Arina pov
Ada satu hal yang mengganjal dalam diriku sampai saat ini, sebelum pulang ke rumah karena ada pertemuan penting dengan penawaran kontrak baru, memang cukup mengiurkan bagiku tapi ada satu syarat yang masih harus ku pertimbangkan.
Ingin bicara dengan gleiy aku takut dia melarang dan menarik semua janjikanya, dengan tawaran ini akan banyak waktu kuluangkan di luar dan bukan bersama keluarga kecilku.
"Ada apa sih? Kenapa sedari tadi kamu hela nafas terus?" Aku melirik gleiy di sampingku yang teralihkan dari kefokusan menyetirku, dan aku geleng kepala sebawai jawaban tidak ada.
"Jangan sembunyikan sesuatu dariku." Deliknya tanpa melihatku yang terus menatapnya, masih kutimang-timang apa yang perlu aku katakan padanya.
"Ei masih di rumah mama by?" Tanyaku mengalihkan.
"Iya, besok baru bisa aku jemput. Sengaja biar kita ada waktu berdua." Jawabnya meraih tanganku dan mengecup lembut dengan mata yang menatapku.
"Mesum!!"
"Loh! Siapa yang mesum hon? Aku cuman bilang waktu berdua." Bles!! Yatuhan!! Pipi gue, rasanya panas karena rasa malu yang menyelubungiku.
Tanganku memukul asal pundak sampingnya, kupalingkan wajahku dari tatapan jailnya yang menggerling menggodaku, menatap luar lewat jendela kaca mobil itu lebih baik dari pada terkena semburan blusshing.
"Honey."
Tidak kuhiraukan, sampai menunggu perkataan selanjutnya.
"Kataknya ei punya bakat main piano." Merasa tertarik dengan topiknya aku membalik melihar gleiy yang bicara ranpa memutar kepalanya kesamping.
"Kata siapa?"
"Tadi mama telpon, umur einakan hampir masuk 3 tahun jadi aku mau dia daftar les piano mulai sekarang."
"Menurut jamu gimana?" Tanyanya melirikku.
"Aku sih gimana einya aja, ya kalau dia mau aku ngikut aja." Jawabku, ini akan cukup jadi peluang bagiku karena eina yang nantinya punya kesibukan sendiri.
Gleiy mengangguk tersenyum ke arahku, tangan hangatnya selalu mengusap kepalaku dengan gerakan lihainya. Kuraih tangan besarnya sesekali gleiy mentapku sampai aku mencium tangannya dia tersenyum menatapku lekat.
"I love you hubby." Ungkapku membisik membalas tatapan gleiy.
"I love you too honey."
Sampai bunyi kelakson mobil dan motor beserta teriakan orang-orang.
Titt..!!!
Tinn!!
Bipp!!
"Woy! Mobok lo ya? Ngapain diem di pinggir jalan."
"Tengah jalan ini! Bukan tamkot!"
"Minggir wey!!"
Aku terjekeh di sertai tawa gleiy yang bru sadar ini bukan di tempat semestinya untuk bersikap selayaknya, kembali gleiy memajukan mobilnya masih dengan sisa tawa. Huh! Untung aja gak sempet ciuman di mobil yang ada nanti kena tilang polisi akibat berbuat mesum di tengah jalan.
Sampai tibanya kami di rumah dengan suasana hening sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing, tanganku mulai mengumpulkan barang di belakang yang sempat kami bawa bekerja, walaupun beda lokasi kami masih satu mobil untuk berangkat dan pulang.
"Barang-barang aku gak perlu di turunin hon, biar besok gak ribet buat masukin lagi." Taganku terlepas dari ransel milik gleiy, aku mengangguk tersenyum ke arahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
tak selamanya ada
RomanceMemberikan kebebasan pada seorang istri hingga berakibat perpecahan dari rumah tangga, Antara melepas dan mempertahankan Penasaran langsung baca