Sebuah Rasa

137 19 2
                                    

" loh siapa ? Kenapa loh masuk dalam hidup gue ? Kenapa ? " isak tangis Ria.

Arga mendekati dan memeluknya, cowok yang pertama kali membuat Ria menangis di hadapannya. Ria ingin sekali merasakan pelukan seorang kekasih tanpa ada masalah kedepannya. Tapi itu mustahil dan lebih baik tidak ada ikatan dengan siapapun.

" Jangan tanya siapa aku dihati kamu, tapi Tuhan memberiku sebuah petunjuk untuk bersamamu saat ini, " kata Arga, berusaha menenangkan Ria.

" Hanya saat ini ? Kenapa ? " Ria dengan suara pelan.

" Karna aku tidak pernah tau kapan waktu membuat kita bersama lagi" sahut Arga sembari tersenyum.

.
.
.

Ria berjalan menyusuri taman yang luas di bagian belakang rumahnya di ikuti dengan Arga. Arga sedikit terkejut melihat taman yang ada pohon rindang dan beberapa surat yang bergantungan dengan botol bening. Puisi Ria hidup dalam memorinya seketika.

" Gue mau nanya sesuatu, " kata Ria sedikit kaku.

" Nanya aja kali " mendahului langkah Ria.

" Kenapa loh tadi bilang aku-kamu ? Kenapa loh sepertinya berubah jadi dewasa ? " tanyanya membuat langkah Arga terhenti.

Arga hanya menyunggingkan senyuman sekilas dan kembali berjalan. Ria berusaha menyamakan langkahnya dengan Arga.

" Mungkin karna kamu yang mengajarkanku semua itu, " balas Arga sembari duduk di bawah pohon rindang.

" Aku ? Kenapa bisa ? " tanya Ria tak percaya.

" Kenapa kamu bisa masak ? Kamu yang bersihin semuanya kan ? Kamu masak, bersih bersih, mencuci, kamu semua ngelakuinnya, kenapa berubah ? " tanya Arga, menatap Ria yang masih saja berdiri.

Jawaban Arga benar-benar tidak tepat dengan pertanyaan Ria tadi, tapi Ria tahu maksud Arga saat ini.

" Gue nggak berubah, sama seperti dulu. Loh ajah yang baru sekarang kenal gue. " ucap Ria tersenyum pahit.

Arga baru melihat senyuman pertama Ria, walaupun terlihat pahit. Tapi sikapnya sudah lebih baik saat ini, apakah Ria menerima dirinya? Pikir Arga dalam benaknya.

" Baiklah, sekarang apa tujuan hidup kamu tanpa seorang teman ? Apakah keadaan ini yang menjadi kesukaanmu ? " Tanya Arga berusaha sopan.

" Aku nggak tau, intinya aku hidup dan bertahan seorang diri hanya karna sebuah tanggung jawab, " kata Ria menatap sebuah pohon.

Arga bangkit dan menatap Ria serius, pikirannya menuju ke sebuah dosa kenikmatan yang banyak remaja sekarang alami.

" ka-kam-kamu .... " kata Arga terhenti.

Seperti telah menangkap maksud ucapan Arga, " Jangan ngaco ! Gue nggak seburuk yang loh pikir. "

Arga hanya menyengir kuda mendengar suara dingin Ria yang selalu diterimanya.

" Kamu ngapain kesini ? " tanya Ria sembari duduk di bawah pohon rindang itu.

Mereka kembali duduk, sepertinya tembok yang mereka bangun akan mereka hancurkan dengan kedekatan saat ini.

" Apa ? Tadi ngomong apa ? " suara Arga seolah menggoda Ria.

Manik mata mereka saling mengunci dan berbicara dengan hati masing masing.

'gue yang Goda kok gue yang Blushing'

" Napa loh ? Cie Blushing. Aku liatin doang Blushing " goda Ria yang merasakan Arga salting dengan adu tatap mereka barusan.

Arga kembali menatap manik mata wanita cantik itu dengan benar benar dekat.

" Eh, eh mau ngapain ? " tegur Ria sembari menghindar.

Jarak Arga benar-benar membuat Ria berdebar tak karuan.

" Tadi loh bilang 'kamu' cie ... aku-kamu, " katanya sambil menoel pipi yang sedikit chabi dari wanita itu.

Berkat ulah dari Arga yang menoel pipi itu membuat si empunya membulatkan mata dengan terkejut.

" Ih! Noel-noel pipi orang sembarangan," rengek Ria sambil mengusap pipinya.

" Masih bagus ditoel daripada di ci-um, " balas Arga dengan menaik turunkan alisnya.

Beberapa menit mereka saling bercanda dan hal ini sama sekali membuat Ria harus membuka hati untuk Arga.

Ria bangkit dan menjauh karna dia takut, takut hal itu benar-benar terjadi.

" Udah ah. Aku mau kuliah, " kata Ria sembari melangkah jauh.

Arga bangkit dan mengejar Ria yang berlari masuk ke dalam rumah.

" Barengan, kan aku kesini jemput kamu, " katanya sembari tersenyum imut.

Ria tak memperdulikan perkataan Arga melainkan bersiap-siap, sementara Arga menunggunya di depan TV.

.
.
.

30 menit berlalu

Setelah begitu lama penantian si Arga untuknya (aeerr, kok jadi gue yang baper).

Ria berjalan keluar tanpa berbicara dengan Arga, seolah Arga adalah makhluk halus yang tak terlihat olehnya sekarang.

" Udah ditungguin juga, tau-taunya ditinggalin pas lagi sayang-sayangnya. Eh, kok gue drama yah, " ucapnya sembari mengikuti Ria dari arah belakang.

Pintu mobil Arga terbuka lebar dan Dia masuk dengan anggunnya.

Tapi itu membuat Arga terkejut dengan kelakuan Ria yang mulai menerimanya.





Next...>>>

Guys, aku kembali
Assalamu'alaikum
Semoga para readers suka yah...

KEMBALI HIDUP ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang