Malamnya, gue disidang sama ayah.
Eum ... bukan disebut sidang juga, sih, tapi beneran diceramahi seperti yang gue duga. Gue cuma nunduk sambil dengerin. Daripada nyahut, nanti malah berabe.
"Seneng becanda gitu, iya?"
Gue diem. Kalau jawab, nanti malah ke mana-mana. Tahu sendiri mulut gue gimana.
"Kamu udah gede, udah bukan anak kecil lagi, tapi masih aja suka bohong."
Dan gue udah gede, bukan anak kecil lagi, tapi masih diperlakukan kayak anak kecil gini. Gimana sih, ayah?
"Udah, Ayah. Lagian Nisma becanda doang, kok."
Mamah aku padamu! Ayo belain anak mamah yang cantik jelita ini!
"Kakak itu kode, Yah!"
Eh Si Kucrut main nimbrung aja.
"Apa, sih?" Gue nyahut kesel sama adek gue yang lagi sibuk makan kuaci.
"Bener, kan? Kode kalau sebenernya pengin dihalalin Bang Kenzo."
Kotak tisu yang ada di depan gue otomatis melayang ke arah Kamal. Bodo amat gue nggak peduli! Siapa suruh ikut campur urusan orang?
"Kakak, ih! Galak bener! Pantesan jomblo melulu. Kalau gue jadi Bang Kenzo juga, gue mundur teratur. Ogah!"
Kayaknya Kamal lagi nggak sayang nyawa, deh. Eh, atau nggak sayang dompet? Lihat aja, sih! Nggak bakalan lagi gue kasih uang jajan mulai bulan depan.
"Jangan ngarep uang jajan dari gue, ya!" Gue senyum licik ke arah Kamal.
"Bodo!"
Eh, itu bocah udah berani ngelunjak sekarang.
"Kalau Kak Nis nggak bagi rejekinya sama gue, gue doain jomblo mulu!"
Si Kampret minta disleding!
🌷🌷🌷
Setelah kejadian bohongnya gue ke ayah, Kenzo nggak nunjukin sikap kesel ke gue. Dia berlaku kayak biasa, kayak nggak ada apa-apa sama sekali.
Sebenarnya ... gue malu banget. Gue takut dikira ngarep jadi pacar Kenzo beneran. Yah, meskipun kalo nanti takdir gue itu dia, gue nggak nolak.
Weh, cogan, coy! Nggak cuma ganteng doang, tapi dia juga rajin ibadah. Udah gitu nih, ya, dia itu kerjanya bagus, sayang anak kecil, bukan orang temperamen. Kurang apa coba? Kalau gue beneran suka sih, udah gue embat dari jaman jebot.
Sayangnya, hati gue nggak tahu buat siapa. Untuk sekarang sih, gitu. Soalnya, nggak ada cowok yang lagi dekat sama gue buat saat ini. Palingan juga cuma Kenzo, karena emang dia sohib gue yang juga satu kantor.
Eh, kelupaan. Selain Kenzo, ada Ilham, deng. Kalau Ilham sih, gue mah ogah sama dia.
Fyi, Ilham itu ganteng, tinggi, atletis, terus ramah sama orang. Tapi, dia itu kerdus. Lihat cewek bening dikit, dipepetin. Lihat yang bohay dikit, digodain. Lah, kalau model gitu mah, gue ogah! Mending Kenzo ke mana-mana, yang nggak pernah ngerdus dan sopan sama orang.
Tapi nih, pakai "tapi" lagi, kayak yang gue bilang tadi, kalau gue nggak tahu hati gue buat siapa.
"Nis, temen gue mau kenal sama lo." Tiba-tiba Ilham ngomong ke gue.
Buset! Kupingnya berdengung kali, ya? Baru gue selesai cerita, eh orangnya nyahut.
"Temen mana? Emang lo punya temen?" tanya gue sambil nyuapin satu sendok berisi pecel ke mulut.
Gue laper. Jadi, istirahat kerja kali ini gue nyeret Ilham sama Kenzo buat makan di warung pecel langganan gue deket kantor. Awalnya sih, Ilham nggak mau. Katanya, dia lagi pengin masakan padang, tapi ujungnya juga hampir abis dua porsi pecel.
"Gue selepet juga, lo!" Ilham mandang gue sok serem, tapi nggak ada serem-seremnya sama sekali.
"Lah, gue bener, kan?"
