{Nicholas} E m p a t

8.6K 346 12
                                    

3 tahun berlalu.

Hari-hari sepi terus kujalani sejak 3 tahun lalu dan entah kapan semua ini akan berakhir. Kadang aku berpikir, sebenarnya untuk apa lagi aku hidup. Rasanya gairah hidupku hilang bersama dengan hilangnya gadis itu. hidupku terasa … hambar.

Seperti sup tanpa rasa atau apapun makanan yang terlihat lezat tapi tak ada rasanya sama sekali. itulah hidupku. Mungkin orang akan berpikir betapa enaknya hidupku. Berpikir betapa sempurnanya diriku. Mereka saja yang tak tahu akan aku. orang diluar sana hanya berpikir betapa sempurnanya aku yang memiliki segala hal. Tampan, cerdas, kehidupan yang baik, kaya raya, terkenal sebagai seorang pengusaha. Hidupku memang baik, tapi semua itu kosong.

Sebenarnya aku pernah menemukannya—gadisku, Fleur Jasmine.

Tepat 2 bulan setelah kejadian malam itu—kejadiaan saat gadis itu pergi dari rumah, aku menemukan kabar tentangnya. Tak sia-sia aku menyewa mahal seseorang untuk mencari keberadaan gadisku. Aku bahagia awalnya menerima kabarnya bahwa dia ditemukan. Bahwa aku akan segera bertemu dengannya. Tapi setelah melihatnya, aku nyaris mati.

Fleur—gadis itu koma di sebuah rumah sakit. selama 2 bulan penuh gadis itu koma karena kecelakaan lalu lintas yang ia alami. Aku nyaris memaki semua dokter dirumah sakit itu karena tak mampu menyembuhkan gadisku. Sialan sekali, emosiku benar-benar tak bisa tertahankan.

Aku merasa seperti bajingan. Tapi kenyataan, aku memang bajingan. Semua sifatku menunjukkan akan hal itu. Aku menyesal? Tentu saja. Bunuh aku jika aku tak menyesal karena jika begitu aku memang tak pantas hidup.

Setiap hari aku akan berada dirumah sakit. menemani Fleur, berbicara apapun padanya yang tak sadar dengan diawali dan diakhiri kata maaf yang tulus dari hatiku. Aku tak pernah ingin kehilangannya. Cukup sekali aku menyia-nyiakannya, tolong Tuhan, bisakah kau berikan aku satu kesempatan lagi. Aku pun hanya pulang jika ada pekerjaan penting.

5 hari setelah aku berada di rumah sakit terus menerus, seseorang mendatangiku. Sialan, dia pria malam itu. Pria di club itu yang dengan berani menyentuh gadisku. Pria yang membuatku marah dengan gadisku dan membuatnya pergi dari hidupku. Jujur, aku ingin membunuhnya seketika saat sedetik aku melihatnya. Sialan. Sialan. Sialan.

Tapi tak lama aku tahu, pria itu sahabat gadisku. Sahabat dari kecil yang satu panti asuhan dengannya sebelum pria itu diadopsi oleh keluarga dokter terkenal di Colchester. mereka bertemu kembali saat menginjak bangku kuliah. Saat itu aku dapat membayangkan betapa bahagianya gadisku. Bertemu dengan seseorang yang dia rindukan, terlepas dari hidupnya yang menikah terpaksa denganku. Dan beberapa kenyataan menyakitkan bagiku terungkap saat itu. Pria itu seorang psikolog yang bekerja dirumah sakit besar—Kenneth Alexander. Dan ternyata juga psikolog yang menangani gadisku. Aku tak pernah tahu jika Fleur sedikit bermasalah dan memperlukan seorang psikolog. Oh betapa bodohnya aku sebagai seorang suami.

.

.

.

Flashback.

“Kau Mencintainya?” Kenneth menatapku  datar. Kami kini duduk di kantor Kenneth. Berbicara secara pribadi tentang orang yang sama-sama berarti bagi kami. Kenneth, dia seseorang yang tampak tenang. Tapi kau takkan bisa menutupi kebohonganmu didepannya karena dia dapat dengan mudah membaca ekspresi seseorang.

“Kau bercanda? tentu saja. Sangat. Aku tahu kau meragukanku terlepas dari kebiasaanku. Tapi kau bisa percaya jika dia satu-satunya wanita yang dapat menyentuh hatiku.” ujarku yakin. Ya, aku megatakannya dari dalam hatiku. Aku dapat melihat tatapannya yang menatapku sinis. menurutku, Kenneth orang yang penyayang dan overprotective. Dan aku tahu dia orang yang overprotective pada gadisku. Membuatku iri dan cemburu.

The Right OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang