Bab 10 - Martabak

56 8 29
                                    

"Lo apa kabar, Nis?"

Gue ngernyit sambil lihatin tangan Maya yang ngambang di depan gue. Mata gue lirik naik turun ke arah cewek semampai ini. Rada lama gue lihatin, macam lagi nginterogasi maling lele. Sampai akhirnya suara Kenzo gue dengar.

"Diem aja, Nis?"

"Eh?" Gue rada gelagapan gitu. Soalnya Kenzo keluar diikuti mami di belakangnya.

"Nisma." Mami jalan ke arah gue sambil senyum lebar. Pas udah dekat, langsung aja itu gue diajak pelukan.

"Yuk, masuk!"

Ini gue nggak tahu kenapa, tapi mami geret gue gitu aja. Tanpa nunggu gue nerima uluran tangan Maya tadi. Aduh, gue ngerasa bersalah juga. Tapi ... bodo amat.

"Gimana, Sayang? Sore-sore gini tumben main?"

Mami senyum lembut ke arah gue, terus nyuruh gue duduk. Gue ikutan senyum. As always, mami selalu menyambut baik kalau gue main.

"Oh, ini ada titipan dari mamah, Mi."

Gue ulurin tas ukuran sedang yang gue bawa tadi. Langsung, tuh, disambut mami dengan senyum yang makin lebar.

"Masya Allah, makasih, Sayang."

"Sama-sama, Mi." Gue senyum lagi. "Salam dari mamah, katanya maaf nggak bisa ikut datang waktu akikahan kemarin."

"Nggak apa-apa. Nggak usah repot-repot gini juga. Tapi, makasih sekali lagi, ya."

"Iya, Mi. Oh, iya, aku mau langsung pamit aja, ya, Mi. Udah sore, kasihan juga Ilham nunggu di luar."

Waktu nama Ilham gue sebut, mendadak kening mami berkerut. "Loh, sama Ilham, ya?"

Gue senyum. "Iya, Mi. Tadi dia main bentar ke rumah. Terus nganterin ke sini."

"Kenapa nggak diajak masuk?"

"Mau nunggu aja katanya. Ya, udah, aku balik dulu, Mi."

"Hati-hati kalau gitu, ya. Sampaikan makasih buat mamah."

"Siap."

Gue berdiri. Salim plus cipika-cipiki bentar sama mami, sebelum akhirnya melenggang keluar rumah. Pas udah di teras, gue pamitan sama Kenzo juga Maya.

Rada gimana gitu, sih, pas gue jabat tangan sama tuh cewek.

"Nggak ngobrol dulu, Nis?"

Gue pasang senyum aja nanggepin Maya. "Nggak, May. Kapan-kapan aja, maybe?"

"Bisa, tuh. Kapan-kapan hangout bareng, gitu."

"He he."

"Lo, sendiri?"

Kepala gue tertoleh ke arah samping Maya. Di mana ada Kenzo berdiri di sana. Dia ganteng banget, masa. Pake kaus kegedean gitu warna item. Udah dia putih, pake kaus item.

Double kill!

"Oh, nggak, kok. Gue sama Ilham."

"Loh, mana?" Kenzo celingak-celinguk nyariin tuh genter. Kagak kelihatan elah, Bang. Orang dia ketutup tembok deket pager.

"Nunggu di depan."

"Suruh sini dulu. Ngobrol-ngobrol dulu gitu."

Gue cuma senyum. "Udah sore. Balik dulu, ya, Ken. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam. Ya, udah kalo gitu. Hati-hati, Nis."

🌷🌷🌷

"Kak Nis ... "

Hampir aja gue tidur pules, tapi suara Kamal dengan nggak elitnya bangunin gue. Mendadak kepala gue jadi rada pening gara-gara udah ngantuk banget, tapi nggak jadi tidur. Ugh, sumpah ngeselin. Itu bocah minta gue tabok kayaknya.

Between You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang