"Pagi semua!"
Nicholas menoleh dengan cepat ke arah ambang pintu dapur. Disana dia dapat melihat Fleur yang berjalan dengan kedua pria yang mengekor dibelakangnya.
"Kiamat." Ucap Nicholas pelan. ya, pagi ini akan terjadi kiamat kecil baginya. Kenapa kedua pria itu harus datang pagi-pagi begini. Megganggu rumah tangga orang saja. "Kenapa kalian datang kemari? Mengganggu!" ucap Nicholas sambil menatap kedua pria itu tajam.
"Kenapa?" tanya mereka kompak. Satu dengan wajah datar khasnya dan satu lagi dengan wajah polos bodohnya. Itu benar-benar membuat Nicholas kesal. Tak adakah yang normal?
"Sudahlah, Nick." Fleur berusaha menenangkan Nicholas. memang selalu seperti ini jika kedua pria itu datang. Nicholas akan merasa kesal. "Jadi, kalian ingin sarapan disini?" Fleur menatap kedua pria itu dan dibalas dengan anggukan semangat.
"Ayo." Ajak Fleur.
Sontak kedua pria itu memegang masing-masing tangan Fleur. Menuntun gadis itu untuk berjalan dengan hati-hati. Fleur sendiri tersenyum tipis saat merasakan perhatian mereka. Dia bahkan masih sanggup berjalan sendiri. tapi kedua pria ini saja yang terlalu berlebihan. Nicholas yang melihatnya memutar bola matanya kesal. Sebenarnya dia tak suka jika ada pria yang menyentuh Fleur. Tapi mau bagaimana lagi, dia tak bisa mencegah kedua pria itu.
"Damn. Kenneth. Aiden. kelian membuat pagiku buruk!" ucap Nicholas.
"Kenapa?" lagi-lagi mereka bertanya dengan kompaknya. Tapi dengan ekspresi wajah yang berbeda. Itu benar-benar membuat Nicholas kesal. Fleur sendiri merasa geli jika ketiga pria ini berkumpul.
"Sudahlah ayo makan kalian semua. Aku sudah membuat cream soup." Fleur memegang sendok supnya bersiap memberikan mereka porsi masing-masing jika mereka ingin diambilkan.
Ketiga mangkuk itu berjejer dihadapan Fleur.
"Aku dulu." Ucap Aiden semangat.
"Tidak aku dulu." Kenneth pun berusaha menyingkirkan piring Aiden dan menatap pria itu dingin. Oh serangan mata seorang Kenneth.
"Aku kakaknya. Jadi aku dulu."
"Aku sahabatnya bodoh."
"BRENGSEK! DIA MILIKKU. MENJAUH KALIAN!" bentak Nicholas yang kesal mendengarkan perdebatan tak penting mereka.
Dan entah bagaimana akhirnya pagi itu nanti..
..
..
Nicholas berbaring sambil mendekap Fleur dari belakang. Mengelus perut itu perlahan dengan lembut. Sesekali bibirnya mencium rambut, leher, dan punggung Fleur. Menyenandungkan beberapa lagu berusaha membuat Fleur tertidur. Usia kandungan Fleur kini menginjak bulan ke-9. Hanya tinggal menunggu persalinan saja. Percaya atau tidak, Nicholas merasa amat frustasi. Dia takut terjadi apa-apa dan tak bisa membayangkan kesakitan yang akan dirasakan gadisnya.
"Kau operasi saja ya sayang?" selalu seperti ini. Nicholas akan membujuk Fleur agar melakukan operasi sesar saja. Sedangkan Fleur menolak mentah-mentah.
"Kalau bisa normal kenapa harus operasi?! Tidak." jawab Fleur telak. Dia tak suka saat Nicholas memaksanya untuk operasi. Dia tahu ketakutan pria itu. tapi sungguh, itu terlalu berlebihan. Setiap wanita akan mengalami hal ini. "Nick, tak akan terjadi apa-apa. percaya padaku. Aku akan selamat bersama anak kita."
Nicholas menghembuskan nafasnya kasar. Selalu seperti ini.
"Setelah anak kita lahir. Kita menikah ya sayang." Fleur menoleh cepat saat mendengar Nicholas mengganti topik ke perkataan yang tidak masuk akal baginya.
"Kenapa harus menikah? Kau ingin menikah lagi?" tanya Fleur heran dengan perkataan Nicholas. dia tak mengerti jalan pikiran prianya.
"Kau tak ingat kita pernah bercerai? Kita harus menikah lagi titik!" ucap Nicholas tak bisa dibantah. Dia semakin mengeratkan pelukannya pada Fleur.
Fleur yang mendengarnya sontak tertawa. Jadi?
"Astaga Nick, kita bahkan tak pernah bercerai."
"Apa?!" Nicholas terduduk dan menatap Fleur yang kini berusaha berbalik.
"Hh... kau bodoh ya? kita bahkan tak pernah melakukan persidangan, bagaimana mau bercerai."
"Lalu kertas itu?"
"Ah itu.... aku tidak tahu. Waktu itu aku lupa dan meninggalkannya di meja makan. Lalu Aiden tanpa sengaja menumpahkan kopi diatasnya. Dan karena dia tak tahu itu surat perceraian kita, akhirnya dibuang saja di tempat sampah olehnya. Aku sendiri baru tahu keesokan harinya." Fleur tertawa saat membayangkan kejadian itu. dia akhirnya marah pada Aiden selama 3 hari penuh.
"Pria itu sungguh bodoh." Ucap Nicholas tak percaya tapi dia bersyukur. "Tapi itu berita bagus."
Nicholas memeluk Fleur erat. "Aku mencintaimu sayang."
"Ya. aku juga mencintaimu."
..
..
Percayakah kau, jika sejak awal aku bilang aku jatuh cinta pada pandangan pertama padamu? Kau pria pertama yang dapat menggetarkan hatiku sekaligus pria pertama yang menyakitiku begitu dalam. tapi ajaibnya dengan semua rasa sakit itu.... kau jugalah pria terakhirku.
~Fleur Jasmine~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Right One
Short StoryAku mencintaimu, tapi aku tidak bisa melepaskan kebiasaan ini. -Nicholas Handson, sang penderita HyperSex . . Aku mengingat semuanya. Setiap detik kebersamaan kita dan setiap detik kau menyakitiku. Maaf, aku takut tak bisa bertahan. -Fleur Jasmi...