🖤
"Yeoboseyo""Lice, irene sunbae bilang, kau harus datang kerumah sakit untuk penambahan obat pasienmu. Indonesia baru saja menyuplai imatinib dan nilotinib untuk penderita leukimia. Oh, dan satu lagi, jimin-oppa memintamu segera menemuinya. Dia juga minta maaf karna tak sempat menelepon sebab akhir-akhir ini jadwal bedahnya di tambah 10 jam. Lice, kau dengar kan? Halo"
"Apa ini temannya lisa?"
Rose mengerjap berkali-kali saat gendang telinganya menangkap suara rendah milik seorang pemuda. Ia menarik kursi putarnya antusias dan segera beralih ke layar phonsel. "Aku tidak salah nomor kan? Jelas-jelas tertera nama anak perawan itu disini. Apa jangan-jangan!!!"
"Yak! Apa yang kau lakukan pada lisa, cepat kembalikan posel itu. Kalau tidak, akan ku telpon 119 agar mereka menangkap mu."
Rose kesal sekarang. Apa mungkin laki-laki itu pencuri yang akan meminta imbalan? Atau memang terjadi sesuatu pada sang sahabat? Ia mengatur napasnya. Mencoba tetap kalem meskipun well, itu tak akan berhasil. ia kembali fokus memastikan sambungan ponsel itu tak terputus.
"Hei-"
"Aku bukan penjahat. Kim taehyung, pasien nona lalisa kim. aku hanya ingin memberi tahu, bahwa lisa dirumah sakit sekarang, tolong segera datang kesini sebab ada sesuatu yang mesti dibicarakan"
Fix, mendengar nada suaranya yang parau, rose sudah menebak sesuatu yang buruk memang terjadi pada lisa. Ia memejamkan mata sebentar dan berusaha untuk melanjutkan. Rose itu perasa, hatinya terlalu lembut saat mendengar kabar buruk itu. "Lisa dirumah sakit? Astaga, apa yang terjadi padanya" mungkin, pertanyaan itu yang terbentuk atas kerutan didahinya.
"Berikan alamatnya, aku akan datang bersama jimin"
sambungan telepon diputus, membuat taehyung menunduk dalam. Saat ini, pemuda itu tengah duduk menanti lisa yang sedang tertidur usai diberi obat pereda nyeri oleh dokter. Ia tersenyum miris, pikirannya berkelana keluar sana. Melihat lisa yang tak berdaya dengan alat pendeteksi jantung yang nenempel di dada, serta emergency oxygen yang diberikan melalui hidung, adalah cerminannya nanti atau mungkin-- dirinya akan lebih parah ketimbang kondisi lisa sekarang.
Taehyung masih sanggup untuk tetap tersenyum saat lisa terbangun ataupun menangis dikala gadis itu terpejam. namun nanti, saat gilirannya tiba, bisa saja jangankan berekspresi, membuka mata pun rasanya tak mampu. Sebulir liquid bening mengalir di pipinya. Mewakilkan hati yang rapuh, dan keputus asaan yang jelas tersirat di manik mata sang pemuda. Taehyung hanya belum siap jika nanti penyakitnya akan kambuh kapan saja, jelas!!! Pemuda itu mengharap kan lisa pulih dahulu lalu selanjutnya dirinya. jika mereka sama-sama terbaring di ICU, siapa lagi yang akan perduli satu sama lain?
"Oh ya tuhan!" taehyung mengusap kasar wajahnya. sangat-sangat merasa tak sanggup misalkan apa yang ia pikiran tadi, akan berubah menjadi nyata. jemarinya meraih tangan lisa. Menggenggam dengan penuh rasa, seraya menatap sendu gadis itu.
"Berdoalah pada tuhan agar kita tak terbaring bersama disini"
Kriet
Atensi sang pemuda beralih kesumber suara. menajamkan penglihatannya saat mendapati sepasang adam dan hawa yang sama sekali tak ia kenali. Satu dengan tatapan kecemasan dan satu lagi dengan air wajah yang penuh tanda tanya. Rose dan jimin.
Pasangan kekasih itu baru saja menghantam pintu kamar lisa dengan menggebu. Hingga rose yang berlari menghampiri sahabatnya bersama jimin yang menghampiri taehyung disana. Baru saja, gadis itu ingin menyuarakan nama lisa, taehyung segera menahannya.
"dia baru bisa tidur beberapa menit lalu, tolong jangan berisik. lebih baik kita bicarakan diluar. Ada sesuatu yang serius"
Taehyung melangkah penuh saat jimin dan rose mengangguk sekilas dan mengikuti langkahnya. Mereka, orang-orang yang menyayangi lisa itu, berdiri diluar kamar dengan perasaan bercampur aduk. Jimin dan rose sudah pasti paham akan situasi begini, karena mereka berdua memang bergerak di bidang kedokteran, tapi tak ada yang terbiasa jika menyangkut pada lisa, Gadis berusia 24 tahun itu, entah kenapa selalu berhasil membuat orang lain cemas tak halnya termasuk jimin dan rose.
"senang bertemu kalian, aku kim taehyung pasien lalisa kim. mungkin lisa sudah sedikit cerita tentang diriku pada mu, nona rose. aku mendengar bahwa kau memintanya untuk mengambil obat baruku" tunduk nya 90° menampilkan adab sang pemuda
"Aku jimin. oppa dari lalisa kim. Dan ini, kekasihku sekaligus sahabat lisa. Entah mungkin aku yang memang jarang berbagi kabar dengan lisa, tapi kenapa ia bisa berada disini? Apa sesuatu terjadi?"
Oke, melihat mereka yang jujur tak mengetahui apapun tentang penyakit lisa, pemuda itu semakin yakin bahwa selama ini, lisa menutupi segala kebenaran. Dan satu fakta lagi, bagaimana bisa kedua dokter dihadapannya ini, tak mengenali gejala yang lisa alami. Ya, ngomong-ngomong rose dan jimin masih mengenakan setelan jas putih itu dengan lengkap. Mereka terlalu dikejar waktu, setelah rose mendapat kabar dari taehyung, ia memilih untuk menghampiri jimin dan melesat sesegera mungkin ke rumah sakit dimana lisa dirawat. Sudah jelas, mereka orang sibuk, bukan manusia yang menyibukkan diri sendiri. Sudahlah, daripada taehyung berpikir negatif, lebih baik tujuan utamanya memanggil mereka segera dilaksanakan.
sejurus kemudian, tidak ada yang bersuara ataupun sekedar bergerak barang sedikitpun, bahkan bernapas saja terasa menyesakkan.
"Lisa menderita kanker otak"
Kalimat yang terdiri 4 kata menyiratkan fakta besar yang harus--mau tak mau mereka terima. Rose dan jimin saja, taehyung sudah jelas akan menerimanya. Menghantam hingga ke ulu hati, bagai petir yang menyambar di siang hari, ini terasa mustahil tapi tak bisa dibantah walaupun ingin.
Rose menangis sejadi-jadinya. hatinya buyar berkeping-keping mengetahui sang sahabat yang menderita sakit keras. Jangan ditanya bagaimana jimin sekarang, ia merasa gagal menjadi kakak yang baik untuk lisa. Ia meresa buta akan kehidupan sang adik yang terlampau jarak sebab pekerjaan. jimin hancur, dan rose rapuh. Takdir ini, mau tak mau mereka tanggung. Hanya berharap lisa kembali pulih walaupun itu terasa begitu mustahil. Mereka dokter, sudah pasti hapal betul bagaimana akhir kisah dari penderita kanker otak. Tak akan bertahan lama, kecuali tuhan memberikan nasib mujur pada lisa.
Sedangkan taehyung, ia memasang wajah terlampau datar menyaksikan jimin menuntun rose kedalam pelukannya. tersirat rasa iri dimanik mata sang pemuda.
"kumohon tuhan, berikan aku dan lisa kesempatan agar kami bisa merasakan apa itu cinta"
KAMU SEDANG MEMBACA
Time
FanfictionREPUBLISH TAELICE SHIPPER Setelah ini, diary hidupku akan penuh dengan kata kematian walaupun tak seorang pun mengharapkan itu. Ini selalu tentang waktu, waktu, dan waktu. Seberapa baik kah aku menghabiskannya. Karena setiap orang memiliki batas unt...