“Kau yakin Lucas tak masalah dengan ini?”Hendery menghela napas untuk yang kesekian kalinya, ia meletakkan kardus terakhir berisi koleksi buku milik kekasihnya sebelum berbalik untuk menghadap, Xiaojun dengan ransel dipelukannya. “Pada dasarnya, apartemen ini milikku. Kau tahu Lucas memiliki istananya sendiri.”
Xiaojun mendengus. “Tapi dia selalu kabur dari sana dan tinggal di sini”
“Dia pria berusia dua puluh enam tahun, Hendery. Ini waktunya dia berhenti bermain kucing-kucingan dengan Ayahnya.” Hendery berbalik, mengamati kamarnya yang kini penuh oleh barang-barang milik Xiaojun yang masih terbungkus rapih dalam beberapa kardus dan tergeletak tak beraturan.
“Dia tidak membalas satupun pesanku. Kupikir dia akan kembali merajuk dan itu hanya akan merepotkan.” Xiaojun bergumam kecil.
Mendengarnya, Hendery kembali berbalik. Tersenyum gemas lalu melangkah mendekati Xiaojun dan mencium bibirnya selama beberapa saat.
Xiaojun menernyit saat Hendery menarik diri. “Untuk apa tadi?”
“Kau menggemaskan.”
“Hah?”
“Kau bersikap sangat membenci Lucas, tapi kau khawatir dia marah padamu?”
Xiaojun mengelak dengan cepat. “Aku memang membencinya.”
Hendery tak membalas, hanya memamerkan cengiran lebar dan mengacak kasar surai Xiaojun hingga berantakan. Perlakuannya dibalas dengan pekikan kesal, namun Hendery tak memusingkan.
“Kau hanya punya satu kamar?”
Xiaojun mengalihkan topik pembicaraan, melangkah melewati Hendery dengan memindai sekeliling ruangan lelaki tersebut. “Kau berbagi ruangan dengan Lucas sebelumnya?”
“Kau gila?” Hendery jelas tersinggung, ia mengikuti Xiaojun duduk di samping ranjang miliknya—atau milik mereka—dengan tatapan tak lepas dari sang kekasih. “Kau pikir untuk apa aku mengajakmu tinggal bersama kalau kita tidak berbagi ruangan?”
Xiaojun melirik Hendery, seketika risih dengan tatapan pria itu. Ia mendengus, mendorong pelan dahi Hendery dengan jari telunjuk. “Kau tahu aku pria kolot.”
“Memangnya apa yang kubicarakan?”
“Topik tanpa konteks yang jelas?”
“Tidakkah kau yang terlalu bersemangat untuk menanggapi sebuah 'topik tanpa konteks yang jelas' ini? Kenapa? Kau ingin kita melakukan sesuatu.”
“Ingin kupukul?”
“Coba saja.”
Hendery membenarkan posisi duduknya, menatap Xiaojun menantang yang dibalas kekehan kecil.
Xiaojun lalu beralih serius, tangan kanannya ia angkat dan ia layangkan kearah Hendery dengan cepat hingga pria disampingnya tersebut menutup mata karena terkejut, untuk sesaat, Hendery benar-benar merasa sebuah pukulan keras akan ia dapatkan setelah ini.
Namun, yang Hendey dapati justru sebuah ciuman panjang.
Hendery membuka mata, mendapati Xiaojun yang kini—entah mendapat keberanian darimana—menyerangnya dengan sebuah ciuman.
Bukan tipikalnya sama sekali.
“Kau..”
Xiaojun merasakan telinganya terlalu panas hingga ia tak bisa menatap langsung mata Hendery, pria itu berdiri, mencoba menghindar secepat mungkin dengan keluar dari ruang kamar.
Hendery tersenyum lebar, ia berdiri dan melangkah dengan riang mengikuti Xiaojun menuju dapur. Menghampiri Xiaojun yang kini mematung di depan meja dengan sebuah cangkir kosong.
Hendery berdiri tepat di belakangnya, memeluk Xiaojun sembari meletakkan dagunya pada pundak dan memberinya beribu kecupan.
“Apa yang kau lakukan?” Xiaojun berseru malas, ia berbalik dan menyesal pada detik selanjutnya ketika keduanya nyaris tak memiliki jarak. Hidung mereka bahkan telah bersentuhan.
“Tadi itu adalah pertama kalinya.” Hendery bergumam, semakin merapatkan pelukannya membuat Xiaojun reflek meremas bagian lengan sweater yang Hendery kenakan.
“Apanya?”
“Kau, menciumku terlebih dulu.” Hendery melebarkan senyumnya. “Sekarang aku benar-benar merasa perasaanku terbalas.”
Xiaojun mendengus, “Kau membuatku terlihat buruk.”
Hendery mengangkat bahunya, “Bukan itu yang kumaksud.”
Xiaojun kini beralih mendorong pelan Hendery untuk menjauh. “Kita masih harus membereskan barang-barang milikku.”
Hendery justru semakin merapatkan pelukannya. “Beri aku ciuman lainnya.”
Ketika Hendery mendekatkan wajahnya, Xiaojun dengan cepat mendorong bibir pria di depannya dengan tangan. Wajahnya menernyit penuh defensif. “Tidak. kita harus kembali ke kamar dan membereskan barangku.”
Hendery tak peduli sama sekali. Ia tetap memajukan wajahnya dengan sekali dorongan hingga punggung tangan Xiaojun menempel pada bibirnya sendiri. Membuat jari-jari milik Xiaojun menjadi batas antara pertemuan bibir keduanya.
Xiaojun mendelik, ingin mengelak namun Hendery terus mendorongnya hingga ia tak memiliki celah.
Hendery perlahan menggenggam pergelangan tangan Xiaojun, menariknya dengan pelan namun pasti untuk menjauh; menyingkirkan dinding yang membatasi mereka.
Ketika pada akhirnya bibir keduanya bertemu, kedua pasang mata itu terpejam lamat. Berusaha mengutarakan perasaan masing-masing melalui tindakan isyarat, menyalurkannya dengan penuh hati-hati dan rasa saling menghargai.
Pelukan pada pinggang Xiaojun mengerat, pun dengan cengkeraman Xiaojun pada pundak pria di hadapannya. Keduanya terlalu larut dalam suasana yang mereka buat, tenggelam dalam sebuah ciuman panjang. Seketika melupakan tumpukan kardus yang masih harus mereka selesaikan.
🔸️Seoul City🔸️
Kota Seoul.
Tempat itu memiliki banyak arti. Menjadi tempat mereka berpijak pada pertemuan pertama yang seolah merupakan tuntunan sebuah takdir, menjadi tempat pertukaran hati yang tersalur melalui potongan adegan romansa tanpa peduli jenis cinta yang dijalani. Kota Seoul lebih dari sekadar tempat kenangan akan sebuah bagian perjalanan hidup, ia justru menjadi langkah awal dari perjalanan itu sendiri dengan jalur lintas baru yang dipenuhi kelopak bunga.
Kota Seoul.
Sebuah kota yang terlukis dalam ruang memori terbesar; menjadi suatu hal yang khusus karena disanalah cinta mereka berlabuh.
Mungkin, Kota Seoul bukan sebuah rumah bagi mereka. Namun, Kota Seoul merupakan gerbang yang menuntun mereka untuk memasuki pekarangan rumah mereka yang sebenarnya.
Kota Seoul.
Sepertinya, 'terima kasih' adalah frasa yang tepat untuk diajukan terhadapnya.
End of the Epilog
Aku lupa nggak re-up Epilog TT padahal ini udah ada di draft sejak entah kapan--udah lama TT
Anyway, special part akan terdiri dari dua bagian ya, tetap akan fokus ke HenXiao. Untuk karakter lain akan tetap kunotice, tetapi sepertinya nggak akan kubikin part sendiri:(
KAMU SEDANG MEMBACA
[Book 2] Seoul City ▪ HenXiao ☑️
FanfictionKota Seoul menjadi saksi bagaimana pertemuan tanpa disengaja mereka perlahan menciptakan letupan afeksi penuh ambiguitas yang terus menggerayangi selama dua kali pergantian malam secara berturut. Kota Seoul pun menjadi saksi atas perpisahan yang me...