5

430 41 7
                                    

5
"Tunggu.. lihat, dia kembali bernafas. Dia masih hidup. Kita masih bisa menyelamatkannya. Dia harus segera di operasi."
"Tidak mungkin. Semua dokter senior sedang melangsungkan operasi dan pasien yang mereka tangani adalah anak kecil dengan luka serius di kepalanya jadi pasti akan memakan waktu lama. Gadis ini, sangat sedikit kemungkinannya untuk selamat."
Pernah mendengar tentang mati suri? Mungkin inilah yang sedang terjadi saat ini.
Dua orang dokter muda itu menatap iba pasien di atas kart yang mereka dorong. Beberapa saat lalu, pernafasan pasien tersebut telah terhenti. Bagai sebuah keajaiban, gadis yang kini sekarat itu tiba-tiba kembali bernafas, meski tersengal-sengal menahan nyeri.
Dokter muda yang pertama melihat pasiennya 'hidup kembali' itu tak bisa melepaskan pandangannya dari gadis menyedihkan di hadapannya, ia sangat ingin menyelamatkan pasien itu. Tapi bagaimana caranya? Semua dokter senior sedang melakukan operasi sedangkan ia dan rekan-rekannya kini hanya dokter residen yang tidak diizinkan untuk melakukan operasi.
"Kita harus mengoperasinya, kita harus menyelamatkan anak ini. Aku yang akan melakukan operasi ini. " entah keberanian darimana, tiba-tiba saja dokter dengan name tag Kim Soo itu mengatakan kalimat tersebut dengan lancar, dan berhasil membuat rekan-rekannya kaget dan tak percaya dengan apa yang mereka dengar.
"Apa kau gila? Apa kau tahu konsekuensinya? Mereka bukan hanya akan menendangmu dari sini tapi mungki juga kau tak akan pernah menjadi dokter spesialis seperti impianmu." Temannya mencoba mengingatkan.
"Bukankah tugas seorang dokter adalah menyelamatkan pasiennya? Pasien ini masih memiliki kesempatan untuk selamat. Aku akan menanggung semua konsekuensinya. Cepat bawa dia ke ruang operasi. Cepat !!"
"Kim soo-yaa, sadarlah.. coba pikirkan bagaimana reaksi orang tuamu jika putra kebanggaan mereka di pecat di saat menjadi dokter residen?"
Kim soo sedikit tergugu saat temannya menyebutkan tentang orang tuanya.
"Mereka akan memahamiku. Aku yakin mereka akan senang kalau putranya berhasil melakukan tugasnya sebagai dokter. "
Mereka semua diam mendengar penuturan Kim soo.
"Baiklah. Jika kalian tidak mau membantuku, aku akan melakukan operasi ini sendiri." Kim soo menatap temannya satu persatu. Mereka semua menatap gadis di atas tempat tidur itu. Nafasnya pendek-pendek dan mata bulatnya seperti berusaha terbuka.

Sudah tak ada satu orangpun di lorong depan ruang operasi yang tadi mereka tinggalkan. Bahkan anak laki-laki berhoodie merah yang tadi menunggui pasien ini pun sudah tak terlihat di sana.
Saat mereka memasuki ruang operasi tiba-tiba ada seorang dokter senior yang turut masuk.
"Apa kalian tidak akan melibatkanku dalam operasi ini?" Para dokter residen itu terlihat terkejut melihat salah satu seniornya yang empat minggu lalu baru saja melakukan operasi pertamanya.
"Aku akan melakukan operasi ini." Dengan penuh percaya diri, Dr. Cha yoon seo mengajukan diri untuk melakukan operasi.
Untuk kedua kalinya mereka dibuat terkejut, dan kali ini Kim soo pun ikut terkejut. Seniornya itu memang sudah pernah melakukan operasi, hanya saja operasi pertama Dr. Cha seminggu lalu tidak berjalan sesuai harapan. Pasien pertamanya itu harus meninggal di atas meja operasi. Bukannya tidak percaya, mereka tahu betul bahwa seniornya itu sudah berusaha semaksimalkan mungkin untuk menyelamatkan pasien itu, tapi takdir berkata lain. Dan peristiwa menyedihkan itu sangat membuat Dr. Cha terpukul. Bahkan setelah kejadian itu, Dr. Cha sampai tidak masuk selama 3 hari dan sejak kejadian itu pula Dr. Cha selalu mangkir jika di beri tugas untuk melakukan operasi.

"Apa kalian akan menunggu sampai pasien ini meninggal baru melakukan operasi?"

Tak lama operasipun dilaksanakan.
Dr. Cha yoon seo, Dr. Kim Soo dan dokter lainnya yang kini sedang melakukan operasi pada gadis malang itu sangat mengerti konsekuensi yang harus mereka hadapi setelah ini. Tapi seperti kata Dr. Kim Soo, bukankah tugas seorang dokter adalah menyelamatkan pasiennya?

Woojoo baru saja tiba di Jeju saat matahari sudah mulai meninggi. Waktu baru menunjukan pukul 10 pagi tapi cuaca disana sudah terasa cukup panas dan menyilaukan mata. Wajar saja, karena memang sedang musim panas.
Sejujurnya kalau boleh memilih, Woojoo lebih suka musim gugur atau musim dingin dibandingkan musim panas. Apalagi kalau harus melakukan kegiatan outdoor seperti yang akan di lakukannya beberapa hari ke depan ini.
Di pulau Jeju ini Woojoo akan melakukan pemotretan untuk sebuah brand baju ternama dengan tema musim panas, jadi sudah pasti seharian ia akan berada di luar ruangan.

Begitu sampai Jeju, Woojoo dan rombongan staffnya terlebih dahulu mengunjungi sebuah restauran untuk mengisi perut mereka.
"Pemotretannya akan dimulai jam 1 siang. Kita bisa makan siang dulu sebelum itu." Ucap manager Im pada Woojoo yang terlihat sedang fokus pada handphonenya. Dan Woojoo hanya mengangguk sekilas.
"Hyung, aku permisi sebentar. Aku harus mengabari Yesuh dan ibuku bahwa aku sudah sampai dengan selamat." Tanpa menunggu jawaban dari managernya Woojoo sudah berlalu lebih dulu menuju tempat yang lebih sepi. Woojoo memilih halaman belakang untuk menelepon Yesuh dan ibunya.

"Yoboseo.." suara Yesuh terdengar sangat lembut di seberang sana, dan mendengar suara lembut itu selalu membuat Woojoo tersenyum bahagia. Kadang Woojoo bingung, kemana Yesuh yang dulu dia kenal? Kemana perginya gadis manja yang selalu berteriak pada salah satu temannya yang bernama Cha kijoon?
"Yesuh-yaa, aku baru saja sampai di jeju. Sekarang kami sedang di restauran untuk makan siang.
Apa kau sudah makan?"
"Hei mr.hwang, apa kau lupa sekarang jam berapa? Bahkan ini belum jam 11 dan kalian sudah makan siang? Bukankah masih terlalu pagi untuk makan siang?" Yesuh sengaja menggoda kekasihnya itu, ia tahu kalau Woojoo biasanya selalu makan tepat waktu. Tapi semenjak ia menjadi sangat sibuk, waktu makannya tak pernah teratur. Malah kadang Woojoo sampai tidak sengaja melewatkan harinya tanpa makan dengan benar, dan setelah itu Yesuh dan ibunya akan mengomelinya.

Woojoo menutup teleponnya setelah berbincang dengan Yesuh sebentar. Woojoo tidak punya banyak waktu untuk mengobrol dengan Yesuh meski dia sangat ingin. Woojoo merindukan Yesuh. Tapi mau bagaimana lagi, saat ini ia sedang bekerja, ia harus profesional.
Dengan sedikit waktu tersisa Woojoo berniat menelepon ibunya.
Saat akan menekan tombol call tiba-tiba telinganya mendengar suara yang tak asing baginya. Itu suara kijoon. Salah satu sahabatnya yang telah lama menghilang.
Setelah mencari sumber suara, ternyata Woojoo benar, suara itu milik cha kijoon sahabatnya. Woojoo merindukan kijoon, sudah lama sekali sejak ia bertemu dengannya.
Woojoo melangkah mendekati kijoon yang terlihat sedang menelepon seseorang.
"Yak Kim Hyena.. harus berapa kali ku katakan untuk berhenti melakukan hal bodoh? Sampai kapan kau akan seperti ini hah?"
Teriakan Kijoon pada orang di seberang telepon sana membuat Woojoo terkejut. Langkahnya terhenti begitu saja, padahal hanya tinggal 5 langkah tersisa ia bisa sampai pada sahabat lamanya itu.
Woojoo mematung di tempatnya, ia tak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Woojoo benar-benar bingung dengan semua ini.
Mulai dari pertemuannya dengan seorang pengendara di lampu merah yang sangat mirip dengan Hyena, bertemu Kim Yuna yang terus membayangi pikirannya dan kini bertemu Kijoon yang dengan jelas menyebut nama Kim Hyena.

Dari tempatnya berdiri kini Woojoo bisa melihat Cha Kijoon yang baru berbalik tak kalah terkejutnya saat melihat Woojoo berdiri memandangnya. Seperti maling yang tertangkap basah, Kijoon melihat ke segala arah selain Woojoo yang tak melepaskan pandangannya dari Kijoon.
"Kijoon-a, bisa kau jelaskan apa yang baru saja aku dengar? Siap yang tadi kau telepon? Kim Hyena?" Dengan segenap keberanian, Woojoo akhirnya menanyakan hal itu. Jantungnya berdetak tak karuan menanti jawaban dari Kijoon.
Sebenarnya Woojoo ingin sekali menyapa teman lamanya itu sebagaimana orang yang bertemu teman lama, tapi bagaimana lagi, Woojoo tidak mungkin pura-pura tidak mendengar.
"Aah Hwang Woojoo? Kau benar Hwang Woojoo?" Kijoon mencoba mengalihkan pembicaraan, ia berusaha agar terlihat berbicara senormal mungkin.
Woojoo menghela nafas sejenak.
"Nde, aku Hwang Woojoo. Sekarang bisa kau jelaskan siapa yang baru saja kau panggil Kim Hyena?" Woojoo sudah kehilangan kesabarannya.
"Itu..itu hanya salah satu temanku. Iya, hanya temanku. Dia memang memiliki nama yang sama dengan teman kita dulu, tapi bukan, dia bukan Kim hyena teman kita dulu. Kim Hyena teman kita dulu sudah meninggal. Bukan begitu?"

" Woojoo-yaa.."
Woojoo baru saja akan membuka mulutnya saat tiba-tiba managernya datang dan mengatakan bahwa ia harus bergegas makan dan menuju tempat pemotretan.

Sebelum Woojoo pergi, ia sempat melihat ke arah Kijoon dan di sana Kijoo hanya tersenyum. Woojoo tahu kalau teman lamanya itu sedang menyembunyikan sesuatu, dan ia bertekad akan mencari tahu semua itu. Bagaimanapun caranya.


Yuhuuuu... ada Kim Soo dan Dr. Cha yoon seo jadi cameo di sini 😄😄

What do u think abt this chapter?

Ditunggu vote dan komennya yaaa
Thankyou..

Between Me and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang