Chapter 14 : Pilih Kamu atau Sahabat aku?

2.8K 201 16
                                    

💋💄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💋💄

sore menjelang. Waktunya jam kerja pun berakhir. Levi memilih berjalan kaki sejenak menikmati suasana disore hari. Jam sudah menujukkan pukul 17.00 sore. Dari jarak beberapa meter, diseberang jalan terdapat sebuah taman yang kini masih dipenuhi orang-orang yang sedang bersantai dan jogging.

Hanya menatap taman tersebut Levi terdiam. Terlalu banyak kenangan disana bersama Three Sisters. Salah satunya saat Shin dengan santainya jogging semata-mata ingin mengecilkan perutnya yang bergelambir. Tak hanya itu, ada Irma yang juga sibuk jajan seblak yang menjadi makanan favoritnya. Tanpa sadar Levi melangkahkan kakinya menuju taman dan tidak memperhatikan situasi dalam keadaan melamun.

Ciiitt!!!!!!!!!

Levi tersentak dan terkejut. Tanpa diduga sebuah mobil melintas dan hampir menabrak dirinya jika pengemudi itu tidak mengerem secara mendadak.

"Woi Mbak! Kalau jalan lihat-lihat dong!"

Jantung Levi berdegup kenang. Ia mengelus dadanya. "Ya Allah, astaghfirullah, astaghfirullah.." Levi beristighfar berkali-kali dengan raut wajahnya yang pucat.

Beberapa pengendara mulai macet. Sebuah rengkuhan dilengannya membuat Levi tersadar dan mendapati Shin menatapnya khawatir. Shin segera mengajak Levi untuk menepi ke pinggir jalan. Tubuh Levi hingga dalam hitungan detik, Levi pingsan.

"Lev, ya ampun? Pingsan apa mati ni anak? Jangan akting dong, gak lucu!" Shin menitikkan air matanya sambil mengguncang-guncang tubuh Levi.

💄💅

Irma berlari tergopoh-gopoh begitu dirinya tiba dilobby rumah sakit. Irma segera menuju UGD setelah mendapat kabar dari Shin kalau Levi nyaris tertabrak mobil kemudian syok dan pingsan.

Dari jarak beberapa meter, Irma melihat salah satu tirai pembatas pasien yang sedikit terbuka dan memperlihatkan sosok Shin disana. Irma semakin cemas dan hampir menangis begitu mendatangi Levi yang belum sadarkan diri diatas brankar pasien. Ibu Levi juga panik. Tiada henti Ibu paruh baya itu berdzikir agar hatinya tenang.

"Shin bagaimana dengan Levi? Levi baik-baik saja kan?"

Bukannya menjawab, Shin segera merengkuh pundak Irma dan membawanya keluar ruangan UGD. Keduanya pun menuju ruang tunggu pasien. Irma masih terlihat khawatir.

"Levi syok. Makanya pingsan. Semoga dia cepat sadar."

Irma terdiam. Setelah sebulan lamanya mereka tidak berbicara akhirnya malam ini mereka saling menegur. Tidak ada raut wajah amarah dan dendam seperti sebelumnya. Tanpa diduga Irma memeluk tubuh Shin hingga menbuat Shin terdiam.

"Permasalahan diantara kita memang menyebalkan. Tapi kalau salah satu diantara kita sedang terkena musibah, ntah kenapa aku tidak bisa berhenti khawatir. Maafkan keegoisanku Shin. Aku sadar aku sudah salah. Aku sudah jahat. Terutama sama Levi. Jika memang Pak Kalvin menyukai Levi, bukankah itu hak dia yang memilihnya?"

Shin tak banyak berkata, hanya sebuah isakan pelan membuatnya akhirnya membalas pelukan Irma. Seorang sahabat si asoy geboy penyuka seblak yang ia rindukan.

"Aku juga minta maaf sama kamu, meskipun mulut kamu bau seblak, setidaknya kita jangan renggang lagi ya."

❤❤

Selain syok, ternyata Levi memiliki penyakit tifus sehingga membuatnya harus di rawat inap. Sudah satu hari satu malam Levi diopname. Dalam diamnya, Levi merasa hatinya terluka. Terluka karena menyukai Kalvin sekaligus menyakiti kedua perasaan sahabatnya

Apakah ia sanggup bersanding dengan Kalvin bila Shin dan Irma tidak menerima kenyataan yang ada?

Pintu terbuka lebar, tanpa diduga Kalvin datang menjenguknya sambil membawa sebuket bunga dan keranjang buah. Levi sadar ia baru saja menangis. Dengan cepat Levi menghapus air matanya.

"Asalamualaikum Levi."

"Wa'alaikumussalam Pak."

Kalvin meletakan bunga dan buah yang ia bawa diatas meja samping Levi. Ia pun menarik kursi dan duduk disamping Levi. Ntah kenapa jantung Levi berdegup kencang ketika sosok Levi hadir didepan matanya..

"Bagaimana kondisi kamu Lev?"

"Alhamdullilah agak mendingan Pak.'

Kalvin hanya mengangguk. Ingin rasanya ia berlama-lama disana. Tapi ia sadar dan khawatir terjadi fitnah diantara mereka. Mereka hanya mengobrol seperlunya. Lalu beberapa menit kemudian Kalvin pun pamit dengan perasaan tidak menentu. Perasaan ingin memiliki Levi namun ia sadar wanita itu kepikiran dengan sahabatnya yang juga menyukainya.

💄💋

Terkadang seseorang itu dilema. Dia butuh cinta. Tapi sahabat menjadi kendalanya. Apalagi kalau sudah berteman lama.

Apakah sanggup, mencintai seseorang tapi teman lama kita tersakiti sampai akhirnya hubungan persaudaraan kian menjauh?

Makasih sudah baca.
Sehat selalu buat kalian ya..

With Love 💋
LiaRezaVahlefi

Instagram
lia_rezaa_vahlefii

Three Love One HearthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang