[12] Ambisi?

21 8 0
                                    


***

Saat sudah sampai rumah, Luna dan Lucas segera masuk ke dalam kamar masing-masing untuk membersihkan diri.

Setelah selesai membersihkan diri ia mengecek ponselnya, ternyata ada notifikasi dari Line. Ia tak ada niat untuk membuka aplikasi itu.

Luna sedang mengerjakan tugas Fisika, membaca buku yang ia pinjam dengan teliti. Mencerna bagai mana cara untuk menemukan jawaban, atas pertanyaan tersebut.

Saat ia sedang sibuk mengerjakan tugas, ponselnya berdering, pertanda ada telepon masuk.

BOOMBAYAH!

YAYAYA BOOMBAYAH!

YAYAYA BOOMBAYA..YA..YA..!

Bip__

Luna segera mengangkat panggilan tersebut. Ternyata video call dari grup yang tadi siang dikata kan Minnie. Luna medirikan ponselnya di meja dan mengarahkannya ke wajahnya.

"Hai Luna! Lagi apa?" Tanya Minnie dari seberang sana.

"Belajar." Balas Luna singkat.

"Oh iya! Tugas Fisika ya?" Sambar Liza.

"Yaampun, gue lupa! Sebentar gue ambil buku dulu." Sambung Hana lalu menghilang dari layar ponselnya, yang kini hanya menampakkan kamar Hana yang serba ungu.

"Untung gue udah siapin bukunya. Yuk kita mulai belajar." Ucap Minnie semangat

"Aku sudah selesai." Balas Luna sambil menunjukkan buku bersampul ungu nya.

"Yah, terus gimana dong?" Tanya Liza.

"Kalian kerjakan saja, nanti kalau ada yang tidak mengerti tanya pada ku." Balas Luna seraya mengambil ponselnya, lalu berjalan ke arah kasur.

"Oke! Tapi lo bantuin kita ya." Ucap Hana yang baru menampakkan diri.

"Iya, tenang saja." Balas Luna dengan senyum manisnya.

Mereka pun saling bertukar jawaban. Setelah waktu menunjukkan pukul sembilan malam, tugas mereka telah terjawab semua.

"Yey! Akhirnya selesai juga, makasih ya Luna." Ucap Minnie.

"Iya, makasih Lun, udah bantuin kita." Sambung Liza.

"Hooaamm, gue ngantuk nih." Ucap Hana.

"Yaudah, kalian tidur aja. Aku matiin ya?" Balas Luna.

"Iya, bye!" Ucap Ke tiga temannya.

Panggilan itu telah usai.

"Huft.. oh iya, aku kan mau bertanya sesuatu pada Lucas. Aku ke kamar nya aja deh." Ucap Luna pada dirinya sendiri.

Luna pun berjalan ke kamar Lucas yang ada di seberang kamarnya. Ia mengetuk pintu kamar itu, kemudian membukanya perlahan.

"Loh, belum tidur Lun?" Tanya Lucas saat Luna memasuki kamarnya.

"Belum, tadi abis ngerjain tugas." Balas Luna.

"Terus, lo mau ngapain kesini? Pasti ada apa-apa deh" Ucap Lucas menatap Luna penuh curiga.

"Eemm, gue mau cerita dan tanya tentang suatu hal." Ucap Luna serius.

"Oh, yaudah sini." Balas Lucas sambil menepuk kan kasurnya, agar Luna duduk di sebelah nya.
Luna pun mulai bercerita.

"Jadi gini. Waktu hari pertama masuk sekolah, gue kan ke perpustakaan untuk pinjam buku. Nah pas gue mau ambil buku yang ada di rak teratas, gue gak sampai. Terus gue naik ke kursi, tapi masih belum sampai juga. Saat gue lompat-lompat kecil, kursi yang gue naik-in goyang. Terus gue jatuh__" Ucapan Luna terpotong oleh Lucas.

"Apa? Lo jatuh tapi baru cerita ke gue?" Potong Lucas.

"Ish, gue belum selesai cerita!" Ucap Luna geram.

"Oke! Lanjutkan." Balas Lucas.

"Tapi gue gak jatuh ke lantai, karena ada yang menahan tubuh gue. Dan ternyata itu, si Alvaro." Lanjut Luna.

"Terus? Masalahnya dimana?" Tanya Lucas yang masih tidak mengerti.

"Huft.. masalahnya itu, masa gue gak bisa lihat masa depannya dia. Padahal-kan dia nyentuh gue." Ucap Luna menjelaskan.

"Kok? Iya juga ya, kenapa bisa begitu? Kan selama ini yang gak bisa lo lihat masa depannya, cuma gue?" Tanya Lucas.

"Huft... apa gue perlu konsultasi ke Dokter Rizam?" Ucap Luna.

"Gue rasa gak perlu deh." Ucap Lucas menyarankan.

"Ohiya! Gue masih ada satu cerita lagi." Ucap Luna

"Masih ada lagi?" Tanya Lucas.

"Iya. Lo inget waktu gue pingsan, terus kan Bian jangain gue. Nah pas gue minta ambilin teh, gak sengaja gue nyentuh ujung jarinya. Dan lo tau gak? Ini lebih aneh. Masa gue malah ngeliat masa lalu nya Bian? Dan dalam penglihatan gue. Ada empat orang anak, tiga cowok satu cewek. Terus gue rasa cewek itu gue, soalnya mereka manggil anak itu 'Una'. Terus anak cowok yang mirip dengan 'Una' itu elo, dia di panggil 'Axel' dan dua anak cowok yang lain namanya 'Al' sama 'Ian' gue rasa 'Ian' itu si Bian. Tapi, 'Al' itu siapa?" Jelas Luna.

Lucas hanya melongok mendengar penjelasan Luna.

"Gue yakin 'Al' yang di maksud Luna itu, 'Dia', si manusia brengsek itu" Ucap Lucas dalam hati.

"Ish! Lo kok diam aja sih." Ucap Luna geram.

"Gue lagi mikir Lun." Ucap Lucas berbohong.

"Udahlah, gak usah lo pikirin siapa si 'Al' itu." Ucap Lucas pada Luna.

"Gak bisa Cas! Gue harus cari tau siapa si Al itu dan kenapa gue bisa lupa dengan masa kecil gue. Kalau lo gak mau bantu, gue yang akan cari tau sendiri!" Ucap Luna datar dan dingin.

Kemudian Luna beranjak dari kamar Lucas ke kamarnya.

***

Haii! Bertemu lagi dengan ku:v
Gimana hari ini? Baik atau tidak?
Maaf ya chap kali ini pendek:(
Semoga suka!
Jangan lupa Vote and Comment ya!

Love, Nisrina Rossa♡

JINXEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang