Bab 04 - Kencan?

76 9 49
                                    

Sejak dulu, gue suka banget ganggu Kenzo ketika cowok itu sedang serius. Gimana, ya? Wajahnya kelihatan tegas sekaligus ganteng. Karena dia emang ganteng, sih. Meski mata gue rabun juga, sekali lihat dan mendengar suaranya, bisa memastikan kalau doi emang ganteng.

"Nis, lo tuh, udah gue bilang terima aja!"

Kayak sekarang ini, waktu kerjaan gue udah beres, gue gangguin Kenzo yang lagi ngerjain laporan. Ruang kerja juga lagi sepi banget. Mbak Aisy lagi rapat bulanan sama manajer, sedangkan marketing yang lain pada keluar. Ada urusan dengan customer, kayaknya.

Jadilah di ruangan ini cuma ada gue, Kenzo, sama si genter Ilham yang udah ceramahin gue aja.

"Apa, sih?" Gue natap dia males. Ngeselin mulu dia.

"Urghh! Gemes gue!" Ilham yang meja kerjanya pas di samping Kenzo, menggeser kursinya.

"Apa deket-deket?"

Ilham nggak nanggepin gue, dia malah natap Kenzo. "Ken, kok lo betah, sih? Apa kabar hati?"

Gue ngernyit, terus noleh ke arah Kenzo. Dia tersenyum tipis sambil terus ngetik laporan yang bentar lagi selesai.

"Gimana pesenan buat SMA 1 kemarin, surat penawarannya udah lo kirim belum?"

Ilham mendengkus. "Terus aja gitu, Ken! Terus-terusin lo menghindar."

"Lo ngomong apa, sih?" tanya gue bingung.

"Gimana?" tanya Kenzo lagi. Kini dia sambil natap Ilham.

"Udah beres."

"Ya, udah. Kalau gitu segera aja faktur pajaknya juga dibuat."

Ilham kelihatan bete banget. Sukurin! Makanya jangan ngeledek mulu!

🌷🌷🌷

"Nis, nanti malam ada acara nggak?"

Gue berhenti ngerapihin berkas-berkas pajak yang numpuk di atas meja, waktu dengar suara Kenzo. Otomatis gue noleh, natap dia yang juga lagi natap gue teduh.

"Gimana?"

"Ada acara nggak?" ulangnya.

Gue nginget-inget bentar. Kayaknya sih, nggak ada acara. Ada kondangan, tapi itu minggu depan.

"Nggak ada." Gue geleng. "Kenapa? Mau ngajak gue kencan?" goda gue.

Nggak tahu kenapa, ya, godain Kenzo itu asik aja. Dia bukan tipe orang yang lempeng ekspresinya, sih. Dia biasa. Kalau ada yang ngajak becanda, dia juga bisa ikut nimbrung. Kalau si Ilham ngelawak, dia juga bisa ketawa ngakak. Intinya dia itu nggak lempeng, cuma emang nggak seheboh gue aja. Gue mah, kalau kata Kamal urat malunya udah putus.

"Mau, kencan sama gue?"

Tuh, kan! Dia baru aja nanggepin candaan gue.

"Boleh, deh! Siapa tahu jodoh."

Kenzo ketawa kecil. "Mbak Diana sama suami ngadain acara akikahan anaknya. Enggak rame, cuma ngundang keluarga deket aja."

"Lah, terus hubungannya sama gue apaan?"

"Lo mau kan, dateng?"

🌷🌷🌷

Gue nggak tahu sih, kenapa Kenzo nyuruh gue buat dateng ke acara akikahan ponakannya. Mungkin karena dia jones, jadinya gue diundang biar kelihatan ada gandengan. Kalau gue sih, ayuk aja. Makan gratis apa sih yang enggak?

Rumah gue sama rumah Kenzo lumayan dekat, tapi nggak dekat-dekat banget, sih. Masih satu kompleks, cuma masing-masing ada di ujung. Gue sebenernya bisa datang sendiri, atau kalau mager bawa motor, tinggal nyuruh Kamal buat nganterin. Tapi, Kenzo bilang dia mau jemput gue. Demi apa, gue berasa mau diajak dinner sama calon mertua!

"Kak Nis, mau ke mana?"

Waktu keluar kamar, Kamal udah ngehadang gue di depan pintu. Dia bolak-balik natap penampilan gue dari atas sampai bawah. Bikin gue gondok aja. Enggak pernah lihat cewek cantik, ya, begitu. Katrok.

"Kencan!"

"Heleh! Nggak percaya!"

Punya adek satu, tapi ngeselin minta ampun. Kalau boleh, mau gue tuker sama Seungkwan Seventeen aja. Atau Kim Mingyu. Lebih ganteng, daripada cowok baru dewasa depan gue yang kampret banget.

"Ya, udah, sih! Ngapain ikut campur? Sana minggir!"

Gue dorong tubuh Kamal menjauh, terus gue mulai jalan ke teras. Katanya, Kenzo bakal jemput jam tujuh. Ini baru jam tujuh kurang, jadi gue tunggu aja di teras depan. Sambil nunggu itu orang yang nggak nongol juga, gue buka instagram. Iseng-iseng lihat timeline siapa tahu gebeten update, eheee.

Waktu lagi asyik sama hape, tiba-tiba gue dikejutkan sama tepukan seseorang di pundak. Gue langsung dongak, hampir ngumpat tapi nggak jadi. Soalnya, orang itu ayah.

"Rapi amat, mau ke mana?"

Gue senyum lebar. "Mau kencan!"

Kalau tadi cuma ditepuk pundaknya, kini giliran jidat gue kena sentil. "Bohong lagi!"

Anjir sakit! Meskipun nggak kenceng juga ini yang nyentil, tapi tetep aja kerasa panas.

"Ayah, ih! Sakit ini!"

"Lagian bohong mulu kamu! Mau ke mana?"

"Mau ke rumah Kenzo," jawab gue sambil ngusap jidat yang tadi kena sentil.

"Ngapain ke sana rapi banget kayak mau kondangan?"

"Diundang, Yah. Ada acara di sana."

"Acara apa?"

"Ih, kepo!"

Tepat setelah itu, suara motor matic milik Kenzo terdengar. Kenapa gue tahu? Ya, karena gue udah apal banget itu sama motornya.

"Loh, dijemput?"

Gue berdiri, terus senyum ke ayah. "Iya."

"Jangan malam-malam pulangnya!"

Hadeh si ayah. Kayak gue mau ke acara yang jauh aja. Padahal mah, cuma ke rumah Kenzo.

"Iya, Ayah. Kalau gitu Nisma berangkat. Assalaamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam. Hati-hati!"

Gue senyum sambil ngacungin jempol ke arah ayah.

"Titip Nisma, Ken! Jangan biarin dia kalap makan. Hadang aja kalo dia mulai khilaf."

Kelopak mata gue melebar. Ayah ngeselin banget, sumpah!

"Ayah, ih!"

"Tenang aja, Om." Kenzo malah senyum gitu sambil sesekali lihat ke gue yang merengut sebel.

Kok, dia makin ganteng, sih?

🌷🌷🌷
.
.
.
.
.

Awas, nanti mleyot beneran, Nis.

Between You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang