13. Liburan bersama

30 5 0
                                    

Terkadang kita terlambat, dalam menyadari.
—RAGARA



Enjoy!!!

"Merdu." Seseorang di balik balkon dengan gorden berwarna abu-abu itu membuat sedikit lengkungan di bibirnya. Hampir tidak terlihat oleh siapapun.


***

"Bro!!!" Suara Vernan mengangetkan orang yang tadi asyik mendengarkan suara yang merdu di balkon sebelahnya.

Cowok tersebut menoleh dan menatap Vernan dengan tanda tanya.

Seolah mengerti, Vernan hanya tertawa ringan.

"Besok gue ama yang lainnya mau ke pantai. Lo mau ikut?"

Cowok yang ditanya itu tampak berpikir. Setelah beberapa lama, akhirnya ia menatap Vernan yang sedari tadi menunggu jawabannya.

Raga mengangguk menanggapi tawaran, Vernan.

Vernan tersenyum senang.

"Okedeh. Gue bakalan kabarin anak-anak yang lain ya." Vernan beranjak setelah mengatakan hal tersebut pada, Raga.

Raga kembali menatap keluar jendela. Ia termenung. Meratapi awan yang sudah menggelap di hadapannya.

Pikirannya berkecamuk pada hal yang ia sendiri tidak tahu, penting atau tidak.

***

"Iya, besok lo dateng aja ke sini, tapi pagi ya. Kalo mau juga lo nginep aja di sini. Raga juga ada di sini kok," Vernan berbicara pada seseorang di seberan sana, Akbar.

"Okedeh. Kayaknya gue nginep di sana aja dah. Biar kaga kesiangan." Akbar berbicara di seberang sana.

"Oke, gue tunggu ya."

Ara yang sedang mengambil minum di dapur, melihat pintu taman kolam renang belakang terbuka. Ia menghampiri pintu tersebut.

"Loh Vernan? Lo ngapain di sini dah?" Ara mengernyit bingung.

Vernan menoleh,

"Eh lo, Ra. Enggak kok tadi gue abis nelpon, Akbar sama Taher." Vernan menatap Ara, lalu ia duduk di bangku dekat kolam.

Ara menghampiri cowok itu, lalu ia duduk di sebelahnya.

"Kenapa emang?" Ara bertanya sambil menatap langit.

"Gue besok mau ke pantai nih. Ikut nggak?" Vernan mengubah posisi duduknya menjadi tiduran di bangku panjang seraya menatap langit yang menggelap.

Ara menoleh dengan mata berbinar-binar.

"Serius?!" Ara bertanya antusias, sampai-sampai ia berdiri dari duduknya.

Vernan hanya mengangguk.

"IKUT DONG!" Ara berteriak semangat. Kemudian ia langsung masuk ke dalam rumah dengan wajah sumringah. Lalu ia naik ke kamarnya.

Ara menuju balkon. Ia menatap langit yang sudah gelap sejak tadi. Namun saat ini, banyak sekali bintang yang berkilau di sana.

Ara berbalik menuju meja belajarnya, ia mengambil buku diary birunya. Dan menulis sesuatu di sana.

Dear Diary,

Malam ini bintangnya indah. Langitnya gelap namun terlihat cerah. Udaranya sejuk namun anginnya dingin.
Malam ini juga, aku masih jatuh dalam pesona tuan yang indah dilihat. Tuan yang terlihat bak seorang iblis, namun aku yakin dia memiliki sisi malaikatnya. Dia, tuan yang terlihat tegas dan dingin membeku, namun tetap saja, sejuk bahkan selalu menenangkan hati saat aku melihatnya.
Selamat malam tuan, dari saya, Penulis
buku biru ini.


RAGARA (UPDATE ALMOST ERRDAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang