Rasa bukan Karsa

86 15 1
                                    

Bukan..
ini bukan tentang panas yang merindukan hujan, bukan tentang senja yang memanggil malam, ataupun langit yang mendamba pelangi. Tapi ini tentang sebuah "rasa". Lincahnya mataku memandang nyatanya tak selincah hatiku. Kerap kali aku terjatuh dilembah kebimbangan, disemak harap penuh angan, dan harus terjebak pada teka-teki kerumitan hati. Aku bukan si pencari rasa, lebih tepat di sebut dengan si penikmat rasa. Aku hanya menjadi "pengamat" dalam situasi yang ada.

#TepiBumi_Medan, 2017

...............

"Drrrrr..." (suara handpone berdering)
Segera jari-jemari wulan meraba meja untuk mengambil handphone dan melihat pesan yang masuk. Ternyata dari Ratih teman sekelasnya yang kalau dikelas, suaranya terdengar seantero sekolah.

"Jangan lupa.. kalau besok ujian, harus belajar! Yang utama harus belajar berbagi. Karna berbagi itu indah. Goodluck!", pesan Ratih singkat.

"Dasar keong! kapan negeri ini maju? Kalau para generasi muda sudah terkontaminasi oleh rasa malas! Seandainya ada kantong doraemon, gue pasti bisa jadi nobita yang tinggal minta alat apapun yang gue mau, terutama alat penghipnotis remaja agar rajin belajar!", celoteh wulan sambil membuka lembaran buku berisi catatan.

      Matanya bergerak sangat lincah, mengamati tulisan - tulisan yang menumpang di setiap lembaran kertas. Arah jarum jam terus berganti posisi, dengan tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 22.30 WIB. Tampak matanya mulai sayu, sesekali ia menguap.
       Tanpa berfikir panjang Wulan langsung menutup bukunya dan beranjak ke tempat tidur. Ia rebahkan tubuhnya dengan pandangan yang masih sayu menatap langit - langit kamar. Sebelum tidur, Wulan tak lupa berdoa dan selalu berbisik pada batinnya dengat sedikit motivasi diri. Berharap hari esok akan mengantarkan mimpi yg lebih baik.

"Selamat beristirahat, Kepada hati yang lelah menapaki lika - liku kehidupan, semoga esok menambah bahagiamu," gumam Wulan dalam hati sambil menutup matanya perlahan.

********

"Allahuakbar.. Allahuakbar"..
Terdengar suara lantunan adzan dari mesjid yang jaraknya cukup dekat dari rumah Wulan.

"Astaghfirullah.. telat bangun.. huhh malah masih ngantuk lagi", ucap Wulan dengan suara yang masih serak.
Sesegera mungkin ia bergegas mengambil handuk untuk mandi, kemudian melanjutkan sholat shubuh.

       Semua penghuni rumah berperan sesuai profesinya masing-masing. Ayahnya Wulan sebagai kepala rumah tangga tentu sangat berperan aktif dalam mengkoordinir sebuah keluarga.

"Pasti jadi Ayah sangat susah.. harus mempunyai kemampuan berbicara cepat dan mahir dibidang seni, apalagi ayah yang super duper cerewet dan selalu mengajarkan anak-anaknya untuk cerdas dalam menjalani kehidupan. Hemm baiklah", ujar Wulan dengan mendeskripsikan ayahnya didalam hati. Sambil merapikan tempat tidur dan melanjutkan untuk menyisir rambutnya yang tidak terlalu panjang.

       Sekarang kita beralih ke mamanya. Mama Wulan adalah sosok yang sangat memperhatikan. Memberi kebebasan berfikir dan bergerak sesuai sudut pandang anak-anaknya tetapi tetap dalam koridor yang benar. Beliau juga ahli dalam menata rumah.

Sambil meneguk segelas susu putih. Wulan dikejutkan dengan tangan gelitikan adiknya. Ia sedikit tersedak, wajahnya memerah. Geram.

Siapa lagi kalau bukan Fadli. Bocah yang masih duduk dibangku SD tepatnya kelas 6. Yang jika ditanya apa hobinya pastilah ia menjawab makan dan bermain. Selain itu kesukaannya menjahili Wulan. Katanya itulah kebahagiaanya. "Hemm ntahlah apa yang harus aku pelajari darinya? Seorang bocah naif dengan trik jitu untuk bahagia secara sederhana", ujar Wulan lagi sambil menghembuskan nafas yang sedikit tersengal.

       Dan yang terakhir adalah kakaknya Wulan yang glamour, selalu memperhatikan gaya dan penampilan. Suka ngemil, sedikit ngeselin dan suka film kartun. Dan mempunyai hobi yang sama seperti Wulan yaitu touring.
"Hemm okayy baiklahh, katanya bahagia itu kita yang menciptakannya sendiri. Fine", gumamnya dalam hati.

Sampai sekarang wulan masih belajar dan terus mencari apa arti dari sebuah kebahagiaan dan bagaimana meraihnya.
Hanya dengan mengamati situasi yang ada. Dia pecinta rasa. Segala macam bentuk rasa ia pelajari dan diteliti. Tapi ada satu yang tak pernah ia terima. Benar!. Cinta terhadap seorang pria.

*******

Mau tau kisah selanjutnya? Kuy ikutin terus. Jangan lupa dikasih bintang. Trims

PengamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang