Sebagai pemimpin salah satu dari tiga perusahaan redaksi majalah terbesar di Korea, LookUp, Johnny Seo tentu merasa bertanggung jawab atas banyak hal, termasuk memastikan segala hal yang berkaitan dengan proyeknya berjalan dengan benar. Dalam artian tidak meninggalkan sedikitpun kesalahan kerja yang bisa menghambat perkerjaan banyak orang.
Edisi bulan ini sedikit merepotkan menurutnya, namun di waktu yang sama Johnny puas karena berhasil mengangkat tema yang pasti akan menggegerkan semua orang.
Raja gaya busana Asia, Cai Xukun.
Mereka berhasil menggaet bintang besar asal Cina tersebut sebagai topik utama majalah mereka dalam edisi bulan ini. Dan itu adalah hasil yang sangat memuaskan dari usahanya dan staf lain yang selama berhari-hari hanya tidur kurang dari tiga jam demi mengeluarkan usaha terbaik mereka agar dapat menghubungi perusahaan dari sang bintang agung yang memiliki kesibukan dengan taraf lebih dari gila itu.
Karena itu, sekarang Johnny harus mengusahakan segala upaya untuk memberikan kesan yang baik, salah satunya adalah dengan membawa dirinya sendiri menjemput sang artis di Bandara Internasional. Johnny membawa sebuah banner hitam cukup mencolok yang bertuliskan 'Cai Xukun' sebagai tanda pengenal, berdiri dengan sabar menunggu kedatangan Xukun bersama Winwin, salah satu stafnya yang berasal Cina. Johnny sengaja membawa pria itu sebagai penerjemah mengingat dirinya sangat payah dalam bahasa Cina.
Namun, ada satu masalah yang timbul saat ini.
Mereka sama sekali tak menduga harus mendengar jeritan sekaligus jepretan kamera dari para fans dengan jumlah yang tak bisa diremehkan. Menyadarkannya akan kepopuleran artis itu yang memang merembet ke seluruh Asia. Bahkan meskipun mereka telah menyewa jasa keamanan, kerumunan sebesar itu cukup melelahkan untuk diatur.
Ketika yang ditunggu pada akhirnya menampakkan visual dari arah pintu kedatangan, hampir semua orang terpaku ke arah yang sama. Sosok Cai Xukun bahkan hanya dengan satu setel pakaian kasual, terlihat begitu mempesona dan memancarkan aura bintang yang begitu menyilaukan. Para penggemar berlomba untuk mengambil foto ataupun berharap akan atensi dari sang idola dengan berteriak penuh pujaan, memekakkan telinga hingga mengusik beberapa orang asing yang sama sekali tak tertarik dengan kedatangan Cai Xukun.
Di tengah itu semua, hanya satu hal yang membuat Johnny tiba-tiba terpaku di posisinya. Sorot pandangannya tertuju pada pria lain yang berjalan di samping Cai Xukun yang kini memasang raut terganggu dengan kepadatan orang di sekitarnya.
Ia menatap lurus pria bermata tajam dengan mantel putih tulang yang menyapanya dengan setengah tulus.
Johnny sama sekali tidak payah dalam urusan mengingat. Johnny tahu betul bahwa wajah pria yang berprofesi sebagai manajer Cai Xukun tersebut sama persis dengan wajah pria yang tertata rapi di tiap lembaran album berukuran sedang milik sahabatnya. Tersimpan apik di ujung rak buku yang tidak terjangkau oleh penglihatan sekilas. Tersembunyi dengan sangat baik dari Na Jaemin tiap kali pria itu mendatangi rumah kekasihnya.
Dia, pria yang sama dengan pria yang telah merubah beberapa sisi dari Huang Hendery satu tahun belakangan.
Xiao Dejun.
"-halo?"
Johnny terlonjak, sedikit kaget ketika pria yang ia amati entah sejak kapan telah berada di hadapannya dengan pandangan yang sesekali melirik risih kepada para penggemar yang tak berhenti membuat repot petugas keamanan.
"Bisa kita pergi sekarang? Sepertinya artisku sedikit tidak nyaman, dia masih terkena jet-flag." Dia menggunakan bahasa Mandarin dengan hati-hati, membuat Johnny melirik Winwin yang seketika menjadi translator diantara mereka.
"Dia memintamu untuk berhenti berekspresi bodoh dan kita pergi sekarang juga. Terlalu banyak penggemar disini." Winwin berujar dengan senyuman manis yang palsu, dan Johnny sepenuhnya mengerti jika rekannya itu menambah sedikit bumbu--yang tentu saja datang dari pemikiran pribadinya--dari apa yang sebenarnya Xiaojun katakan. Kentara sekali Winwin sangat jengah dengan situasi sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Book 2] Seoul City ▪ HenXiao ☑️
Fiksi PenggemarKota Seoul menjadi saksi bagaimana pertemuan tanpa disengaja mereka perlahan menciptakan letupan afeksi penuh ambiguitas yang terus menggerayangi selama dua kali pergantian malam secara berturut. Kota Seoul pun menjadi saksi atas perpisahan yang me...