Gelas kaca berisi kristal es batu yang sengaja dibentuk menyerupai bola tersebut diletakkan tepat di hadapan Xiaojun. Sang barista dengan tanda pengenal Qian Kun menghela nafas panjang ketika melihat betapa kacaunya 'pelanggan setia'-nya yang kini bahkan tak bisa duduk dengan tegak karena pengaruh alkohol kadar tinggi yang telah ia habiskan.
"Xiaojun.."
Yang dipanggil mendongak, matanya menyipit untuk memperjelas pandangannya dan tersenyum tipis mendapati Kun yang menatapnya khawatir. "Eung?"
"Kau sangat mabuk, sebaiknya kau pulang sekarang. Aku akan memesan taksi."
Xiaojun menggeleng beberapa kali, lalu mengambil gelas yang diberikan Kun dan ia ulurkan. "Aku ingin beberapa sampanye."
"Kau benar-benar..." Kun menahan perkataannya, manajernya tengah mengawasi tak jauh dari tempatnya dengan sorot penuh peringatan. Dan sedekat apapun hubungan mereka, Xiaojun tetaplah datang sebagai pelanggan pada bar ini. Dengan sangat terpaksa, Kun menuangkan beberapa sampanye kedalam gelas tersebut sesuai dengan permintaan Xiaojun. Pandangannya tertancap setajam elang ke arah Xiaojun yang bahkan tak meliriknya sama sekali. "Aku akan memanggil Yukhei, kau harus pergi setelahnya. Demi Tuhan, apa kau bahkan tahu kebiasaan mabukmu begitu buruk?!"
Xiaojun menganggap angin lalu perkataan Kun, ia hanya ingin mengosongkan pikirannya malam ini. Mengenyahkan jauh-jauh tentang sosok yang baru saja membuat menghancurkan perasaannya dalam satu malam. Sosok yang telah membuang begitu saja waktu satu tahun kebersamaan mereka tanpa ingin mengerti Xiaojun barang sedikitpun.
Hah, mengingatnya kembali membuat Xiaojun frustasi. Ia kembali meneguk sampanye yang baru saja Kun tuangkan dalam sekali teguk dan mengusap kasar bibirnya dengan lengan. Memejamkan mata sejenak ketika rasa pusing dikepalanya semakin menjadi.
Pria yang Kun katakan datang sekitar dua puluh menit kemudian, mengenakan celana jeans lusuh dan jaket kulit dengan bau rokok menyengat. Pria itu datang dan segera merebut gelas yang hanya berjarak setengah senti dari bibir Xiaojun, sebelum kemudian meneguk isinya habis dan memamerkan cengiran.
"Lucas!!" Xiaojun setengah berteriak protes, namun tubuhnya terlalu lemas untuk bertindak apapun. Jadi, yang ia lakukan hanya menatap kesal ke arah pria tinggi itu dengan tatapan khas orang mabuk.
"Kebetulan sekali JunJun, aku benar-benar membutuhkan tempat ungsian saat ini." pria bernama Yukhei--atau lebih sering dipanggil Lucas--itu berujar tanpa sungkan. Lalu ia merogoh saku jaket dan mengeluarkan sebatang rokok dari sana.
Sayangnya, Kun bergerak lebih cepat. Dia mengambil rokok tersebut dan menyimpannya dengan menatap Lucas malas, "Aku memintamu kesini bukan untuk kesenanganmu, Wong Yukhei. Cepat bawa Xiaojun ke apartemennya dengan selamat, sebelum aku melaporkan kepada Mr. Wong tentang keberadaanmu."
Lucas mengatupkan mulutnya, tidak menemukan celah untuk membantah sama sekali. Dia mengusap hidungnya dengan decakan, lalu berdiri dan merangkul Xiaojun dengan begitu susah payah. "Baiklah kami pergi, kami pergi. Selamat malam Tuan Qian Yang Terhormat, semoga anda lekas diberikan kesadaran tentang pentingnya kesetiakawanan oleh Tuhan secepatnya."
Kun hanya membalas dengan helaan nafas panjang, menatap kepergian dua sahabatnya yang justru semakin mengkhawatirkan, ia hanya bisa berharap mereka sampai pada apartemen Xiaojun secepatnya. Tanpa meninggalkan masalah apapun.
🔸️Seoul City🔸️
Lucas membanting tubuh Xiaojun diatas kasur milik pria itu, nafasnya terengah tak beraturan, terima kasih kepada Xiaojun beserta bobot tubuhnya yang tidak main. Lucas seperti baru saja membawa sepuluh karung beras sekaligus.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Book 2] Seoul City ▪ HenXiao ☑️
FanfictionKota Seoul menjadi saksi bagaimana pertemuan tanpa disengaja mereka perlahan menciptakan letupan afeksi penuh ambiguitas yang terus menggerayangi selama dua kali pergantian malam secara berturut. Kota Seoul pun menjadi saksi atas perpisahan yang me...