Ilham minum es tehnya lebih dulu. Dalam sekali sedot, itu es teh jumbo bisa tinggal seperempatnya. Edyannn! Itu mulut udah macam vacum cleaner aja!
"Gue lagi baik, Nis," kata Ilham santai. "Gue kesian lihat lo jomblo mulu. Ngenes!"
Kelopak mata gue melebar. Gue nggak terima, dong, dikatain jomblo!
"Heh? Siapa yang jones?"
"Elo."
"Dasar manusia kerdus!"
Kenzo cuma geleng kepala sambil senyum lihat gue sama Ilham. Dia mah, gitu. Gue sama Ilham ribut juga tetep stay cool. Mungkin kalau gue adu bacok sama Ilham, baru bela kali, ya?
"Lah, gue berniat bantu lo, Nis! Gue promosi ke temen-temen gue. Siapa tahu, di antara mereka ada jodoh lo."
Pengin gue gaplok, tapi kok sayang tangan gue. Buang-buang tenaga juga ngeladenin Ilham yang kurang seember itu.
"Lo nggak cariin gue juga, Ham?"
Gue nengok waktu Kenzo ikutan nyahut. Terdengar juga suaranya, gue kira semaput dari tadi diem doang.
"Kenalan gue banyak, tapi nggak, deh."
"Kenapa gitu?" Gue ngernyit.
"Bukan tipe Kenzo."
"Emang, lo tahu tipe gue kayak gimana?" tanya Kenzo.
Dasar si Ilham! Alasannya nggak mutu banget. Palingan juga dia takut kalah saing sama Kenzo. Secara Kenzo itu ganteng bin kalem. Nggak kayak dia, noh! Tukang kerdus.
"Udah, pokoknya nggak usah!" Ilham ngibasin tangannya. "Mending nih, lo sama cewek astral ini aja," katanya sambil nunjuk gue pake dagu.
"Eh, itu mulut, ya!"
"Apa?" Ilham bilang gitu sambil senyum ngejek. Serius jadi pengin auto nabok.
"Lo tuh, plin-plan! Tadi bilang mau ngenalin gue sama temen lo, tapi sekarang ngomongnya udah beda lagi. Lo waras nggak, sih, Ham?"
"Oh, jadi mau beneran? Tadi ngakunya nggak jomblo."
"Bodo, Ham, bodo!"
Gue sama Ilham, kalau dijadiin satu tempat, ya, kayak gini. Adanya ribut mulu. Mungkin karena gue sama Ilham sama-sama banyak omong kali, ya, makanya begini.
"Udah deh, lo sama Kenzo aja ribet amat. Biar idup Kenzo nggak lempeng kayak jalan tol."
"Emang, Nisma mau sama gue?"
"Edan sih, kalau dia nolak!"
Seriusan gue pengin gaplok si Ilham. Bikin gedeg juga lama-lama.
"Noh, Nis, Kenzo aja lampu hijau sama lo. Masa lo mau nyari yang lain?"
Gue cuma mandang Ilham tajam.
"Nggak usah melotot gitu. Mata lo udah belo, nggak usah diperjelas lagi."
Gue sumpel rudal aja kali, ya, itu mulut. Rombeng pake banget.
"Masalah temen gue, urusan belakangan. Lagian, kalian belum ketemu juga. Kesian tuh, si Kenzo udah nungguin lo dari lama."
Kening gue mengkerut, gagal paham sama apa yang diomongin Ilham. Pelan, gue nengok ke arah Kenzo. Gue lihat dia cuma senyum sambil geleng kecil.
"Apaan sih, Ham? Udah, cabut, yuk!" kata Kenzo.
Terus dia mulai berdiri, sebelumnya lebih dulu ngabisin es jeruk yang tinggal setengah. Setelah itu dia melangkah menjauh sambil beberapa kali ngecek hape.
"Tuh, kan! Lo dikode sekeras beton juga mental, Nis! Jadi cewek kok, pekanya jongkok."
Tapi ... serius gue nggak paham!
Apa ini maksudnya ... Kenzo punya rasa ke gue?
🌷🌷🌷
.
.
.
.
.Yuk, jangan lupa vote dan komentarnya, bestie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between You and Me
Romans(On Hold) Kata orang, persahabatan cewek dan cowok itu nggak akan pernah bisa langgeng. Pasti ada konflik perasaan antara keduanya. Entah salah satu yang jatuh hati, atau justru dua-duanya. Bagi Nisma itu tidak sepenuhnya benar. Buktinya, dia bisa...