(17) Kepanikan Geman

217 12 0
                                    

"Wooii Saida" panggil Bejo di ambang pintu kelas XI IPS 1. Nafasnya tersenggal senggal setelah belari dari tkp kejadian.

Saida yang saat itu sedang menunggu ritual 5 menit bengong Kanza, tiba tiba mengalihkan pandangannya ke arah Bejo.

"Ada apaan sih Jo? Lo kenapa ko mangap mangap?" tanya Saida yang kebingungan melihat ekpresi wajah Bejo yang sulit dideteksi matanya.

"Pacar lo noh Da" ucapnya sambil berjalan mendekat.

"Siapa? Orang gue gak punya pacar"

"Cih.. Pake gak ngaku. Itu si Geman  raja waras lagi adu bacot sama Pak Randa depan gerbang" jelas Bejo.

"Wah" ucap Saida tanpa memperlihatkan ekpresi terkejut semestinya.

"Dih.. Ni cewek di bilangin malah ngeyel. Lo gak mau gitu nemenin dia ngamuk di ruang bk? Biar ala ala milea ama iqbal gitu"

"Milea Dilan kali Bego" sambar Kanza yang telah menyelesaikan ritual 5 menit bengongnya.

"Nah itu maksud gue" tambah Bejo.

"MASYAALLAHHHHHH" ucap Saida setengah berteriak.

"Nah baru sadar ni bocah"terka Bejo dengan tingkat kepercayaan diri dibawah KKM.

"Lo kenapa?" tanya Kanza penasaran.

"Gue lupa ngukur berat badan Za. temenin gue ke UKS buru" ajak Saida. Bejo dan Kanza saling memandang dengan wajah datar.

"Sarap ni bocah. Mending lo antar ke psikolog Za. Biar keliatan mana yang konslet" celoteh Bejo sambil berjalan menuju mejanya di sudut kelas sana.

"Yuk gue temenin ke kuburan. biar sekalian gue kubur" ucap Kanza. Saida hanya tergelak mendengar perkataan sahabatnya tersebut. Saida tau betul Kanza tidak berniat menyinggungnya karena Saida tidak pernah sekalipun merasa tersinggung.

Mereka pun melenggang keluar kelas menuju UKS.

***

Saida dan Kanza otw langsung ke UKS sesuai niatnya, mengukur berat badan.

"Lo kenapa sih tumben banget ngukur BB?" bingung Kanza sembari tetap berjalan menuju UKS

"Ya ampun Zaa, kemaren gue napsu banget makan nasi pake kecap 3 piring tambah kerupuk satu kaleng, ya lo bayangin aja gue abisin aer  berapa galon" jawab Saida gamblang.

Di perjalanan ke UKS, terliat banyak siswa yang heboh dan riuh menghalangi jalan.

"Ih gewla, ko Geman kayak kawatir banget gitu, ampe marah marah, malah bopong Gea lagi, parah gasih" heboh salah satu gadis alay.

"Parah banget" sahut salah satu temannya.

Saida tak sengaja mendengar obrolan siswa siswa tersebut, tapi ia malah terlihat cuek bebek dan malah melenggang melewati kerubungan siswa.

Di balik kerumunan siswa, Saida melihat Geman yang sedang menatap Gea cemas. Gea terlihat terbaring lemah di atas kasur UKS.

Saida semakin masuk kedalam UKS. ikut bingun melihat keadaan Gea yang terlihat pucat dan lemah.

"Dokter UKSnya mana?" tanya Geman dengan wajah gusar.

"Dokternya belum dateng Man" jawab Reka, yang pagi ini mendapat jadwal jaga UKS.

"trus ini gimana?!" frustasi Geman setengah mati karena sedari tadi Gea belum juga sadar dari pingsan. Ditambah lagi dengan keadaan dokter UKS yang belum datang.

Saida menatap wajah Geman yang sangat terlihat cemas dan khawatir kepada Gea. Khawatir adalah  pemandangan yang langka yang pernah Saida temui selama mengenal Geman. Dan hari ini Saida meliatnya, wajah gusar penuh kecemasan terhadap Gea.

"Gea biar gue aja yang coba cek" ucap Reka.

Otomatis Geman pun mundur beberapa langkah, membiarkan Reka menangani keadaan Gea semampunya.

"Lo gapapa Man?" tanya Saida saat  melihat Geman menjambak rambutnya frustasi.

Geman hanya mengagguk tanpa mengalihkan tatapan dari Gea yang masih terbaring didepannya.

"Woi udah sana kalian masuk kelas. Ngapain sih rame rame disini bikin engep. Jiwa lambe kalian pada tinggi ya elah" celoteh bar bar Saida mengusir kerumunan teman temannya yang teramat kepo.

Mereka pun beringsut menjauh dan satu per satu pun pergi meninggalkan UKS.

"Lo gak ikut bubarin diri?" tanya Geman dengan tatapan dinginnya ke Saida. Saida menatap balik Geman dengan tatapan yang tenang. Tatapan Geman itu bukan suatu hal yang langka bagi Saida.

"Lo ngusir gue?" tanya Saida.

Geman tidak lagi membalas, Geman hanya menghela nafas berat dan memalingkan wajah.

"Mending lo keluar deh Da"

"Kenapa harus gue yang keluar dan kenapa gue gak boleh disini" balas Saida berusaha setenang mungkin. Hanya Geman yang terlihat sangat tidak tenang.

"Keluar!"

"Gak. Bukan gue pelaku yang buat dia begini. Kenapa lo marah ke gue?"

"Gue cuma pengen lo keluar. Sesusah itukah?"

"Iya susah. Susah buat liat lo khawatir dengan sesuatu hal selain gue!" tajam Saida sambil menarik tangan Kanza yang sedari tadi tidak dianggap keberadaannya diantara dua orang tersebut. Saida mengajak Kanza pergi dengan mata yang tajam dan kemarahan.

Geman menggeram marah. Iya kembali menjambak rambutnya frustasi. Entah kenapa hari ini emosi menguasai dirinya.

"Udah drama alay nya?" kalimat tersebut keluar dari mulut Reka, Geman memutar kepalanya kebelakang melihat kearah sumber suara.

Namun, bukan kalimat Reka barusan yang membuat Geman terkejut. melainkan gadis yang duduk di atas kasur UKS yang jelas juga menatap Geman.

"yang lo khawatirin udah siuman dari tadi aja lo gak ngeh. Malah keasikan nge drama" tambah Reka. Lalu melenggang keluar UKS.

"Cih suka heran ama cowok yang suka lupa sama pacarnya sendiri. malah khawatirin cewek lain duduh" sindir Reka sebelum menutup pintu UKS.

Geman keabisan kata kata. Ia sadar telah melakukan kesalahan besar.


~gue lebih suka fisika deh dibanding suka sama lo, ribet. Tapi gue ips jadi gak belajar fisika makanya gue suka sama lo~
-Geman-

-----------------------------------------------------

Hai sayang2 kuh🤗, Geman Up lagi nih, gimana ada yang rindu ga sama babang Eman?😚

Please jangan bosen dong buat komen gimana ceritanya😞, Author yang pemalas ini udah usahain buat melawan segala mood yang kadang bandel minta ditonjok😥😂

Buat yang ngomen, i just want to say "AYAFLU"😘

Kalo mau balas AYAFLUTU gapapa😊

PACAR IDAMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang