gue kenal sama dia di bangku kuliah. Kalau gue jurusan akuntansi, dia jurusan manajemen. Awal ospek fakultas, gue jadi satu kelompok sama dia.

Selama ospek, dia nunjukin wibawanya banget menurut gue. Maksudnya gini, dia kan jadi ketua kelompok tuh, nah, selama itu dia benar-benar keren. Meski kalem dan nggak banyak bacot kayak gue, dia tanggungjawab dan bisa membawa kelompok kita jadi kelompok ospek terbaik.

Kalau ngomongin soal ospek, kayaknya nggak bakalan abis, deh. Terlalu banyak kenangan yang terukir lewat tujuh hari itu. Belum lagi, selama kuliah, gue juga deket sama temen-temen satu kelompok ospek dulu. Ya, salah satunya dia.

Iya, dia.

Dia, yang selalu nemenin hari-hari gue.

Dia, yang selalu ada buat gue.

Dia, yang selalu jadi sandaran gue.

Dia, Kenzo, sahabat yang selalu bikin gue nyaman di sampingnya.

Dia juga, yang bikin pertahanan gue hancur karena satu kata, yaitu ... cinta.

🌷🌷🌷
.
.
.
.
.

Say hi to Kanisma 😁

Aku berusaha untuk menyelesaikan cerita ini sebelum bulan Maret berakhir. Semoga, ya. Enggak jadi wacana doang wkwkw

See you

Between You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang