Apapun yang terjadi di part ini, jangan merasa kecewa. Happy reading
🖤
"Ketika kata tak lagi bermakna, diam adalah jawabannya"
🕊
Hari ini, tak ada satupun orang berserak di ranjang seperti biasa, kecuali pemuda dengan pakaian biru kebanggaan pasien bermarga kim itu. Biasanya ICU ramai, baik oleh manusia setengah sekarat ataupun malaikat pencabut nyawa yang berdiri ditengah-tengah ruangan itu. Hawa-hawa yang mencekam sudah tergantikan dengan keheningan dan suara tetes demi tetes obat infus milik taehyung.
Manik sang gadis tak sempat putus walau barang sekejap saja dari sang pemuda. Lisa disini? Iya sedari tadi malahan. mungkin, sejak rose mengantarkan berita mengagetkan ini. Semua tahu bahwa taehyung nampak lebih sehat beberapa hari belakang. Bahkan mungkin tak menunjukkan gejala kambuh sedikit pun. Tapi ternyata salah. Sebenarnya pemuda itu sungguh kelelahan, mesti bolak-balik dari rumah ke rumah sakit selama empat hari penuh. Menjaga lisa hingga mengabaikan kesehatannya sendiri. Lupa meminum obat untuk penambahan eritrosit sampai leukositnya naik diatas rata-rata. Rose dan lisa yang notabene bekerja dalam bidang kesehatan, tahu betul betapa ringkihnya keadaan taehyung sekarang, apalagi dikuatkan saat dokter lee membacakan hasil diagnosanya mengenai penyakit sang pemuda.
Lisa ingin menangis, tapi tidak menangis. Ia harus buktikan bahwa dirinya sudah mendapatkan kepulihan agar siap menunggu taehyung bangun dari tidurnya. Dimulai dari dirinya sendiri yang harus optimis, lalu menular pada taehyung. Hmm sudah sekitar tiga puluh menit lamanya dia berada disana. Menggenggam tangan sang pemuda tanpa jeda seraya mengurai senyum yang mengiris hati bagi siapapun yang melihatnya.
"Kim taehyung, apa jika aku mengatakan rahasia terbesarku kamu akan bangun, dan kembali menatapku?.... Aku akan beritahu kalau begitu, asalkan berjanjilah...berjanjilah untuk bangun lagi" setetes liquid bening mengilir di pipi mulusnya. Menghantarkan beribu pernyataan pilu dari sang gadis. Namun ia malah tersenyum tanpa ada niatan untuk menghapus jejak air mata itu. Untuk sementara, tak ada yang bisa ia lakukan selain bermonolog sendiri. Menganggap taehyung mendengar, padahal pemuda itu sedang bertaruh dalam komanya. Menawar riang antara hidup dan mati dengan malaikat disisi kanannya. Tidak, tidak...taehyung hanya sedang berjuang untuk hidup kembali.
"Tae aku mencintaimu hiks hiks hiks..." tangisnya pecah. Lisa menunduk dalam, menekan segala sesak yang memenuhi dadanya begitu kuat. Ia merasa, kebahagian yang datang silih berganti itu semu bagai fatamorgana. semua air mata yang ia keluarkan itu hanyalah sia-sia belaka. Tak membuat taehyung bangun, dan hanya semakin memperkeruh keadaan. Jalanan sudah buntu rasanya, ia tertinggal jauh didepan dan tak bisa menemukan taehyung walaupun dirinya berbalik.
"Ayo bangun...bangun dan kembali melihatku, aku menyedihkan tanpamu" isak lisa tanpa menyadari sepasang suami istri yang berdiri dibelakangnya dengan tatapan iba yang begitu lekat. Mereka, nyonya dan tuan kim yang tak pernah menyangka sama sekali bahwa lisa bernasib sama dengan putranya. Rose sudah cerita, bagaimana bisa lisa mengenakan baju pasien itu hingga taehyung yang terbaring di ruang icu. sejujurnya nyonya kim tak ingin mengganggu saat dirasa, isakan lisa mulai tak terdengar. Pikirnya gadis itu sudah sedikit tenang, apalagi dengan kepalanya yang ia tidurkan diatas jemari sang pemuda.
"Aku sungguh tak menyangka bahwa taehyung berakhir seperti ini, lalisa. Sudah jelas aku tak menyalahkanmu. Secara pribadi, aku dan tuan kim berharap atas kesembuhan mu dan tentunya juga dengan taehyung." ujarnya seraya menyeka air mata. Beberapa detik dia menanti, namun lisa tak kunjung menjawab. Apa mungkin sang gadis kelelahan setelah menangis? Nyonya kim menghampiri lisa dan mengusap punggungnya, mencoba membangunkan. Tapi nihil, tak ada pergerakan sama sekali. Wajah lisa bahkan sudah pucat. Nyonya kim beralih menyentuh jemari sang gadis, namun yang ia temukan malah rasa dingin yang menyeruak hingga ke belulang.
Nyonya kim tak berkata lagi setelah itu, tatapannya bergerak cepat dan segera berlari keluar meninggalkan kebingungan dari tuan kim. Mendobrak pintu icu dengan keras hingga seluruh pasang mata diluar menatapnya intens
"Ada apa nyonya?" itu rose, yang segera berdiri menemui wanita itu.
"Lalisa pingsan, seluruh tubuhnya dingin" Rose menyusup secepat mungkin diikuti beberapa perawat yang tengah berjaga diluar. Kekalutan dirinya semakin bertambah saat melihat kepala lisa merebah disisi ranjang dengan jemari yang masih bertautan dengan jemari milik sang pemuda.
Death note🖤
Padahal perkiraannya itu tiga ratus enam puluh hari melawan tiga tahun. Tapi aku malah merasa ini lebih cepat berkali-kali lipat. Kami belum genap sebulan mengenal, malah rasanya baru beberapa hari kemarin. Tapi itu kan hanya dirasa-rasa, padahal aku pikir kami sudah sangat-sangat saling mengenal.Aku lelah, rapuh, dan berantakan. Aku hanya ingin tidur. Biar diriku saja, taehyung jangan. Karena tujuan awal ku berdiri dihadapannya adalah membuatnya bisa kembali melihat dunia. Siganeul gaerigo umyeon. Waktu dan takdir, memang saling berdampingan tanpa bisa dicegah. Tapi hidup ini memang selalu tentang waktu, waktu, dan waktu. Aku menemukannya, dan jatuh cinta. Tapi sayang, aku tidak pandai dalam menghabiskan takdir ku dengan baik.
Aku mulai lelah merasakan hal yang sama terus menerus. Itulah kenapa, aku menutup mata dan memilih lompat keluar💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Time
FanfictionREPUBLISH TAELICE SHIPPER Setelah ini, diary hidupku akan penuh dengan kata kematian walaupun tak seorang pun mengharapkan itu. Ini selalu tentang waktu, waktu, dan waktu. Seberapa baik kah aku menghabiskannya. Karena setiap orang memiliki batas unt...