part 12

9 0 0
                                        

Gleiy pov

Sayup-sayup telingalu mendengan pembicaraan yang menarik mataku untuk membuka kelopaknya, terasa rabun dan dujua ada banyak denyutan nyeri di bagian-bagian tubuhku yang sulit untuk ku gerakan.

"Sett...aww."

"Gleiy!" Serempak semua memanggil namaku, menghampiri... ah iya, ternyata aku ada di rumah sakit sepertinya jija melihat semua sudut ruangan dan juga brankar yang ku tiduri ini.

"Ambilin minum rain buat abang mu." Semua mata terlihat srmbab kecuali bram yang berdiri di samping rainka menatap cemas tapi tidak terbaca jika di lihat sekilas.

"Minum dulu by,nanti bicaranya." Aku mengangguk mendengar arina membuka seara saat aku ingin mengataksn eina tertidur di pangkuannya.

"Sett..aww." satu tanganku tidak bisa ku gerakan, aku mulai panik menatap semuanya kenapa dengan tanganku.

Aku menatap arin penuh tanya tanpa bicara, kenapa tanganku bisa seperti ini banyak balutan perban dan juga sulit untuk ku gerakan, tidak ada jawaban! Beralih mentp mama sama-sama tidak memberi jawaban, lalu menatap rainka yang malah memelukku sambil menangis.

"Akh..aww." Rintihku merasakan sakit saat tak sengaja tanganku terguncang gerakan rain.

"Bram."

"Ta...tangan lo, sorry rin, tangan lo mengalami keretakan di bagian lengan sampai sikut."

Duar

Harapan-harapanku runtuh semua, menerima projek baru dan juga bagaimana dengan biaya cicilan rumah? Sedangankan saat ini aku tidak bisa lagi bekerja.

Dan semuanyapun terisak mengikuti tangaisanku yang sama pilunya, aku tau akan sangat sulit jika kesembuhanku total seperti awal dan sedia kala.

Arina memelukku dengan tangisan yang berlinang di pipinya yang teraliri derasnya air mata, tidak sanggup aku membalas pelukan kedua wanita bahkan ketiga wanita saat ini mama yang ikut memelukku.

"Maafkan aku, arggghhh!! Kalau aja aku dengerin ucapan kamu past... argghb."

"Mommy ei dak bita napat." Semua pelukanpun melepas saat eina terbangun.

"Ei sama om bram dulu, yuk?"

"Daddy tenapa nanis?" Semakin berat rasa sakit ini tuhan!! Mendengar eina bertanya seakan ini tapi bukan dorongan adalah sebuah remukan hati nyaris melebur seakan debu harapan yang sirnah.

"Rain, bram ajk eina keluar dulu." Perintah mama masih terisak.

"Baik ma."

"Baik tan."

Mtaku memejam rapat-rapat sama halnya dengan tangan kiriku yang hanya terluka goresan saja mengepal kuat-kuat, aku tidak mau semuanya terjadi!!! Bagaimana jika ketakutanku menjadi kenyataan?

"Arghhh!!!"

"Daddy!!" Maafkan daddy ei, mungkin dia merasa ketakutan saat mendengarku berteriak frustasi.

"Bepat bawa ei keluar."

"Da au!! Ei mau daddy!!"

Arina pov

"Da au!! Ei mau daddy!!" Tubuh eina di pangku paksa rain, tak kupedulikn eina yang terus menangis keluar ruangan aku lebih menghampiri gleoy yang terpejam frustasi.

Ku sentuh tangan kirinya yang mengepal keras terasa dingin, matanya mulai terbuka saat tanganku menyentuh pipinya yang sedikit sembab.

"Gleiy." Gleiy terdiam bergemih tidak menatapku, aku menatap mama memberi isyarat supaya memberi ruang untuk kami berdua, mama mengangguk mengerti keluar melangkah setelah mengecup kening gleiy.

tak selamanya adaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang