12. Pertama Kali Rapat Rohis

590 39 0
                                    

"Hari ini, pulang sekolah, abis ashar, lu ke sekretariat Rohis ya. Anak-anak mau ngadain rapat pembuatan mading bulan ini." Bisik Rista.

Yang aku pikirkan setelah mendengar ajakkannya adalah, apakah Adam mau untuk ikut kegiatan itu? aku baru bicara dengannya semalam, kupikir terlalu cepat bagi kami untuk langsung mengikuti kegiatan Rohis.

"Harus sholat ashar dulu?" Aku nanya.

"Ya iyalah! Sholatnya Ashar kan wajib. Ia memakiku dengan berbisik.

"Ya gue ngerti, sholat ashar emang wajib. Maksud gue, gue dateng ke sekretariat rohisnya harus abis ashar? Enggak boleh pas bel pulang sekolah?" Aku menjelaskan maksud ucapanku pada Rista yang sepertinya salah paham.

Bel pulang sekolah berbunyi sekitar jam setengah tiga, sedangkan adzan ashar sekitar jam tiga lewat sepuluh menit. Selang waktu dari bel pulang sekolah sampai adzan ashar itu sekitar empat puluh menit. Menurutku itu waktu yang cukup lama untuk aku menunggu mulainya kegiatan Rohis.

"Ooh. Hahaha sorry-sorry" Rista tertawa.

"Iyee"

"Ya terserah. Bebas sih, kalo lu mau langsung masuk ke sekretariat Rohis pas pulang sekolah gapapa sih. Cuma masih sepi. Emangnya lu mau?" Lanjutnya. Aku berpikir sebentar.

"Yaudah deh, abis ashar aja." Aku terpaksa menunggu sekitar empat puluh menit. Tapi menurutku itu lebih baik daripada aku masuk saat kondisi sekretariat Rohis masih sepi. Apa jadinya jika salah satu pengurus Rohis memasuki sekretariat dan melihat aku sudah berada di dalam. Pasti mereka terheran-heran. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba seorang Alvi dan Adam berada di sekretariat Rohis.

--

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, aku dan Adam pergi ke kantin untuk makan dulu, sekalian nunggu ashar. Biar bisa masuk sekretariat Rohis. Aku bersyukur Adam mengiyakan ajakanku untuk ikut kegiatan Rohis. Padahal, aku udah ­negative thinking kalo Adam nolak. Setelah kurasas suasana di kantin cukup kondusif untuk aku membicarakan mengenai kegiatan yang akan kami datangi sehabis ashar, aku bicara pada Adam.

"Dam. Nanti lu masuk duluan ya." Kataku pelan. Adam langsung menengokku dengan tatapan heran.

"Ya elu lah! Masa gue?" Adam mengernyitkan dahinya.

"Gue malu."

"Ya apalagi gue!"

"Terus gimana, dong?" Kataku meminta solusi.

"Yaudah enggak usah dateng. Kita cabut aja." Balasnya. Menurutku itu solusi yang benar-benar buruk.

"Ya jangan."

"Ya terus gimana? Lu yang ngajak gue gabung, masa gue duluan yang masuk? Ogah!" Adam memakiku, namun dengan volume suara yang pelan.

"Yaudah deh, iye, gue duluan." Aku mengalah. Aku memang harus masuk duluan. Kenyataannya memang benar, aku yang dari kemarin berkali-kali ngajak Adam untuk ikut Rohis. Maka, memang sudah sewajarnya akulah yang masuk lebih dulu ke sekretariat Rohis.

Setelah duduk-duduk di kantin, menikmati makanan yang kami pesan, dan menonton siswa yang mengikuti ekskul basket sedang bermain di lapangan, akhirnya adzan ashar berkumandang. Aku dan Adam langsung membayar makanan yang kami makan dan menuju masjid sekolah.

Kami segera mengambil wudhu sebagai syarat mengikuti sholat ashar. Di tempat wudhu terdapat banyak siswa yang aku pikir mereka ialah pengurus Rohis yang nanti akan seruangan denganku di sekretariat. Aku ingin mencoba menegurnya, namun apa yang aku inginkan, tidak dapat kurealisasikan. Aku terlalu malu untuk berbasa-basi.

Aku dan Adam melaksanakan kewajiban kami sebagai muslim, yaitu sholat wajib berjamaah di masjid. Padahal cukup mudah, hanya tinggal pergi ke masjid saat mendengar adzan. Namun entah kenapa, selama ini aku sangat malas melakukan kegiatan ini.

Aku melihat beberapa siswa pergi ke sekretariat Rohis yang berada di lantai atas masjid, mungkin rapat pembuatan mading segera dimulai. Sementara Adam sedang tidur-tiduran di masjid, aku pergi ke tempat sholat perempuan, yaitu di lantai bawah untuk menemui Rista.

"Ta." Kataku sambil melambaikan tangan ke arahnya. Rista yang sedang ngobrol dengan teman-temannya yang kurasa pengurus Rohis juga, segera ke luar area sholat menemuiku.

"Kenapa?" Katanya.

"Gue langsung masuk aja nih?" Aku nanya.

"Ya jangan. Ketok pintu, terus ngucap salam. Baru deh masuk." Rista jawab.

"iyaaaa, ngerti gue." Aku membalas perkataan Agak menyebalkan.

"Hahaha. Iya langsung masuk aja, gue udah ngomong kok sama Bang Kiki."

"Bang Kiki siapa?"

"Bang Kiki, anak sebelas ipa satu. Ketua Rohis."

"Ohh.. Yaudah deh, gue ke atas. Aku langsung kembali ke masjid, untuk mengajak Adam memasuki sekretariat Rohis yang letaknya ada di lantai atas masjid.

--

Kamu pernah ngerasain pengen masuk ke ruang guru, atau ruang kepala sekolah tapi takut? Hal itulah yang sedang aku rasakan saat berada di depan pintu sekretariat Rohis. Aku agak ragu untuk masuk, namun aku pun enggak bisa mengandalkan temanku yang berdiri di belakangku.

Untungnya sebelum aku mengetuk pintu, ada salah satu pengurus Rohis yang ingin masuk ke dalam. Saat ia mengetuk pintu, dan membuka pintu. Aku dan Adam segera mengikutinya. Aku mengikuti nya dan duduk tepat di belakangnya.

Sekretariat Rohis ternyata tidak seperti ruang kelas. Kondisinya, pintu berada di bagian belakang. Jadi, saat kami masuk, aku melihat seorang siswa yang duduk di depan sedang bicara, ia duduk menghadap pintu, sedangkan siswa-siswi lain membelakangi pintu. Terdapat pembatas di tengah-tengah yang memisahkan antara siswa laki-laki, dan perempuan. Namun, pembatas tersebut tidak terlalu tinggi, sehingga saat berdiri, baik laki-laki maupun perempuan, bisa saling melihat.

Aku tidak bisa memastika berapa jumlah yang ada di ruangan ini, yang jelas, di bagian siswa laki-laki ada sekitar lima belas siswa.

"Antum, yang mau gabung Rohis ya?"

"Siswa yang bicara di depan, yang sedang memimpin rapat tiba-tiba bicara kepada aku dan Adam." Aku langsung menebak bahwa dia adalah Bang Kiki.

"Iya bang." Aku jawab.

"Oh iya, temen-temen. Jadi, ada pengurus Rohis baru nih." Bang Kiki memperkenalkan kami pada pengurus Rohis yang lain. Aku dan Adam hanya melemparkan senyum pada seluruh siswa yang ada di ruangan ini.

"Coba, Antum, perkenalkan diri dulu. Sebutin nama, kelas, sama alasan mengikuti Rohis." Perintah Bang Kiki.

"Bang, sebelumnya saya mau nanya dulu. Tujuan temen-temen di sini masuk Rohis itu apa ya? saya kan baru mau gabung, dan saya juga enggak tau apa-apa soal Rohis. Saya enggak tau tujuan organisasi ini, saya juga enggak tau kegiatan-kegiatannya. Jadi boleh enggak saya mau denger dulu alasan masuk Rohis dari temen-temen."

Bang Kiki mengiyakan permintaanku. Saat itu hampir seluruh pengurus Rohis laki-laki memaparkan alasan-alasannya memasuki kegiatan Rohis. Ada yang tujuannya untuk memperdalam ilmu-ilmu agama, ada yang gabung karena temen-temennya juga pada gabung, ada yang gabung karena disuruh orang tuanya, ada yang gabung untuk menambah pengalaman, ada juga yang gabung untuk memperbanyak teman.

Bang Kiki juga menjelaskan, bahwa Rohis itu kegiatannya adalah memperingati perayaan hari besar Islam, mengadakan kajian, tabligh akbar, yang tujuannya adalah menambah ilmu pengurus Rohis dan mengajak siswa-siswi lain untuk mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang Rohis adakan.

Setelah mendapat penjelasan tersebut, barulahaku dan Adam menjelaskan maksud dan tujuan kami gabung menjadi pengurus Rohis. 

Cerita Cinta Anak Rohis ✓ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang