Tentang dia

78 9 0
                                    

Sulit di jelaskan siapa Dafa di peran hidupku, terkadang dia datang lalu pergi. Apakah hanya teman atau lebih aku juga tak tahu menahu, mengenai sebuah hubungan akulah yang paling sulit mengerti semua itu.

Kalian percaya Dunia vertikal? Jika saja memang benar keberadaannya, aku akan mengunjunginya sekarang juga. Menjadi apa yang aku mau dan mengubah semua cerita ini, awalnya aku tak punya banyak mimpi tetapi mendengar banyak ceramah Mita yang seperti lebih berpengalaman dariku membuatku sadar bahwa aku harus punya itu.

Yang menjadi masalah adalah, apa mimpiku sekarang? Dan bagaimana aku mewujudkannya, ku tahu diriku tertutup dan bersembunyi dari dunia penuh dosa ini lantas apa yang bisa aku capai.

Saat keluargaku hilang satu persatu karna hubungan yang bernama cinta, saat itu juga Dafa hadir.

---

Kaki ku mulai berjalan ke sebuah pohon, mengambil selembar kertas dan menuliskan beribu pertanyaan tentang hidupku yang seolah mati. Jika saja seseorang ada dalam hidupku mereka akan segera mengakhirinya, tapi entah kenapa ada yang memaksaku untuk tetap hidup.

Pohon...
ku beri tahu dirimu tentang diriku yang kalah dalam pertarungan rindu.

Dia menang dan aku kalah
aku tidak menyesal karna kalah darinya tapi aku menyesal karna semakin mencintainya.

Buktinya...
Aku rindu dengannya.

Bodohkan diriku ini? Padahal dirinya pasti hanya memikirkan seorang perempuan yang sudah berada dalam hubungan bernama ' pacaran '

Seperti beribu lembar kertas yang tergantung di botol kaca bening tersebut, aku menuliskan satu pertanyaan setelah kuakhiri pelampiasanku.

' Dia mengajarkanku mencintai, apakah aku harus mengakui perasaanku ini? Juga mengakui kekalahanku? '

Hari sudah sangat larut, malam tiba menghampiri diriku. Perlahan ku menyusuri malam yang sepi dengan mobilku, sudah lama sekali sejak sibuk berkelana dengan perasaanku yang tak tentu arah dan hanya memikirkan Arga. Sehingga tidak memiliki kesempatan untuk menyusuri dunia ini.

' citt ' tiba-tiba saja aku harus rem mendadak. Tak memerhatikan lampu merah dan asik melamun.

Ku tatap motor yang berhenti di hadapanku, melintaskan kembali bayangannya.

Ah.. itu bukan Arga, mungkin hanya hayalanku - pikirku saat itu.

Seorang perempuan yang bercanda dan memeluknya mesra, seolah sepasang kekasih yang saling melengkapi. Andai saja aku bisa mudah menerima Cinta mungkin kisah ini akan cepat berakhir.

Setelah lampu berubah warna hijau kini firasatku membenarkan, Arga bersama dengan wanita. Dia wanita yang pernah bersama Arga saat masa-masa pertama kali kita dekat. Hubungan mereka lain dari pacar Arga sebelumnya, terlihat spesial bagi Arga.

Sudah ku pastikan dia akan melupakan soal rindu dan merindu, karna dia sedang asik bersama wanita yang selalu ada di hidupnya. Wanita yang berhasil membuat Arga lupa bahwa memiliki dunia, aku kembali teringat ketika Arga meninggalkanku sendiri di kampus dan lebih memilih untuk menjemput wabita itu, aku ingat betul bagaimana Arga melupakan mantan dan pacarnya karna Wanita itu juga.

Dia beruntung? Mungkin, Bisa bersama Arga. Sedangkan aku hanya pelampiasan yang Arga ajarkan cinta dan harapan yang tidak pernah dia balas.

Aku yang bodoh atau Arga yang tidak pekaan? Terkadang aku menyesali kejadian yang membuatku menolak cintanya.

---

" Dek, jangan lama yah. Kita ke sini beli makanan ringan ajah udah itu pulang, kamu baru ajah sembuh, " tutur Arga yang mengantar Tari berbelanja makanan di mini market.

" iya kak, kakak ajah yang mau nemenin dan maksa nggak ke kampus. Posessif tau nggak. " ejek Tari di sela langkah mereka.

Arga tersenyum dan tertawa geli mengetahui dirinya se posessif ini kepada seorang wanita.

" kakak baru posessif kayak gini lho ke orang, berarti kamu spesial karna kakak sayang sama kamu, " jelas Arga sembari memencet hidung Tari yang selalu menjadi candunya.

Jika melihat Tari kalian akan terperangkap dalam lamunan, senyumannya yang manis dan matanya yang menyejukkan membuat Arga tak ingin kehilangan sosoknya. Akan Arga tepis jalan yang menghalangi kebahagiaan Tari, baginya kebahagiaan Tari adalah tanggung jawabnya.

" udah kak, " ucap Tari yang tangannya penuh plastik belanjaan.

Baru saja mereka tiba di rumah Tari, perlahan mereka masuk dan menghampiri tante Tari yang menunggunya sejak tadi.

" Tari, kamu baru sembuh tapi udah keliaran, " ucap tante lisa yang cemas dengannya.

" tante, ada Arga kok. Tari bakalan tetep aman selama sama Arga "

Tari tertawa lepas melihat Arga yang selalu berkata bahwa dia adalah pahlawan Tari.

" kakak udah! Pulang, nanti mamah nyariin. Udah larut malam juga"

Arga bangkit dan mengusap kepala Tari, seolah tak tega jika harus melihatnya sakit selama seminggu waktu itu. Bahkan Arga sampai melupakan dunianya.

---

" dari mana ajah loh kak? "

Arga sama sekali tak menggubris pertanyaan Mita, dia memilih memasuki kamar dan berbaring di kasur. Mita yang jengah harus ikut membuntutinya.

" Tari mulu, Tari itu udah gede ngapain masih di urusin. Gue ajah adik loh tapi nggak di sayang amat sama loh, " gerutunya kesal sekaligus cemburu.

Arga memandang tiap keluhan Mita dan melihat bahwa Arga lebih memilih Tari ketimbang dirinya.

" loh tau nggak ada sebuah kata yang pernah gue baca di sosmed bahkan terkenal familiar dan itu benar emang"

Mita melangkah dan duduk di sebelah Arga, jarang sekali dia bisa seperti ini bersama kakaknya.

" apa? Kan Mita nggak tahu kak "

" cih, manja amat manggil kakak, biasanya juga Gue-loh"

Semua orang yang aku temui sudah memiliki tempat masing-masing di hatiku. Baik sebagai saudara, sahabat, kekasih, pasangan.

" jadi? "

" Jadi gue udah mutusin kalau semua adil dalam hidup dan hati gue "

" kalau Ria jadi peran di hati Kakak apaan? "

Mendengar sebuah nama yang kembali mengingatkan keresahannya dan membuatnya bimbang. Seminggu dia berusaha lupa dan memilih bersama Tari, masihkah harus ada nama itu dalam hidupnya?

Padahal cuma nama tapi Arga masih bimbang dengan pertanyaan Mita.

" tau ah, gue mau istirahat, udah keluar sana"




Back ...
Voment yoooo

KEMBALI HIDUP ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang