12. Kejadian Panjang

35 9 1
                                    

Saat suara hati menghantui malam mu itu, apakah kamu yakin, bahwa kamu tidak jatuh padanya?
-RAGARA-




ENJOY!!!!

Kini Ara sedang asyik melahap es krimnya di sebuah bangku kayu panjang di salah satu mall ternama. Ia menyesap es krim 3 rasa itu.

Sementara cowok yang tadi mengajaknya kemari, Raga, dia hanya sibuk dengan ponselnya. Namun sesekali dia melihat wajah Ara yanh seperti bocah kehilangan ibunya di mall dan menangis minta dibelikan es krim.

Ara yang menyadari diperhatikan pun menoleh,

"Kenapa, kak?" Ara mengernyit bingung mendapati, Raga yang gelagapan memalingkan wajahnya.

Namun tetap saja tidak terlalu kentara, kalian tahu kan, Raga ini dingin seperti es batu?

Raga hanya mengangkat bahu acuh untuk menjawab pertanyaan, Ara. Sementara, Ara hanya mendengus kesal.

"Kak, btw makasih ya! Hehe." Ara tersenyum canggung saat berterima kasih dan menatap Raga.

"Sama-sama. Tapi ini ga gratis," ucap Raga dengan wajah seperti akan melanjutkan kalimatnya.

Sementara, Ara memasang ekspresi seakan ingin tahu apa itu bayaran dari es krim 3 rasanya ini.

"Lo enggak boleh gangguin gue lagi di sekolah, dan jangan pernah bilang ke orang-orang kalo kita pernah jalan bareng." Lanjut Raga penuh penekanan dan wajah serius.

"Siap kak!" Ujar Ara semangat. Meski di wajahnya tersirat rasa kecewa karena tidak boleh diberi tahu siapa-siapa.

Kemudian saat, Ara ingin memakan es krimnya lagi. Raga angkat bicara lagi.

"Oh iya, dan lo jangan kesenangan. Ini cuma karena gue bosan aja di pesta. Kalau enggak juga, malas gue jalan sama cewek freak kaya lo." Raga berkata seraya berdiri dan meninggalkan, Ara.

Ada rasa sesak di dada, Ara. Kemudian tanpa semangat dan tidak berniat memakan es krimnya. Ia membuang es krim yang masih berisi setengah itu ke tong sampah di dekatnya, dan menghampiri, Raga.

"Kak Makasih ya!" Ara mesejajarkan langkahnya dengan Raga, dan memasang wajah sumringah seolah perkataan, Raga tadi bukanlah hal yang penting.

Raga hanya berdehem untuk merespon perkataan, Ara.


***

Mobil Raga sudah berada di depan rumah bercat putih biru ini. Raga dan Ara hanya berdua dengan keheningan sejak tadi di dalam mobil. Ara tidak berani untuk sekedar memberi terima kasih kepada, Raga.

Hingga akhirnya ia ingin angkat bicara, namun di sela oleh, Raga.

"Cepet turun lo!" Raga berujar dengan wajah datar dan nada dingin.

Bulu kuduk Ara berdiri. Merinding. Demi apapun, Ara benci situasi seperti ini.

"Ma—kasih kak." Ara berujar dengan terbata-bata karena ia canggung. Kemudian ia langsung keluar dari mobil dan berlari menuju rumahnya.

RAGARA (UPDATE ALMOST ERRDAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang