"Lo di rumah nggak, Nis?"
Gue nggak tahu, sih, kenapa cowok-cowok ganteng itu pada menel terus sama gue. Mayan lah, ya, meskipun gue jomblo, tapi gue menang banyak. Tadi pagi-pagi Kenzo ke sini bawain cemilan banyak banget, katanya, sih, dari mami. Terus, ini Ilham yang nanya mulu gue di rumah apa kagak. Sampai akhirnya telpon gara-gara nggak gue bales chat-nya.
Hadeh, ngebet amat, Bang?
"Ada. Nape?"
"Kata Kamal, lo sakit?"
Dasar ember. Ngapain, sih, itu bocah pake segala kasih tahu Ilham? Macem gue sakit apa aja. Orang cuma meriang karena kecapekan doang.
"Dia bilang ke lo?"
"Iya. Waktu gue chatting-an sama dia."
Anjirrr! Itu Kamal ngapain dah pake chatting sama Ilham segala? Jangan-jangan gibahin gue yang unyu ini? Oh, no!
"Ngapa lo chatting-an sama adek gue?"
"Ya, emang nggak boleh? Udah lama kali gue sering chat sama Kamal. Obrolan cowok."
"Gembel! Jangan racunin adek gue, ya! Pasti udah lo ajakin nonton yang enggak-enggak?"
Gue nggak nuduh si Ilham itu mesum, sih, cuma kadang dia sering flirt gitu ke banyak cewek. Mana yang bahenol pula yang digodain. Takut aja gue, kalau misal Kamal yang bobrok jadi tambah bobrok aja. Gitu-gitu juga adek gue. Meski sering gelut, gue sayang sama dia.
"Ah elah, asal nuduh aja lo. Gue khawatir, nih! Bisa serius nggak, sih?"
Eh, ngegas!
"Apa?"
"Lo sakit?"
Selain Kenzo, emang dia sahabat ter-dabest gue. Dia selalu lindungin gue kayak adek sendiri. Gue aja sampai heran kenapa bisa selengket itu sama dia. Padahal nih, ya, pertemuan pertama kita itu nggak bisa dibilang baik. Kayak mau gelut terus.
"Meriang doang, Ham. Biasa ae, deh!"
Gue denger helaan napas di seberang. Mirip kayak orang frustrasi gitu. Aneh, deh. Keknya Ilham lagi ada masalah. Cuma, apa? Dia nggak cerita apapun ke gue.
"Udah ke dokter?" tanyanya mulai melunak. Tadi agak sedikit naik gitu nada bicaranya.
"Udah baikan. Udah minum madu sama dibalurin minyak sama mamah."
Kalau disuruh milih antara ke dokter atau kerokan, gue bakal lebih milih buat kerokan. Sejak kecil gue jarang sakit. Sekalinya sakit, misal kayak masuk angin gitu, mamah lebih suka gosokin badan gue pake minyak. Atau kadang juga kerokan. Bukannya nggak bisa minum obat, cuma gue nggak suka aja baunya. Mana kadang obat ada yang segede duit recehan. Kan susah nelennya.
"Bener udah baikan?"
"He-eh, Ilham ganteng." Gue ngangguk mantep, meskipun tahu Ilham nggak bakalan lihat. Gemes aja, sih, sama dia yang kadang lebih mirip pacar posesif.
"Gue tau, gue ganteng." Dia ketawa kecil gitu, bikin gue ikutan senyum.
"Sombong!" cibir gue.
"Ya udah, gue ke rumah, ya?"
Gembel. Telpon, terus ngomong ngalor-ngidul, ujungnya cuma karena mau main. Heran gue, kenapa temen-temen cowok gue sableng begini, sih? Nggak si genter, nggak Kenzo, sama aja.
"Ya udah, sih, sok kalau mau main. Ribet amat dari tadi."
"Oke. Tunggu gue sampai dateng. Jangan ke mana-mana!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Between You and Me
Romance(On Hold) Kata orang, persahabatan cewek dan cowok itu nggak akan pernah bisa langgeng. Pasti ada konflik perasaan antara keduanya. Entah salah satu yang jatuh hati, atau justru dua-duanya. Bagi Nisma itu tidak sepenuhnya benar. Buktinya, dia bisa...
