Sebagaimana Ilmu Merenggut Mereka : Enam Ratus Kata Untukmu

6 2 0
                                    

Aku kenal seorang yang sangat berhasrat akan ilmu. Ia tak pernah sekalipun hilang khidmat saat belajar. Tentunya, ia langsung melejit menjadi topscore selama tiga semester berturut-turut. Dengan kerendahan hati bawan dari desa, ia juga menaikkan status sosialnya hingga ke puncak. Cerminan mahasiswa berprestasi sesungguhnya. Ia bernama Fiersa.

Fiersa memiliki tubuh proporsional bak atlet lempar lembing, menutupi betapa kumal dia sebenarnya. Rambutnya sedikit memerah, tanda ia tak pernah absen di hadapan panas matahari, tuntutan pekerjaan tiap hari. Sosoknya seperti bayang, namun terang dengan senyum tenang. Tak ada yang tak luluh saat ia hadir di tengah.

Namun, terhitung 14 Februari 2018, ia tak pernah terlihat di dalam kelas. Bahkan di mata kuliah kegemaran, Akuntansi Keuangan Menengah 1, tak terlihat batang hidungnya sekalipun. Padahal, layaknya pujangga di kelas ini ia tak pernah berhenti menutur berargumentasi dan belajar mengolah tiap bait perakuntansian.

Sejak hari itu, sosoknya seakan hilang dimakan kabut awal semester yang penuh kebosanan. Meskipun semua orang tahu tidak mungkin seorang Fiersa absen dari mata kuliah karena bosan. Karena semua orang pun tahu ia memiliki dedikasi tinggi pada sebuah nama yaitu perkuliahan.

Desas-desus menghilangnya Fiersa dari bangku perkuliahan kencang menghembus. Menyusul beberapa dosen telah mengadakan kuis dan Fiersa, orang yang selalu menjadi sumber jawaban, hilang entah ke mana. Aku mendengar ada tiga desas-desus yang memang harus kupikirkan penuh. Pertama adalah Fiersa telah diculik. Kedua adalah Fiersa diusir ibu kosnya. Dan yang ketiga adalah Fiersa telah menemukan tambatan hatinya lalu pergi dari bangku perkuliahan. Ketiga desas-desus itu aku pikir pasti patah dengan masing-masing satu alasan. Pertama adalah Fiersa merupakan seorang miskin dari keluarga miskin yang tak mungkin ada orang tega menculiknya. Kedua adalah Fiersa merupakan seorang penerima bidikmisi yang artinya setiap kebutuhan telah dipikirkan oleh negara termasuk uang kos. Lalu, yang ketiga adalah Fiersa merupakan orang berdedikasi tinggi yang otomatis tak mungkin meninggalkan perkuliahan hanya untuk bersama tambatan hatinya.

Setelah dua bulan lamanya, secara tak sengaja aku berpapasan dengan Bila. Aku ingat ia dekat dengan Fiersa selama lima bulan terakhir. Ah, coba kutanyakan tentang Fiersa, mungkin sesama penerima bidikmisi tahu. Belum sempat terimakasihku selesai, ia sontak menggeleng. Lalu cepat-cepat pergi sembari menundukkan kepala. Mungkin aku bau karena belum mandi?

Hari ke hari, mahasiwa akuntansi diselimuti rasa kehilangan yang semakin pekat. Fiersa sudah terhitung tak muncul selama lima bulan. Serta Ujian Tengah Semester telah di depan mata, sumber jawaban tak kunjung datang.

Desas-desus mengenai hilangnya Fiersa semakin kencang, namun semakin redup kehadiran mahasiswa-mahasiswa bidikmisi. Mereka seakan mengikuti jejak Fiersa menuju antah berantah. Menghapus secara perlahan bayang-bayang mereka di dalam kampus.

Di suatu sore penghujung hari sebelum tibanya Ujian Tengah Semester, aku secara tak sengaja kembali bertemu dengan Bila. Dan benar saja, kali ini ia sama sekali tak ku kenali dengan tangannya yang memanjang serta kurus seperti Mak Lampir. Belum lagi pipi tambunnya tak lagi tambun, kempes seperti hilang seluruh isinya.

Ia duduk di salah satu gazebo ketika menyapaku dengan suara purau. Layak dikatakan seperti penderita dehidrasi akut. Ketika aku melangkah perlahan ke sana, aku melihat senyumnya sedikit demi sedikit mengambang. Memunculkan sekelabat tambun di antar bibirnya yang naik.

"Kamu masih penasaran kenapa Fiersa menghilang?" katanya menyambutku.

"Bukan aku, melainkan yang lain. Kamu tahu kalau aku dan Fiersa saling mengejar di dalam kelas. Aku memang yang pertama kali menyadari bahwa ia menghilang, namun bukan orang yang menantinya kembali."

Ia tersenyum sekali lagi, namun terasa lebih hambar. Tatapan memelas keluar dari kedua bola matanya. "Kamu tahu teman-teman tidak ada yang kuat menahan. Sudah terhitung tiga bulan semenjak kabar pencairan dana terakhir. Fiersa hanyalah salah satu dari sekian banyak yang mengalami nasib buruk. Ia harus bekerja memenuhi kebutuhan, serta masih saja mengetahui kabar bahwa tandatangannya disalahgunakan saat pencairan."

Cerita untuk Mereka yang DitinggalkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang