Sandara. Yogyakarta, 12 Juli 2048
Nafasku menderu kencang. Sekujur kulitku teriris-iris mengeluarkan darah. Pandanganku kabur, berbayang, normal, dan terus berubah dengan cepat. Ada gejolak asam merayapi naik kerongkonganku. Aku memuntahkannya.
Kuberlutut di atas tanah putih tandus, yang kini, tanah itu menerima muntahan asam lambungku. Makanan yang kumakan kemarin malam berupa sup ayam beserta sayuran kentang keluar dalam wujud bubur muntahan. Kuseka mulutku. Aku tak sanggup menangkis rasa asam dan aroma asam lambungku sendiri. Tidak menyenangkan. Lebih tidak menyenangkan sensasi pening yang kuterima kali ini.
Kuberpijak kepada tanah karang agar kubisa berdiri, tetapi kakiku memberontak. Dia mengirimkan sengatan rasa sakit yang tidak tertahankan. Aku kembali berlutut. Kerikil karang telah merobek lututku, dan telapak tanganku lebih banyak dan lebih dalam.
Pandanganku menemukan pandangan yang bukan merupakan perwujudan realitasku. Ibraham dan nyonya Avery yang berada di dalam bangsal perawatan sedang berdiskusi, kemudian datanglah sekelompok manusia bertubuh sempurna. Salah satu di antara mereka menebas kepala Ibraham dan nyonya Avery dalam sekali tebasan. Kelompok lainnya, menebas seisi rumah sakit. Mereka tertawa. Orang yang menebas Ibraham dan nyonya Avery keluar rumah sakit dengan membawa kepala Ibraham dan nyonya Avery tanpa hormat. Ia menancapkan kepada Ibraham dan nyonya Avery di sebuah pancang logam bekas. Banyak orang di luar rumah sakit terdiri dari 2 kubu: mereka yang tertawan menuduk tersungkur di tanah, dan mereka yang menawan dengan senjata menodong para tawanan. Ia berkata 'ada atau tidak ada anti-christ kita telah menang'. Mereka mengelu-elukan dengan semangat. Dari atap rumah sakit, sebuah bendera besar dengan sebuah lambang rune kuno berkibar. Dari sana juga, muncul gargoyle-gargoyle turun.
Tidak, itu bukan patung gargoyle, itu adalah siluman. Mereka sangat hitam, merah pekat, hijau pekat, dan biru pekat. Tidak ada sinar matahari yang memantul dari mereka. Mereka menghisap semua cahaya sehingga tampak begitu kelam. Angkasa dan dunia tampak kelam. Masyarakat mengelukan kemenangan, dan kejayaan seorang nama, bak meneriakan panji Tuhan, tetapi bukan. Aku tidak akrab mendengar untaian kalimat itu. Kelompok orang itu kemudian membawa jasad-jasad itu dengan cara yang kotor menuju satu api unggun besar di seberang podium. Mereka meludahi jasad-jasad itu, menjulurkan lidah mereka sembari mengencingi jasad-jasad itu, memasukkan kemaluan mereka ke mulut salah satu jasad yang sudah terlepas plastiknya, dan cara lainnya yang begitu hina dan tanpa hormat yang bisa ditunjukkan kepada jasad. Di atas perapian, jasad-jasad itu diikat, dan dipancang di antara kayu-kayu. Kini aku bisa melihat sosok keempat jasad itu: Derek, Sakaguchi, Robert, dan Oman. Masyarakat membakar mereka bersama kayu-kayu. Salah satu pemimpin mereka berkata: 'dengan ini, tidak ada penghalang, tidak ada SSA, tidak ada pasukan kristus! Yang ada hanya kejayaan dan persatuan 2 bangsa besar yang mampu mengalahkan Tuhan!'.
Tidak. Tidak. Tidak. Apa ini? Pengelihatan macam apa ini? Ibra, kenapa bisa begini? Tidak. Tidak mungkin. Tidak mungkin kebenaran kalah. Tidak mungkin. Tidak mungkin.
Aku menangis, bersujud di atas tanah berkarang. Terisak, dan basah karena kubangan muntahanku. Mataku terpejam, berusaha mengendalikan diri. Bibirku, dan alunan nafasku tidak berhenti mengagungkan kalimat suci untuk tuhanku.
Sandara, itu tadi gambaran jika Gunther kalah. Realita paralel yang baru saja kita lewati. Dhany dan Crystall telah tiada. Itu artinya sekarang kaulah space master utama, dan soul master utama telah berpindah.
A-apa? Suara apa itu? Suara siapa? Nyonya Avery, aku yakin sekali itu suara nyonya Avery. Kupanggil nama itu berkali-kali, tetapi suara itu tidak menyahutku. Aku menangis sebisaku. Melupakan sekitarku, melupakan sang penasihat, dan hujan yang deras mengguyur.
KAMU SEDANG MEMBACA
#2 Mukjizat Waktu: Absolute (SELESAI)
General Fiction"Katakan, apakah ini langkah perang kalian?" "Aku baru saja melancarkan langkah perang, jika ada kejadian lagi, itu artinya bukan pihakku. Pikirkanlah, siapa yang kuancam tadi di ruang sidang, maka itulah pelakunya" Empat organisasi rahasia dunia:...