“Aku pikir kau akan tersedot ke dalam ponselmu sebentar lagi.”
Hendery terkekeh mendengar komentar sinis dari Xiaojun. Pria itu baru saja pulang, sedikit lebih larut dari yang telah ia janjikan sebelumnya. Hendery menepuk beberapa kali sofa kosong di sampingnya, meminta Xiaojun untuk duduk menempati.
Xiaojun menurut tanpa pertimbangan. Ia melempar asal tas jinjingnya dan membanting tubuh hingga memantul sekali di atas sofa. Seluruh tubuhnya terasa remuk. Terima kasih kepada drama terbaru Xukun yang merepotkan semua orang.
“Aku menunjukkannya agar kau tidak salah paham.” Hendery benar-benar menunjukkan foto yang telah ia amati selama beberapa saat itu tepat di hadapan wajah Xiaojun. Berhasil membuat Xiaojun mengernyit sejenak ketika melihat visual dari mantan kekasih dari kekasihnya saat ini—Na Jaemin.
“Dan? Apa alasanmu menunjukkan hal ini kepadaku? Kau ingin memamerkan bekas pacarm—”
“Ck, lihat ini.”
Jari Hendery menunjuk ke arah sosok yang tampak berada di belakang Na Jaemin. Titik yang akan Xiaojun abaikan kalau Hendery tidak mengambil inisiatif. Xiaojun kembali mengernyit, kali ini dengan lebih dalam.
“Sepertinya, dia benar-benar telah melupakanku.” Hendery menjelaskan. Senyuman sama sekali tidak luntur dari bibirnya, sepasang matanya masih betah memandangi setiap perubahan ekspresi yang Xiaojun tunjukkan. Mulai dari kebingungan, sedikit kesal, hingga sedikit sarat sinis. Hendery pikir, itu cukup menghibur, tidak, sangat menghibur.
“Dan kau sedih karena telah dilupakan?”
Hendery mengangkat bahu sekilas. “Aku tidak merasakan apapun. Justru aku ingin menanyaimu, apa kau lega sekarang?”
“Kenapa harus lega? Dia melupakanmu atau tidak, kau milikku sekarang.”
“Kau begitu percaya diri. Sepertinya kau tidak ingat kompetisimu sebelum ini.”
“Sudahlah, aku tidak ingin membahasnya.” Xiaojun beringsut menjauh. Rasa lelahnya seolah bertambah berkali lipat ketika Hendery menggiring ke topik itu.
“Kenapa? Kau masih merasa bersalah terhadap Jaemin?”
“Hendery.” Xiaojun memanggil dengan tegas. “Kita masih harus memahami batas meski menjalin hubungan. Dan aku sama sekali tidak nyaman jika kau mengungkit hal ini.”
“Kau harus paham cara untuk melepaskan diri. Jaemin telah memiliki kehidupannya sendiri, dan tidak ada aku di sana. Kau harus berhenti bersikap seperti ini setiap kali aku menyebut nama Jaemin.”
Xiaojun berdiri dengan cepat. Ia melemparan lirikan tajam kepada Hendery sebelum melangkah lebar memasuki kamarnya. Hendery tidak menahan. Helaan napas berat keluar dari bibirnya begitu suara pintu terbanting keras terdengar. Di tempatnya, Hendery mengacak kasar surainya dan mengusap wajah. Mencoba menenangkan diri dengan memejamkan matanya.
️🔸️Seoul City🔸️
Sebenarnya, Xiaojun tidak sensitif terhadap topik Na Jaemin pada awal Hendery menemuinya setelah satu tahun berpisah. Saat itu Xiaojun masih terselimuti oleh perasaan bahagia hingga ia tak memiliki minat untuk memikirkan perasaan orang lain. Ia telah melupa tentang hal-hal yang ia alami sebelumnya.
Semua perasaan tidak nyaman itu bermula ketika Xiaojun tanpa sengaja membaca sederet pesan dari ponsel Hendery. Itu adalah rentetan kalimat murka dari teman Hendery di Korea, Hendery menamai kontak orang itu dengan Johnny Seo
Johnny Seo
Hei, bangsat.
Apa kau percaya jika Jaemin telah melepasmu sepenuhnya?
Bagaimana bisa kau pergi tepat setelah melukainya?
Aku tidak percaya aku pernah mengasihanimu
Berbahagialah dengan orang barumu, sialan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Book 2] Seoul City ▪ HenXiao ☑️
FanfictionKota Seoul menjadi saksi bagaimana pertemuan tanpa disengaja mereka perlahan menciptakan letupan afeksi penuh ambiguitas yang terus menggerayangi selama dua kali pergantian malam secara berturut. Kota Seoul pun menjadi saksi atas perpisahan yang me...