Bab 1 : Pandangan pertama

5.2K 316 33
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.
Selamat membaca 🖤

👠💄

Pagi menjelang ketika sinar mentari mulai menyelinap dibalik tirai gorden berwarna pink di sebuah kamar bernuansa feminim.

Levi, seorang wanita berusia 24 tahun yang masih single itu kini mengambil air wudhu untuk melakukan sholat sunnah Dhuha dua rakaat terlebih dahulu. Levi memohon kelancaran urusannya di dunia dan akhirat pada Allah serta memohon rezeki yang banyak agar ia bisa kembali merogoh koceh untuk berbelanja lagi.

Belanja adalah hobi Levi sejak dulu bahkan ia sudah terbiasa dicap sebagai si tukang berburu diskonan. Oh ayolah, siapapun pasti akan senang jika melihat barang yang di bandrol harga diskonan meskipun itu adalah  'sudah menjadi harga yang sebenarnya'

Ah, masa bodoh dengan hal itu, Sekali diskon tetaplah diskon, siapapun akan menyukainya.

Setelah melakukan sholat sunnah Dhuha, Levi merasakan perutnya terasa lapar ketika jam menunjukan pukul 07.00 pagi. Ia pun segera keluar rumah untuk membeli sarapan bertepatan saat Irma yang baru saja tiba dari tempat lain.

"Kenapa tuh muka? Kucel amat, katanya mau cantik kayak aku? Percuma dong kamu belajar make up sama Shin." ejek Levi sambil melipat kedua tangannya di dada menatap Irma.

Irma hanya mendengus kesal dan mengabaikan ejekan dari Levi

"Aku sedih karena kehabisan jajanan kuliner kue balok isi coklat lumer. Padahal aku sudah ngantri dari jam enam pagi. Eh malah kehabisan."

"Ck, kue balok aja di sedihkan. Gak usah udik deh sama makanan kekinian yang serba musiman. Kayak gak pernah makan kue aja."

"Ih sinis aja! Lagian rasanya enak! gimana badanmu mau besar kalau soal makanan aja kamu ogah-ogahan?"

"Ah bodo amat! Udah lah Ir wajah jangan kucel gitu, Ntar calon jodoh pada kabur."

"Lagian aku gak kucel kok!" sangkal Irma. "Tuh si Shin yang kucel. Liat aja mukanya yang baru bangun tidur." tunjuk Irma kearah Shin yang posisinya sedang berjongkok di pinggiran selokan depan rumahnya.

Levi mengerutkan dahi melihat Shin yang sedang mencari sesuatu di selokan dengan ranting pohon ditangannya. Merasa penasaran, Levi dan Irma pun mendekati Shin.

"Shin, kamu ngapain sih? Cari ikan buat sarapan?" tanya Lia dengan songongnya.

Shin sedikit terkejut ketika Levi dan Irma menghampirinya. Ia pun menghentikan aktivitasnya dan menatap Levi dengan kesal.

"Siapa juga yang mau cari ikan?! Lagian kalau mau ikan aku langsung berenang ke laut bareng Irma."

"Ya kali aja. Siapa tau kamu gak bisa beli ikan. Ini masih jam tujuh pagi." Levi mengecek jam di pergelangan tangannya. "Jam gini ikan masih mahal. Kalau mau murah agak siangan dikit, jam sebelas. Harga ikan pasti murah mungkin bisa dapat diskon."

"Eh denger ya! Aku bukan lagi cari ikan." sela Shin dengan kesal.

"Lah terus cari apa?" sambung Irma.

Shin hanya menunduk lesu sambil menatap selokan. "Eyeliner seharga
Rp. 300.000 gak sengaja terjatuh di selokan. Ah, sekarang benda pusaka itu hilang."

Levi terkejut. "Kok bisa jatuh sih?"

"Ya bisalah! Aku kan mau update di story instagram kalau aku baru aja beli eyliner baru. Cahaya didalam rumah gak terang, kalau diluar cahayanya terang keles."

"Eyeliner yang kemarin kamu pakai buat ajarin aku itu ya? Wah jadi gimana? Kalau gitu caranya aku gak bakal bisa belajar pakai eyliner lagi dong?" lirih Irma yang sudah bersedih bagaikan drama-drama sinteron di televisi.

Three Love One HearthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang