Xiaojun yang baru saja keluar dari kamar mandinya menghela napas penuh kejengahan saat mendapati Xukun yang telah memakai piyama tidur kini berbaring di kasur sembari bermain game tanpa raut rasa bersalah sedikitpun. Xiaojun mendekat, melipat kedua tangan di depan dada dan berhenti tepat di samping kanan kasur itu.
"Apa yang kau lakukan?"
Xukun meliriknya sekilas dengan tak fokus, sebelum sekon berikutnya kembali tenggelam dalam permainan ponselnya meski tetap menjawab. "Aku ingin tidur disini."
"Lalu untuk apa kau merengek menginginkan kamar VVIP jika akhirnya kau hanya membuang uang perusahaan?"
Xukun menarik nafas, lalu menarik diri untuk duduk tegap sambil membanting ponselnya asal di atas kasur.
"Jujur padaku. Fotografer itu... apa hubunganmu dengannya?" Xukun bertanya tajam. Meneliti setiap sudut dari garis wajah Xiaojun seolah tak akan meninggalkan barang satu inchipun lengah dari jangkauan pandangnya.
Mendengarnya, Xiaojun menaikkan sebelah alis. Tak mengerti bagaimana Xukun tiba-tiba membahas perihal Hendery sementara pembicaraan mereka sebelum ini tidak memiliki kolerasi apapun terhadap fotografer itu. "Kenapa? Apa urusannya denganmu? Keluar dari ruanganku sekarang, demi apa ini telah lewat dari tengah malam. Besok kau akan memulai pemotretan, Cai Xukun."
"Huang Hendery, benar?" Xukun memilih abai. Bersikap setengah berpikir dengan mengusap dagunya. "Bagaimanapun aku memikirkannya, aku tetap merasa ada yang salah dengan pria itu."
"Xukun."
"Kau tidak berpikir dia menganggapmu sebagai pria?"
Xiaojun terdiam untuk beberapa saat setelah kalimat itu keluar dengan begitu gamblang. Mencoba abai, Xiaojun berdecak malas.
"Lalu, kau pikir aku wanita?"
"Kau tahu bukan itu maksudku." Xukun berujar tenang. Lantas beringsut untuk lebih dekat dengan Xiaojun. "Dia pasti seorang gay."
Xukun mendongak, Xiaojun masih tak bergeming di tempatnya. Seolah tak puas dengan posisinya, Xukun kemudian berdiri tepat di hadapan Xiaojun. Lalu mendekatkan diri sambil berbisik, "dan dia tahu kau seorang biseksual."
Xiaojun mendorong Xukun ketika sadar jarak di antara mereka terlalu dekat. Ia menghindar, berlalu dari hadapan Xukun dan mengambil pengering rambutnya dari kopor yang telah terbuka.
"Dia hanya kenalanku, tidak lebih. Berhenti mengatakan hal konyol dan keluar sekarang. Atau kau akan menerima konsekuensinya pada pemotretan besok."
"Persetan dengan konsekuensi." Xukun berbalik, mengikuti pergerakan Xiaojun dengan netra hazel miliknya, "Gege, kau sendiri? Apa juga... tertarik pada pria sialan itu?"
"Sialan? Apa ada alasan mengapa kau menyebutnya sialan di hari pertamamu kenal dengannya?"
Tentu saja ada!
Teriakan Xukun hanya sampai pada tenggorokan. Ia bahkan tak bisa mengatakan apapun sebagai pembelaan diri dalam situasi ini. Xukun hanya bisa menghela napas panjang. "Apa itu poin pembicaraanku?"
"Ya, itu." Xiaojun mulai menyalakan pengering rambutnya dan mengarahkan alat itu ke kepalanya, ia melirik Xukun dari cermin panjang di hadapannya dan berujar. "Ini Korea. Jangan tinggalkan kesan buruk dengan siapapun. Atau aku akan menulis surat pengunduran diri karena malu."
"GE!"
"Kalau sudah selesai bicara, keluarlah. Aku ingin istirahat."
Xukun terlihat masih memiliki banyak hal yang ingin ia ucapkan. Namun ia memutuskan untuk menelannya dan hanya berdesis pelan. "Aku akan mengawasi kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Book 2] Seoul City ▪ HenXiao ☑️
FanfictionKota Seoul menjadi saksi bagaimana pertemuan tanpa disengaja mereka perlahan menciptakan letupan afeksi penuh ambiguitas yang terus menggerayangi selama dua kali pergantian malam secara berturut. Kota Seoul pun menjadi saksi atas perpisahan yang me...