21. Acara Silaturahim Rohis

452 31 0
                                    

Aku terbangun di pagi hari, mendapati handphone-ku memiliki satu buah pesan. Dalam kondisi mataku yang masih sipit, aku membaca pesan itu.

"Hadiah, buat lu." Aku yang belum sepenuhnya sadar memikirkan maksud pesan Syifa. Butuh beberapa detik untuk aku mengingat coklat yang semalam ia letakkan di helmku. Aku meletakkan handphone-ku dan bergegas untuk melaksanakan sholat subuh.

"Kok tiba-tiba ngasih hadiah? Gue kan enggak ulang tahun." Balasku setelah selesai menjalankan kewajiban seorang muslim.

"Emangnya ngasih hadiah harus pas ulang tahun?"

"Kalo lagi ulang tahun, momennya pas."

"Ya emang momennya pas, tapi kan terserah gue mau ngasih hadiah kapan aja. Itu coklat buat lu, sebagai tanda terima kasih dari gue selama ini lu udah selalu baik sama gue."

"Hahaha. Lu juga selalu baik."

"Baik apaan? Gue enggak pernah tuh diminta temenin kemana-mana, sedangkan gue udah beberapa kali minta temenin pergi." Balasnya. Bukannya aku enggak mau minta untuk ditemani, memang aku selama ini enggak pernah pergi-pergi selain ke sekolah dan rumah.

"Iya sih, lu enggak ada baik-baiknya. Hahaha." Aku meledeknya.

"Ih, songong!"

"Hahaha. Emangnya lu lupa pertama kali gue sms lu untuk apa?"

"Untuk ngucapin makasih karena gue udah nemuin sendal lu?"

"Bukan. Untuk minjem kalkulator buat pelajaran akuntansi."

"Oh iya, lupa. Hahaha."

"Itu kebaikan kan? Saat itu yang seharusnya lu enggak perlu bawa kalkulator ke sekolah, lu harus ribet-ribet bawa kalkulator. Dan yang minjem kalkulator lu, baru lu kenal beberapa hari. Ada resiko rusak, ilang, atau enggak gue balikin. Tapi lu tetep mau minjemin gue."

"Hahaha. Lebay lu."

"Hahaha biarin. Makasih ya, coklatnya."

"Seharusnya gue yang terima kasih, karena lu selalu luangin waktu untuk gue."

Aku tak membalasnya lagi. Aku berpikir, bahwa Syifa sepertinya menganggap aku ini selalu mengutamakannya. Memang benar, aku enggak pernah menolak permintaannya. Saat ia membutuhkanku, aku selalu berusaha ada. Mengantarkannya ke tempat les, mengantarkannya bertemu dengan teman lamanya, dan mengantarkannya pulang. Padahal yang aku lakukan hanya mengantarkannya menggunakan sepeda motor. Tidak ada yang spesial, tidak ada yang mungkin membuatnya kagum dibandingkan dengan kebaikannya. Membantu mencari sepatu, meminjamkan kalkulator, mengajariku sehari sebelum ujian sekolah, dan kebaikan-kebaikan lainnya yang enggak bisa kusebutkan satu-persatu.

--

Saat aku tiba, ternyata lokasi acara silaturahim sudah ramai dihadiri oleh teman-teman satu organisasiku. Aku dan Adam segera mengisi daftar tamu dan duduk di sisi ruangan bagian laki-laki.

"Cantik, Vi." Adam berbisik padaku. Ia baru saja melihat Zulfa duduk di tempat bagian perempuan.

"Syifa juga." Aku balas berbisik.

Tak lama acara di buka oleh pembawa acara, dilanjutkan dengan pembacaan alquran dan materi yang disampaikan oleh Bang Kiki. Bang Kiki sengaja diundang sebagai pemateri di acara ini. Acara siang ini seru, Bang Kiki membawakan materi mengenai kewajiban muslim menjaga tali silaturahim dengan cerita-cerita nabi yang inspiratif. Aku mendapatkan ilmu baru dari Bang Kiki.

Setelah materi selesai disampaikan, kita menyantap makanan yang sudah disediakan oleh panitia. Menu pada acara hari ini adalah daging rendang, sayur kacang, lalapan, dan kerupuk. Kami makan bersama. Ini pertama kalinya aku makan bareng dengan teman-teman di organisasi ini.

Cerita Cinta Anak Rohis ✓ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang