Gleiy pov
Tanganku terasa lebas karena tidak biasa tidur menyamping terlalu lama, telinga kanan yang sama-sam terasa kebas dan ini sangat tidak nyaman berkali-kali gue meringis kesakitan.
Saat kesadaranku mulai terkumpul sepenuhnya, aku melihat arina yang tengah duduk memegang ponselku, keningku menyeringit heran kenapa dia begitu fokus melihat handephoneku dan sesekali dia berdecak kesal.
"Udah bangun?" Arina hanya melirikku dan kembali fokus pada ponselku, ada apa dengan ponselku? Apa aku pernah bermesraan dengab wanita lain? Atau ada foto aneh dalam hpku?
"Lagi ngapain sih?"
"Kapan sih dedenya di bawa kesini?" Hah! Apa tadi katanya? Tuhan aku harap ini bukan sebuah haluanku saja.
"Udah bangun kalian?" Mama muncul dari sebelah ruangan yang di tutup gordeng tempat khusus untuk para keluarga yang menemani pasien.
"Gleiy barusan mah, tapi arin udah dari tadi kayaknya." Jawabku melirik arina yang masih terus memandang ponselku, ternyata sedari tadi dia melihat hasil jepretan bayi kami semalam.
"Mah! Kapan dedeknya di bawa ke dini?"
"Bentar lagi sayang, nanti juga di anterin kesini buat minum asi." Jawb mama yang mendudukan dirinya di sofa.
Clek
"Permisi."
Aku melihat arina menyimpan ponselku asal di laci mengabaikannya dan memilih fokus melihat seorang suster yang memangku bayi kecil dengan parnel warna pink motif kuda pony.
"Nah dedeknya udah datang, langsung kasih aja sus dari tadi mamanya nanyaim terus." Kata mama pada suster yang memangku anak kudan juga arina.
"Pantesan sedari tadi bayinya nangis terus buk." Ternya ikatan ibu dan anak kuat banget, anaknya rindu pasti mamanya oeinget terus.
"Wah.. dedeknya udah di bawa kesini." Mami mertua yang muncul dari arah kamar mandi yang bersebelahan dengan kamar tinggu.
"Iya bu bayinya nangis terus."
Arina pov
Enatah kenapa aku terus menanyakan bayiku pada gleiy dan juga mama, rasanya ada ikatan kuat dalam diriku saat melihat wajah mungilnya di dalam pangkuanku.
"Bapak bisa mendampingi istrinya untuk menyusui." Saran sang suster pada gleiy dan kemudian aku melihat pergerakan tangan gleiy yang membantu memegang anak kami.
" kalau begitu saya permisi dulu, 15 menit saya akan datang kembali."
"Kapan bayinya bisa di simpan disini dok?" Emang senegitu gak bolehnya ya bayiku di simpan dekat ibunya? Rasanya sangat terbatas untuk melihat dan bertemu dengannya saja.
"Untuk soal itu saya harus tanyakan lebih dulu sama dokter." Jawab suster menunduk sopan.
"Permisi pak buk."
"Iya sus." Jawabku dan gleiy bersamaan.
"Disini cuman bibir sama hidungnya doang mirip aku." Kata gleiy memperhatikan putri kecil kami, tapi ia juga dih yang lainnya mirip denganku.
"Hay, ini daddy." Aku terkikik geli saat gleiy berkata seperti itu, lucu aja liat gleiy bicara seperti itu rasanya geli.
"Namanya udah kalian siapin belum? Perasaan dari kemarin mama gak denger kalian bilang namanya." Spontan aku melirik mama yang bicara mengenai nama putri kami, aku melirik gleiy yang juga sama sama melirik mama.
"Iya, mami juga belum tau, kalian udah siapin namanya belum???"
"Baru sebagian sih ma." Jawab gleiy garuk-garuk tengkuknya mungkin suamikuku lagi banyak kutunya buktinya aja kemarin baru mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
tak selamanya ada
RomanceMemberikan kebebasan pada seorang istri hingga berakibat perpecahan dari rumah tangga, Antara melepas dan mempertahankan Penasaran langsung baca