Sebulan tak menemui Arga dan diriku kembali menjadi sosok asing. Aku mengaku salah dan tetap kokoh untuk tak ingin meminta maaf. Biar saja perasaanku mati, hidupku lenyap dari dunia dan pohon itu akan gugur sebagai buktinya.
Tak ada yang ku lakukan sekarang, masa liburan semester membuatku bosan berada di rumah. Yang biasanya aku ikut balapan bersama Dafa dan mampir ke Club malam tak lagi menjadi canduku, membuatku pusing mau kemana sekarang?
Makassar.
Satu tempat yang melintas di pikiranku, Rumah Nenek dari Ayah yang tak pernah ku kunjungi lagi. Terakhir kali mengunjunginya ketika kelulusan SMA, aku mengunjunginya bersama Tante yang bisa di bilang membiayaiku sampai saat ini.
Aku bergegas menyiapkan baju dan koper-koper yang akan ku bawa. Tak lupa pula menuliskan puisi dan menggantungnya di pohon.
Pernah Arga bertanya tentang puisi yang bergantungan di pohon itu
' jika menghilang nanti dari Dunia, seseorang mungkin akan bertanya mengapa aku pergi. Dan semua alasan hidupku ada dalam puisi-puisi itu. Biarkan dia membacanya '
' apakah aku yah? '
' tidak tahu, akan ku beri tahu nanti siapa yang pantas membacanya '
' walau tak pantas aku akan bersembunyi datang dan membaca semua isinya Ria, '
Koperku sudah siap dan tekadku sudah kokoh untuk pergi. Tidak ada salahnya menghilang dari kisah rumit ini, sebentar saja. Aku juga punya ikatan dengan orang lain yang aku sadari semenjak terpuruk tak lagi aku jalin ikatan itu.
" Nggak usah malu, kamu udah kayak anak tante. Tante nggak punya anak dan anak tante sekarang hanyalah kamu, walaupun kamu tidak tinggal bersama tante tapi tante hargai hidupmu sekarang Ria, " ujar tante.
Setiap kali aku ke sini selalu saja ada nasihat untukku, aku sadar semuanya tapi bukan Ria namanya kalau tidak punya sikap bodo amat dan keras kepala.
" Kamu sudah tepat mengambil keputusan untuk menjalin sebuah ikatan, tante sangat mendukung"
Setelah pamitan dan diberikan jajan katanya, aku bergegas ke bandara. Menghilangkan masa kelam yang sempat kelabu.
Diriku berjalan di kawasan bandara dan menarik koper, masuk ke dalam ruang bandara.
" Ria ! " teriak seseorang.
Pandanganku mengarah kepada cowok yang hampir mirip dengan Arga, postur tubuhnya tinggi dan kulit yang sedikit putih darinya.
" Bibi, kok ada di sini? "
" ye ... loh yang ngapain ke sini, tumben kan ke tempat ramai"
Benar juga, tapi aku harus pergi mencari pelampiasan dan mencari kebahagiaan untuk orang yang sudah mencintaiku sejak kecil sampai sekarang. Dia pasti merindukan cucunya saat ini.
Bibi hanya bengong menatapku melamun, Arga dan dirinya sama saja. Bukan hanya sama-sama ganteng tapi juga sama-sama Playboy dan usil. Mereka seperti upin dan ipin.
" Gue mau ke Makassar, lagi nyari ketenangan"
" Syukur loh udah banyak mengakui keberadaan dunia tempat loh berpijak, Arga tahu nggak? "
Karna alasan ini yang membuatku harus pergi, kenapa masih di tanyakan juga tentang dirinya? Orang yang membuatku Patah hati dan bahagia untuk pertama dan terakhir kalinya.
" Jangan sebut dia Bi, gue duluan"
Kakiku melangkah tak tentu arah, semakin berusaha melupakannya semakin otakku terpenuhi dengan bayangnya. Jika saja aku berani mungkin akan ku batalkan niatku menjauh dan berlari memeluknya dan mengatakan Cinta yang sempat tertunda.
![](https://img.wattpad.com/cover/138371840-288-k713409.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALI HIDUP ✔️
FantasyKu akui hatiku memang telah jatuh kepada hati lain tapi bukan berarti aku harus menuruti setiap yang hatiku inginkan untuk tetap bersama. "dari mana kalian? Di panggil lama sekali". "Habis ribut sama mantan pak". Hal yang paling membebani hidupku...