Episode 17

1.8K 148 98
                                    

2018

Jeongyeon POV

Kini Aku bersama wanita yang Aku cari selama ini. Wanita yang berhasil membuatku jatuh cinta dan sakit hati saat bersamaan.

Dan sepertinya Aku harus minta maaf pada Jihyo Noona karena Aku tidak mempercayai kata-katanya. Ya, Dihadapanku kini ada Mina Noona dan sekarang Ia berbadan dua.

"Kau tidak mau makan?" Tanya Dia yang tengah sibuk menata Bossam nya

"Ani..." Jawabku dingin

Setelah dirasa bossamnya cukup, lalu Ia masukkan ke dalam mulutnya lebar-lebar "Nyam...nyam...."

'Brag

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Brag....' Emosiku memuncak pada akhirnya menggebrak meja. Sontak Mina Noona terkejut dengan apa yang Aku lakukan.

"KAU TAHU BAGAIMANA AKU HIDUP SELAMA INI? AKU TIDAK BISA MAKAN! TIDAK BISA TIDUR! AKU HIDUP DENGAN HARAPAN KOSONG DARIMU. AKU SELALU MEMIKIRKANMU, TAPI APA YANG AKU DAPATKAN? TIBA-TIBA KAU MUNCUL DAN BERTANYA 'KAU TIDAK MAU MAKAN?' BISA-BISANYA AKU MENYUKAIMU. WANITA TIDAK TAHU DIRI. KAU MAKAN SAJA.. MAKANLAH.." 

"Benar, kau tidak mau makan?" Tanya Dia kembali yang menyadarkanku dari lamunan. Tenang, Aku tidak benar-benar mengatakan itu padanya.

"Ah...Ani... makanlah..." suruhku dan Mina Noona makan dengan sangat lahap. Seakan tidak akan ada esok hari..

"Ka...kapan Kau akan melahirkan?" Tanyaku gugup

"Dalam waktu dekat..Nyam...nyam..." Jawabnya santai

"Lalu kapan Kau menikah??" 

"Tahun ini juga, sebelum Aku keluar dari Lotte Store." Katanya sambil tersenyum

"Begitu rupanya..." Responku

"Apa tidak ada satupun yang Kau undang di pesta pernikahanmu?" 

"Ani.. hanya Kami dan keluarga." Jawabnya

"Apa Dia Suami yang baik untukmu? menjagamu dan menyayangimu sepenuh hati?" Tanyaku dengan nada bergetar

"Ya, Dia suami terbaik yang Aku miliki. Aku merasa pertemuan Kami bagaikan takdir." Jawabnya

'Lalu, Apa yang harus Aku katakan, saat Ia mengatakan ini takdirnya? Kenapa ini bukan takdirku? Kenapa Ia tidak mengatakan padaku sebelumnya? Apa gunanya jika Aku berteriak atau marah padanya.' Kataku dalam hati

"Enak sekali.." Gumamnya sambil mengelus perut buncitnya. Tidak lama Ia berdiri dan menghampiri kasir. 

Dengan cepat Aku menahannya "Biar Aku yang bayar. Anggap saja ini hadiah atas pernikahanmu dariku."

"Berapa?" Tanyaku ke kasir

"50 ribu won (627 ribu rupiah)" 

.

Oh, Boy! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang