Aku terus melangkah sesekali berhenti dan menyapa para kolega yang sudah mau datang ke pesta ini. aku tak terlalu banyak bicara, hanya menyapa secukupnya sebagai tuan rumah acara ini. jujur, aku tidak nyaman dengan pestaku sendiri. aku tak nyaman dengan keramaian ini.
Aku pun memilih memutari ruang besar pesta ini dan mencari tempat yang sekiranya nyaman bagiku. Tak terlalu banyak orang dan terdapat disudut. Dan aku menemukannya beberapa menit kemudian, tepat disamping tangga putar bercat emas silver disana. Disana cukup sepi dan sedikit tertutupi oleh bayangan tangga sehingga sedikit lebih gelap dari sudut lainnya. Aku bersyukur dan memilih menghampiri sofa yang memang ada disana.
Sesekali langkahku tersendat dan kembali menyapa beberapa kolega. Tanganku terangkat dan menarik ujung jas merah bata yang kugunakan—merapikannya. Dari mataku sendiri aku dapat melihat banyak mata yang memandangku secara diam-diam maupun terang-terangan. Aku ‘nyaris’ tidak peduli jika saja pandangan itu tak membuatku risih.
Aku duduk di sofa hitam kulit itu. duduk diujung satunya dan di ujung lainnya, disana sudah ada seorang wanita duduk dengan gaun baby blue melekat ditubuhnya yang ramping. Aku tak terlalu memperhatikannya hingga tangan wanita itu tiba-tiba menempel di pipi kananku. Aku tersentak dan menoleh dengan tatapan tajam.
Matanya bulat dengan bola mata yang jernih. Bibirnya penuh dibagian bawah dan tubuhnya menggoda—sangat cantik. Tapi aku tak peduli. Kurasa aku memang tak bisa jatuh cinta lagi kepada wanita lain selain istriku. Wanita itu menggerakkan tangannya mengelus wajahku lembut, sangat. Aku menatapnya hingga kembali tersentak. Meski tubuh dan wajahnya tak membuatku tertarik, tapi matanya menarikku hingga pada titik terdalam. Membuatku jatuh kembali dimasa dimana aku menjadi orang brengsek yang tertarik dengan lawan jenis selain istriku. Sialan.
Tak ada yang berbicara. Hanya saling menatap hingga wanita itu menarik tangannya dan tersenyum tipis padaku. Matanya sangat sendu bagiku. Entahlah, aku merasakan sakit melihat mata itu.
Wanita itu tiba-tiba berdiri membuatku kalut dalam hati. Dia mau pergi? seakan diriku tak rela melepaskannya padahal kenal saja tidak. langkah kaki wanita itu justru berhenti tepat didepanku. Aku mendongak dan kembali menatap mata sendu jernih yang menghipnotisku itu.
Aku tak sadar apa yang terjadi hingga wanita itu menunduk dan menciumku tepat disudut bibir. Hanya menempel tapi membawa sensasi yang lebih dari ciuman sedalam apapun yang pernah kulakukan. Ciuman penuh makna yang tak ku ketahui maknanya. Apa maksud wanita ini? beberapa detik hingga ciuman itu terlepas. Aku merasa blank seperti orang idiot.
“Nicholas.” bisiknya sangat pelan.
Aku terus terpaku menatap punggung wanita itu yang berjalan menghilang di balik kerumunan. Ada apa denganku? Aku nyaris mati merasakan ciuman wanita itu yang tak lebih dari ciuman seorang anak kecil—hanya menempel. Kau gila Nicholas!
Jangan bilang kau jatuh cinta lagi? semudah itu kau melupakan istrimu? Hanya seorang wanita yang kau lihat beberapa menit?! Brengsek!
Aku memijit pelipisku. Rasanya kepalaku sangat sakit.
.
.
.
Saat aku naik keatas podium untuk memberikan sambutan sebagai tuan rumah, aku melihatnya lagi. wanita bergaun baby blue yang tak kuketahui namanya. Dia berdiri agak dibelakang disudut ruang dan tak sendiri. sialan pinggangnya dipeluk oleh seorang pria yang kuketahui sebagai kolegaku juga. Andrew Lim. Jadi gadis itu siapanya? Rasanya kepalaku ingin meledak. Panas sekali melihat wanita itu dipeluk pria lain. Sepanas saat….. Fleur di sentuh pria lain juga. Double Shit.
Dia membuatku tertarik dan jatuh sekaligus dalam satu waktu. Dan aku….. apa ada yang salah denganku?
.
.
.
Aku merasa nyaris gila. kepalaku rasanya mau pecah. 2 minggu sejak pesta itu aku tak melihatnya lagi—wanita bergaun baby blue. Kepalaku pun terbagi jadi 2. Dilain sisi aku masih selalu memikirkan Fleur. Disisi lainnya aku justru memikirkan wanita baby blue itu. kenapa kebrengsekanku kembali lagi?
“Kau yakin kau tertarik padanya?” tanya seseorang yang berdiri didepan lemari pendinginku, mengacak dan menghabiskan persediaan makanku saja.
“Entahlah.” Jawabku yang memang bingung.
“Kau masih memikirkan Fleur. Kau masih tak bisa melupakannya tapi kau tertarik dengan wanita lain. Mungkin saja kau tertarik karena wanita itu menciummu.” Ucapnya dengan ke-sok tahuan yang menggunung. Dan jangan lupa wajah datarnya yang menyebalkan.
“Kenneth, aku tak tahu. Bisahkah kau diam, aku pusing.”
“Heem” gumam kenneth dan sibuk mengunyah makanan didalam mulutnya. Aku hanya mendengus. Sejak kami mulai akrab, kenneth memang tak pernah sungkan ke Apartmentku—dan Fleur. Bahkan dia tahu password-nya. Aku tak memberitahunya, dia sendiri yang tahu. Dan saat ku tanyakan dia hanya bilang, ‘ aku hanya asal tebak’. Sialan memang dia. “oh aku punya suatu berita untukmu.” Lanjutnya.
“Apa?” tanyaku acuh. Kenneth kadang memang menyebalkan. Oh,, bagaimana Fleur tahan berteman dengannya selama ini? meski kuakui dia teman yang perhatian.
Kenneth berjalan menghampiriku dengan makanan di tangannya. Dia duduk di sofa single di depanku.
“Semalam, tepat tengah malam ada yang menelponku.” Ujarnya sambil makan.
Aku mengernyit. “lalu?” tanyaku tak peduli. Kenapa dia menceritakan tentang itu coba.
“orang diseberang sana hanya bilang ‘aku merindukanmu’ hanya itu. aku bahkan tak tahu siapa yang menelpon. Tapi meski dia tak menyebutkan nama, aku tahu itu siapa. Fleur Jasmine. Itu suara Fleur.”
“A-apa?” tanyaku nyaris tanpa suara saking shock-nya. Dia barusan bilang apa? Aku rasa pendengaranku bermasalah.
“Fleur.” Jawab kenneth singkat dengan wajah datar menyebalkannya. “Kurasa dia masih hidup. Mungkin dia tak ingin bertemu denganmu lagi. kau kan brengsek. Wajar saja. Aku juga akan begitu jika menjadi dia. Kau pria sialan brengsek idiot menjijikkan yang disentuh banyak jalang. Bagaimana bisa Fleur rela disentuh olehmu.”
Jika tak mengingat bagaimana dia membantuku setelah ditinggal Fleur, sudah ku pukul hingga pingsan dia. Hey, dia secara frontal menghinaku didepan mukaku! Aku tahu semua itu benar, tapi bisakah dia tak berkata seterus terang itu. sudah kubilang kan dia itu menyebalkan. Pantas dia tak memiliki kekasih hingga sekarang, memang siapa yang mau dengan pria menyebalkan sepertinya. Meski wajahnya tergolong tampan.
“Berikan nomornya padaku!” perintahku cepat. Lidahku saja nyaris berbelit saat mengatakannya. Rasanya ada rasa manis menelusup dihatiku. Apa aku bisa bertemu dengannya lagi?
“Percuma saja. Nomorya tidak aktif lagi.”
“Sial.” Umpatku. Aku merogoh ponsel di saku jeans-ku dan menelpon seseorang.
“Baxter, lacak seseorang untukku. Gadis bergaun baby blue yang bersama Andrew Lim pada pesta lalu. Aku ingin kau mencari dengan detail tentangnya.” Ucapku tegas kepada orang kepercayaanku itu.
“Baiklah.”
“Okey. Kurasa dia gadisnya si Andrew itu.”
“Baiklah Tuan. Aku akan memberikan kabar jika sudah berhasil.” Tuuutt… sambungan langsung di putus oleh Nicholas.
“Kenapa kau malah mencari tahu tentangnya. Kukira kau akan mencari Fleur.” sentak Kenneth dengan nada naik. Dia marah.
“Entahlah. Aku hanya merasa perlu mencari tahu tentangnya. Aku merasa aneh sejak dekat dengannya. Hanya mengikuti naluriku. Lagipula bagaimana aku harus mencari Fleur? Satahun aku mencarinya sama sekali tidak ada hasil! Dan sekali dia menelponmu, nomornya malah tidak aktif. Kenapa dia tak menelponku juga?!” Aku memberi alasan. Sebenarnya aku juga tidak mengerti dengan diriku. Bagaimana bisa gadis lain terselip di kepalaku saat aku sedang membicarakan istriku dengan kenneth.
Kurasa kebrengsekanku kumat…..
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Right One
Short StoryAku mencintaimu, tapi aku tidak bisa melepaskan kebiasaan ini. -Nicholas Handson, sang penderita HyperSex . . Aku mengingat semuanya. Setiap detik kebersamaan kita dan setiap detik kau menyakitiku. Maaf, aku takut tak bisa bertahan. -Fleur Jasmi...