(13)Pebinor

271 14 0
                                    

"Bang. Bagusan mana Ida make warna ini? Apa ini?" tanya Saida girang sambil menyesuaikan dua pakaian kedepan tubuhnya.

Aidan yang sebelumnya sibuk dengan ponselnya menoleh dengan malas. Benar benar malas untuk menemani seorang wanita berbelanja.

Jika saja malam tadi ia tidak berkata akan mengabulkan semua permintaan adiknya tersebut, mungkin dia tidak akan terjebak didalam nereka wanita seperti sekarang. Aidan menyesal tetapi jika ia tidak melakukan hal yang Saida inginkan maka harga diri didepan orangtuanya lah yang akan menjadi taruhannya.

"Woii!!! Aidan!" bentak Saida.

"Gue gak budek. Gak usah ngegas bisakan Da?"kesal Aidan karena bentakan Saida.

"Abisnya lo gue panggil panggil malah ngelamun. Depresi lo bang?"

"Depresi gue punya adek kayak lo Da" titah Aidan.

"Kok abang gitu? Mau Ida aduin emak soal semalam ni?"ancam Saida dengan wajah dimanja manjakan.

Aidan hanya menjambak rambutnya frustasi. Dia memilih mendekat kearah adik satu satunya itu.

Saat berada didepan Saida, Aidan pun mengacak rambut Saida berpura pura gemas.

"mana tadi yang mau Ida pilih?" ucapnya dengan senyum dibuat buat seakan sangat tulus.

"Huh?" Saida kembali memperliatkan kedua pakaian tersebut.

"bajunya cantik kayak orangnya" ucap Aidan sambil menilai kedua pakaian tersebut.

Mata Saida berbinar saat kalimat pujian tersebut ia dengar dari mulut abang tercintanya. Jarang jarang Aidan memuji Saida.

"Tapi kayaknya cantikan baju nya deh" sambung Aidan. Membuat bibir Saida seketika cemberut.

"Sini lo bang! Sini lo" ucap Saida sambil mencekik leher Aidan dengan lengannya membuat Aidan membungkuk karna tinggi Saida yang lebih rendah darinya. Saida pun membawa Aidan ke arah lain dalam keadaan seperti itu, membiarkan Aidan dalam kesakitan.

"Aaakhh aaakh sakit Da" rintih Aidan ditengah tarikan lengan Saida.

"Salah lo sendiri ledek gue mulu"

Hingga akhirnya tarikan tersebut melonggar saat mereka sampai disebuah store buku.

Aidan pun mengambil kesempatan tersebut untuk menghindar. Dielusnya lehernya dengan telapak tangannya.

"Dan jagain tas gue" Saida berlari begitu saja setelah melemparkan slimbagnya kearah Aidan.

"Wei.. Gak sopan lo dasar. Manggil gue 'Dan' seenak jidat. Gue abang lo. Ni anak lama lama gue ruqyah juga" teriak Aidan.

"Eh iya didalamnya ada hp gue. Jangan ditinggalin" ucap Saida dalam larinya.

"huft" Aidan hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar. Kepalanya sungguh pusing mengatasi sikap adiknya yang tergolong aneh tersebut. Aidan pun memilih duduk disebuah kursi didepan store tersebut. dia harus sabar menunggu Saida yang maniak membaca.

***

Geman menatap layar ponselnya dengan kening berkerut. sudah beberapa menit yang lalu Geman melakukan hal tersebut. setelah, sebelumnya mengirim pesan ke seseorang. Ia tampak menunggui sebuah balasan.

"Lo plototin ampe rusa beranak buaya pun gak bakal dibalas." ucap Brain ditengah fokusnya bermain mytalking tom kesukaannya.

"kelamaan gembel" sahut Zulkidin yang juga tengah bermain hal yang sama.

"dih siapa yang nungguin balasan dia. Orang gue nunggu pulsa yang gue beli tadi belum masuk masuk" elak Geman dengan posisi rebahan diatas ranjangnya. Sedangkan dua temannya duduk di lantai sambil bersandar ketepian kasur.

PACAR IDAMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang