Taehyung memandangi kekacauan di dalam apartemennya. Pecahan kaca yang berserakan dan juga beberapa bercak darah yang berserakan di lantai. Perlu beberapa waktu baginya untuk memahami kondisi yang baru saja terjadi padanya.
Taehyung berteriak frustasi. Terlalu banyak hal yang harus di ketahuinya untuk hari ini. Pertama, kelumpuhan sohyun sudah membuatnya heran, ditambah lagi dengan waktu 6 bulan yang jimin katakan, sungguh, dia belum bisa mengerti semuanya. Kepalanya terus berfikir dengan keras hingga akhirnya dia sampai di satu titik yang pasti.
Jika memang penyakit itu menular, maka jimin benar, dia pasti sudah lama mati karena tertular penyakit itu.
Taehyung terdiam. Dirinya mencoba untuk memikirkan semuanya.
Fakta
Dia membutuhkan itu sekarang.
Pun akhirnya taehyung mengambil jaketnya, dengan cepat menjalankan mobilnya ke sebuah rumah yang menurutnya pasti akan memberikan semua jawaban atas apa yang dipertanyakannya.
Dirinya terus fokus pada jalanan hingga akhirnya sampai di sebuah rumah yang tidak terlalu bagus, sangat jauh berbeda dengan apartemen bak istana miliknya, rumah itu jauh dari kata layak.
Seorang wanita paruh baya terlihat keluar sambil membawa beberapa kantung sampah dan sedikit terkejut saat melihat taehyung.
"Taehyung-ah?"
"Maaf aku datang tiba-tiba"
Wanita itu tersenyum lembut, menaruh kantung sampahnya dan mengajak taehyung untuk masuk ke rumahnya.
"Apa kau ingin menemui yoongi?"
*****
Taehyung memandangi tiap sudut rumah itu dengan lekat. Semakin lama dirinya melihat sekitar, air matanya semakin kuat mendesak keluar. Terlebih lagi disaat sebuah pigura besar yang terpajang tepat di tengah ruangan menarik atensinya. Sebuah pigura yang dikelilingi dengan beberapa rangkaian bunga yang cantik, dengan seorang pria yang tersenyum dengan manis di foto dalam pigura itu."Dia tersenyum begitu lebar di foto itu"
Wanita paruh baya itu kembali tersenyum dan menaruh secangkir teh hangat di hadapan taehyung. Ikut memandang sebuah pigura yang terus di tatap oleh taehyung sejak tadi.
"Itu disaat dia pertama kali bisa bermain sepeda. Dirinya terlalu senang dan terus tertawa. Matanya menyipit, dan giginya terlihat begitu rapi"
Taehyung mengalihkan pandangannya pada wanita itu. Tidak jauh berbeda dari seorang pria di dalam pigura itu, wanita di hadapannya itu terus menerus tersenyum, walaupun arah percakapan mereka sekarang bukanlah hal yang pantas untuk disenyumi.
"Apa ada hal penting?"
Tanya wanita itu sambil menghirup teh buatannya, terlihat begitu tenang.
"Ada yang ingin aku tanyakan"
"Apa itu?"
Taehyung menatap wanita itu dengan lekat, terlihat begitu takut untuk menanyakan apapun. Tapi taehyung menguatkan dirinya, dia tidak akan bisa menemukan apapun jika hanya diam saja.
"Tentang yoongi-hyung, bisakah bibi mengatakannya dengan jujur?"
Wanita itu tersenyum, kembali memandang sosok lelaki di dalam pigura itu.
"Apa kau masih penasaran taehyung?"
"Ya, bisakah bibi mengatakannya?"
Wanita itu menghembuskan nafasnya kasar. Kembali menceritakan semua itu berarti kembali membuka luka di hatinya. Kehilangan anak tunggal sudah membuatnya begitu menderita, dan dirinya tidak akan pernah bisa melupakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
• HER • ✔
FanficIni bukanlah cerita spesial, hanya kisah kehidupan seorang gadis yang terpilih oleh sebuah penyakit yang sangat kejam, Ataxia. [ COMPLETED ]