16. Dia kembali

21 6 1
                                    

Masa lalu harus ku apa kan?
—RAGARA.



ENJOYYY GUYS!!!!

"Hai, Ra!"


***

Ara kaget saat ada yang memanggil namanya, ia segera melihat orang tersebut, seketika ia terkejut dan membeku, bola matanya serasa ingin keluar dari tempatnya.

"F—ano?" Ara tergugup menyebut nama orang tersebut.

Ya, orang yang di hadapannya ini mengenakan seragam yang sama dengan badge nama 'Fano De Zeedger'. Cowok tersebut sekarang sedang tersenyum pada Ara.

"Iya, Ra. Ini gue. Lo apa kabar?" Cowok itu mengumbar senyum seraya bertanya pada, Ara.

"Ba—ik kok." Ara hanya menjawab dengan wajah berusaha datar.

Cowok itu terkekeh melihat ekspresi gugup Ara.

"Enggak usah gugup gitu kali, sama gue."

Ara mendengus kesal.

"Siapa yang gugup sama lo coba? PEDE GILA!" Ara memasang wajah malas dihadapkan cowok ini.

"Ra, gue mau ketemu mama lo, kangen nih. Pulang sekolah, gue ke kelas lo, enggak ada penolakan. See you, Ra!" Cowok tersebut langsung meninggalkan kantin dan entah kemana.

Ara merasa kesal, rasanya seperti pemaksaan Fano mengajaknya seperti itu. Ingin rasanya, ia memenggal kepala Fano. Tapi kasian sih.

Hingga sebuah tangan menyodorkan minuman dingin pada Ara.

"Minum dulu." Ara menoleh seketika ia tersenyum ketika melihat Raga sedang berdiri di samping meja kantin yang ia duduki, seraya memberikan minuman dingin.

"Makasih banyak, kak." Ara tersenyum menanggapi perlakuan Raga. Kemudian Raga duduk di sebelahnya.

Seketika kantin yang tadinya ramai, tambah ramai lagi karena melihat the most wanted boy duduk bersama seorang Tamara, di kantin.

Suasana riuh, ada yang berteriak iri, mendukung, bahkan cuek. Namun bukan Raga kalau tidak bisa menenangkan suasana ini.

"Berisik!" Raga berucap sangat kencang, ya bisa disebut teriak lah ya.

Ara yang mendengar hal tersebut tersentak kaget, apalagi Raga di sebelahnya.

Seketika kantin hening. Mereka semua melanjutkan aksi makan mereka.

Sementara Ara masih diam terpaku dan takut.

"Jangan takut, gue enggak galak." Tangan Raga mengusap puncak kepala Ara, kemudian ia tersenyum.

Ara yang mendapat perlakuan seperti itu rasanya ingin pingsan, bayangkan coy! Gebetan loh ini gebetan!

"Iya kak," Jawab Ara seraya tersenyum pada Raga.

Sungguh ia tidak menyangka, berjalan bersama melihat senja merupakan awal dari hari ini. Sungguh, ia tidak pernah membayangkan bisa sedekat ini dengan, Raga.

RAGARA (UPDATE ALMOST ERRDAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang