Geman mematung disudut kelasnya. Wajahnya nampak lesu karna sesuatu hal. Bibir merahnya ia biarkan terjulur keluar, cemberut. Matanya sedari tadi menatap kearah bawah.
Didepan Geman tengah duduk dua temannya yang memandanginya lelah. Tentu saja mereka lelah menghadapi rajukan Geman yang sudah dua hari belakang mogok ke kantin dan sudah dua hari belakangan Ini Geman mogok tidak waras, hal tersebut membuat kedua temannya bingung harus bersikap bersyukur atas kembalinya kewarasan Geman atau harus bersikap sedih karna Geman yang begitu tidak semangat menjalanin hidupnya yang terbilang tidak seperti hidup.
"Man... Lo mau sampai kapan sih gini terus?" Geram Zulkidin.
"Sampai gue bisa menang dari Saida. Gue harus kuat nahan keinginan gue buat minta maaf sama dia, gue harus kuat kayak gini biar gak ketemu dia. Kalau gue kalah sama aja harga diri gue jatuh. Harga diri lebih penting bro" ucap Geman berusaha semangat namun tetap terlihat lesu.
" zul.. Kayaknya geman udah waras deh zul. Masak nahan cinta buat naik harga diri. Bisa mati dia" bijak Brain pertama kali seumur hidup emaknya.
Ya. Ini sudah hari kelima Geman mencoba mematahkan perasaannya kepada Saida. ia berusaha menyingkirkan perasaan yang mulai menguap keluar. ia tidak ingin kalah dalam pertandingan dan alasan terakhirnya adalah karna perasaan tersebut belumbenar benar jelas. Menurutnya perasaan tersebut hanya perasaan sedih dan bersalah kepada Saida, perasaan sedih karna tidak bisa menjahili Saida perasaan sedih tidak bisa menggila bersama Saida dan perasaan bersalah karna membuat Saida marah padanya. Menurut Geman perasaannya tidak lebih dari itu kepada Saida.
"Kalau suka ngaku aja banci" sahut Zulkidin.
"Gue gak suka dia monyet" balas Geman.
"Gak suka tapi galau diambekin"Sindir Zul.
"Udah. Lo aja minta maaf duluan. Nunggu dia minta maaf keburu lebaran unta" Ucap Zulkidin.
"Didepan dia sok kuat, sok jutek, sok cuek, sok bisa, sok keren, sok berharga diri. Nah taunya dibelakang udah kayak kaleng kaleng lo" sindir Zulkidin lagi.
"Lo nyindir mulu perasaan.jangan gitu dong" marah Brain.
"masa iya, waktu itu di kantin ada drama korea live, cowok sok nyuekin cewek nah pas balik ke kelas malah mewek air mata 7 kembang turunan" tambah Brain.
"Duh.. Tambah pinter aja lo ian. Yang barusan bukan sindiran yak?!" gemas Zul, ingin menjitak kepala Brain.
"Geman" panggil seseorang dari arah depan kelas, membuat mereka bertiga melihat kearah sumber suara.
Gadis manis, berambut sebahu dengan tubuh mungilnya tengah berdiri di ambang pintu kelas. Matanya yang binar tengah berupaya melihat dengan jelas orang yang ada disudut kelas.
"itu lo kan Gem? Ini gue" ucapnya lagi.
Geman pun pelan bangkit Dari duduknya dan berjalan kearah gadis tersebut.
Baru setengah jalan namun langkah geman berhenti ketika matanya dengan jelas mendapati wajah manis itu.
Entah kenapa dia begitu ragu untuk meneruskan langkahnya. Begitu banyak perasaan yang menggelayuti hatinya hingga tidak tau harus menuruti perasaan yang mana. Disatu sisidia begitu enggan melanjutkan langkah. Namun disisi lain hatinya begitu senang dan ingin menyapa.
Dan akhirnya gadis itulah yang melangkahkan kakinya mendekati Geman yang berdiri dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Wah Gem.. Ternyata sekarang gue tambah tinggi" ucap gadis tersebut sambil mensejajarkan tubuhnya dengan Geman.
Karna melihat Ekspresi Geman gadis itu pun kembali ke posisi semula, berdiri dihadapan Geman sambil tersenyum senang.
"Lo gak senang liat gue?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PACAR IDAMAN
Teen Fiction17++ mature!!! tapi boong wkwk(salam damai) Ini adalah cerita tentang dua ekor manusia yang bermetamorfosis menjadi anak SMA. Cerita ini bukan cerita tentang makhluk supranatural yang suka muncul tiba tiba, melainkan bercerita tentang dua makhluk as...