Bab 02 - Ngawur

102 12 37
                                    

Kayak yang pernah gue bilang, gue temenan sama Kenzo udah lama banget. Terhitung sejak awal kuliah. Mungkin udah sekitar lima tahunan kalau sampai sekarang. Kalau nggak salah, sih.

Selama kita temenan, Kenzo sering banget main ke rumah. Entah cuma mampir bentar, ngantar gue pulang kuliah, atau main beneran dan nge-game sama adek gue yang masih kuliah semester dua. Kadang, dia juga diajakin ayah main catur, atau kalau enggak, ya, ngobrol ngalor ngidul tentang hal-hal random.

Pernah suatu kali, Kenzo disuruh bantuin ayah nanam pohon jeruk di halaman belakang rumah. Dia, sih, main di waktu yang nggak tepat. Mana dia itu orangnya nggak bisa nolak kalau ayah minta tolong. Jadi, ya udah, dia panas-panasan nanam jeruk dari pagi sampai siang. Tapi, nggak apa-apa, gue kan jadi dapet pemandangan yang nyegerin mata. Eheee.

"Kenzo nggak main, Kak?" tanya ayah waktu gue lagi bikin susu di dapur.

"Kenapa emang, Yah?"

"Udah lama Ayah nggak ketemu sama dia. Sibuk, ya?"

Gue nggak langsung jawab. Gue minum susu dulu, abis itu jalan menghampiri ayah yang lagi duduk di ruang makan. "Kangen, Yah?"

"Iya, nih. Kangen sama anak laki-laki Ayah."

"Kamal laki-laki, loh, Yah. Bukan anak Ayah, nih?"

Ayah ketawa pelan. "Beda, Kak. Kalau Kamal anak bontot Ayah, tapi kalau Kenzo anak laki-laki Ayah."

"Nggak ada bedanya, ih, Ayah!"

"Haduh si Kakak mah dikode nggak paham. Ini bagian dari kode, Kak."

Gue ngernyit sambil natap ayah. Ini apa, deh? Kode apaan pula? Gue nggak ngerti dan nggak mau ngerti.

"Apa sih, Yah?"

Ayah malah ketawa.

"Ngomong-ngomong, kamu jomblo apa punya pacar?"

Seketika gue freeze. Tahu nggak, sih? Rasanya kayak diguyur pakai air es gitu. Untung aja gue lagi nggak minum. Susu yang tadi udah tandas. Misal iya, kayaknya udah keselek sampai keluar lewat hidung.

"Apaan sih, Yah?"

"Ayah serius ini," kata Ayah sambil natap gue. Kayak mau interogasi aja deh itu natapnya. Serem amat.

"Biasa aja, Yah. Nisma takut, nih!"

"Ini Ayah biasa, Kak." Ayah senyum. "Udah punya pacar?"

"Udah." Gue jawab cuek, mau lihat gimana reaksi ayah pas gue bilang gitu.

"Beneran, siapa?"

Gue kira, ayah bakal bereaksi heboh. Tapi, ternyata biasa aja. Ah, gue lupa. Hebohnya gue kan, nggak nurun dari ayah.

"Kalau Kenzo, gimana?"

🌷🌷🌷

Waktu gue bilang ke ayah kalau Kenzo pacar gue, niatnya becandaan doang. Cuma pengin jahilin ayah aja. Namun, tahu nggak? Mendadak setelah gue bilang gitu, hari berikutnya Kenzo disuruh ke rumah.

Mampus nggak tuh!

Gue shock, dong! Mana itu si Kenzo ditanya-tanya beneran. Masih mending kalau nanya soal gimana gue selama jadi pacar, lah ini ayah nanya kapan mau ngelamar!

Gilak!

Gue salah omong kayaknya. Ayah segitu serius nanggepin omongan gue sampai-sampai itu mamas ganteng diinterogasi sambil nanam tomat.

Iya, nanam tomat. Dan gue cuma lihatin mereka dari dapur, yang emang dekat sama pintu halaman belakang.

"Jadi gimana, Ken? Kapan mau diresmiin?"

Astaga, ayah! Dikira grand opening apaan, pake resmiin segala.

"Apaan, Om?"

"Masa nggak ngerti maksud Om?"

Aduh sumpah, gue bikin masalah baru. Itu gimana juga si Kenzo mau paham atuh ayah? Orang kita enggak pacaran!

"Nisma," kata ayah. "Kapan resmiin si Nisma? Kalian kan, udah kenal deket, jadi jangan lama-lama."

Gue lihat Kenzo bengong. Gerakan tangannya yang masukin tanah ke dalam polybag mendadak berhenti. "Saya ... nggak ngerti, Om."

"Alah, becanda kamu!" Ayah senyum-senyum sambil noel pundak Kenzo.

"Kalian kan, udah kerja. Udah bukan anak kecil lagi. Jadi, semisal mau lanjut ke hubungan yang lebih serius, Om merestui. Makanya, cepet-cepet aja. Jangan kelamaan!"

Gue greget banget sumpah! Pengin nyamperin terus ngelurusin semua. Tapi, badan gue rasanya kaku, kayak ketahan sesuatu. Alhasil, gue cuma ngejogrok di dapur sambil nguping.

"O-oh, maksud Om, ngelamar Nisma?" tanya Kenzo memperjelas.

Mampus, gue!

"Lah, iya, itu! Terus kapan? Om udah ijinin Nisma nikah. Dia udah dewasa, udah siap lah buat Om lepas."

Eh, si ayah! Tega ternyata. Udah nggak mau gue ada di rumah ini, ya? Ya, bener gue diizinin nikah, bagus. Tapi, kok gue sedih, sih?

"Oh itu—"

"Segera aja. Dekat-dekat ini juga nggak apa-apa. Om siap!"

Ayah bikin gue malu. Ngegas, euy!

"Bukan gitu, Om." Kenzo nunduk sambil naruh polybag di atas rumput.

"Kenapa? Ada masalah?"

Kenzo natap ayah lagi sambil senyum yang kelihatan canggung gitu. Aduh gue ikut deg-degan. Takut sama reaksi ayah nantinya.

Tapi, gue juga bego banget, sih! Main bohong aja. Emang ini mulut gue rombeng parah!

"Saya sama Nisma enggak pacaran."

Setelah itu, gue bisa lihat ayah yang cuma bengong natap Kenzo.

Well, Nis, siap-siap aja lo dapet siraman rohani tujuh hari tujuh malam!

🌷🌷🌷
.
.
.
.
.

Semoga sih, bisa one day one chapter kkk

Between You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang