( 1)Pertemuan

963 31 3
                                    

Gemannudi Geraham Bell, cowok itu kini tengah duduk ditepian kolam berenang disebuah pusat rekreasi umum. Kakinya yang setengah tercelup didalam kolam, ia ayunkan bergantian. Dibelakangnya dua orang cowok tengah saling berpegangan dengan wajah ketakutan.

"kenapa lo ngajak kita kesini sih man?" ucap salah satu cowok dibelakang Geman.

"ya untuk beranang lah" jawab Geman enteng sambil masih memainkan kakinya didalam air.

"man, tadi sebelum pergi lo bilang airnya jernih man, tapi kok sekarang biru?" pertanyaan pintar keluar dari mulut Brain.

"tau tu si Geman. Kayak gak tau kita aja yang takut sama air. Warna biru lagi" tambah Zulkidin.

"tenang bro. Lo temen gue kan?" bujuk Geman diikuti oleh anggukan dua temannya dibelakang. "gue janji pas kalian berenang airnya bakal berubah jadi bening dan kata orang air disini tuh kayak ada manis-manisnya gitu. Percaya deh sama gue"jelas Geman berusaha membujuk kedua sahabatnya agar mau berenang. Karna sudah 1 jam lebih mereka disana tetapi, belum sedikit pun tubuh mereka basah menyentuh air.

"bener ya? awas kalau lo bohong lagi" ancam Brain tidak main-main.

Mereka bertiga pun memberanikan diri untuk masuk kedalam kolam berenang yang tinggi airnya Cuma 100 cm itu.

"gila. gue berenang gak pakai ban renang, bisa kelelep muka ganteng gue" ujar Geman. Lalu dengan cepat dia berlari didalam kolam tersebut menuju kearah seorang anak-anak yang tengah duduk diatas ban renangnya dengan damai. Dari bawah air Geman mendorong ban renang tersebut, membuat anak yang duduk diatasnya terjungkal ke dalam air. Untungnya, bocah tersebut bisa berenang.

Dengan secepat kilat Geman sudah kembali dengan tangan memegang ban renang yang berukuran cukup besar untuk mereka bertiga. Tanpa aba-aba kedua temannya bertepuk tangan riang mengaggumi keahlian mencuri Geman.

"yuk cus berenang" ajak Brain girang.

***

Dibalik, keseruan ketiga sahabat tersebut. seorang gadis cantik tengah duduk ditepian kolam berenang terapi ikan. Kakinya yang terjulur didalam air tengah dikerubungi oleh ikan-ikan yang siap memberikannya terapi.

Disekitar kolam berenang tersebut banyak di dominasi oleh nenek-nenek yang notabennya ingin merasakan terapi ikan yang memang cocok dengan usia mereka. Lalu jangan tanyakan alasan Saida memilih wahana ini diantara puluhan wahana lain yang lebih terbilang normal untuk remaja seusianya.

Dalam ketenangannya menikmati terapi ikan, Saida tiba-tiba teringat akan suatu hal. Tangannya meraba-raba lantai dibelakang tubuhnya. Kini keningnya berkerut terlihat sedikit panik.

"ban renang gue mana ya? kok gak ada?" ucap nya masih meraba-raba .

"perasaan gue udah sewa deh setahun yang lalu" perasaannya semakin tidak enak. Lalu ia memutuskan untuk membalikkan tubuh untuk melihat ban renang khayalannya tersebut. benar-benar lenyap, ban renang Saida tidak ada disana, lebih tepatnya memang sejak tadi tidak ada.

Saida pun berdiri dari duduknya. Berjalan kearah kolam berenang lain untuk mencari keberadaan ban renangnya tersebut. matanya berhenti ketika melihat tiga cowok yang tengah sama-sama berusaha untuk bisa duduk diatas sebuah ban renang.

"nah itu ban gue. Dasar anak jaman sekarang hobinya maling barang orang" ujar Saida dengan gaya bicara khas mak-mak kompleks. Saida pun bergegas masuk kedalam kolam berenang untuk menghampiri mereka.

Saat sampai di TKP ketiga cowok tersebut sudah berhasil duduk diatas ban renang. Membuat kemarahan Saida menjadi semakin membara. Tiba-tiba ide cermelang datang kedalam otak ghaibnya.

Dari bawah air Saida berenang sampai berada tepat dibawah posisi ban renang ketiga cowok tersebut. lalu, dengan kekuatan melebihi Hulk Saida mendorong ban renang tersebut dari bawah. Membuat ketiga cowok tersebut terbalik dan tercebur kedalam air. Saida hanya tertawa terbahak-bahak sambil memegang ban renang tersebut.

Mereka bertiga tenggelam karena tidak bisa berenang. Lebih tepatnya lupa cara berdiri, padahal airnnya hanya setinggi pinggang mereka.

"to.. tolongg." Ucap mereka bergantian. Membuat saida membuang napas berat.

"berdiri yang bener" ucap Saida. Mereka pun melakukan hal yang Saida ucapkan.

"nah pinter" tambah Saida.

Geman mengangkat tubuhnya dari air, saat matanya terpanah melihat pemandangan indah didepannya. Mulutnya sedikit terbuka melihat gadis cantik didepannya tersebut. ia seperti melihat seorang bidadari yang jatuh dari seluncuran. Pasti gadis didepannya ini memiliki sifat yang baik dan lembut, pikir Geman.

"dasar maling gak tahu dosa lo pada. Seenak jidat ngambil ban renang orang. Dasar upil anoa lo semua,ntar kena azab baru tau lo" hujatan langka tersebut memecahkan kaca persepsi yang ada didalam pikiran Geman tadi. Ia sedikit terkejut mendengar hujatan langka tersebut keluar dari mulut gadis cantik yang sempat ia kagumi barusan.

"bu..bukan gue yang ngambil tapi dia" elak Zulkidin sambil menunjuk kearah Geman. Geman yang sadar mulai panik.

"eh eh bukan gue. Tapi dia" Geman bereaksi spontan menunjuk kearah Brain. Brain hanya terpelongo, tidak habis pikir dengan kesetiaan sahabatnya.

"gue demi temen,lah temen demikian" pasrah Brain karena selalu dijadikan kambing hitam oleh kedua sahabatnya.

"alah pake drama lagi. Udah gue cabut. Darah tinggi gue kumat ketemu kalian" ucap Saida tidak ingin berlama-lama disana.

"tunggu" ucap Geman tiba-tiba, Saida pun berbalik.

"itu bukan ban renang lo kan?" selidik Geman dan berjalan mendekati Saida.

"ini tu ban renang gue" jawab Saida dengan kepercayaan diri diatas standar SNI. "ini buktinya, ada logo Dupannya" tunjuk Saida kesebuah logo di satu sisi ban.

"emak lo ngidam apaan sih? Kok pinter banget. Semua ban renang disini tu pake logo semua, pinter" jelas Geman sarkartis. Membuat Saida merasa tertohok, ia melihat kesebuah ban renang didekatnya dan memang benar saja logo itu juga ada. Tapi, ini tidak membuat Saida menyerah dia yakin sekali kalau ban renang tersebut adalah miliknya dari satu tahun yang lalu.

"ini ban renang gue pokoknya" kerasnya menarik ban renang tersebut.

"ini ban renang kami" Geman pun ikut menarik ban renang tersebut.

Akhirnya adu tarik menarik tidak lagi bisa dihindari. Mereka semua terlihat seperti anak kecil yang tengah merebutkan sebuah ban renang ditengah kolam berenang. Berbanding terbalik dengan umur mereka yang sudah berusia 16 tahun.

"ini ban renang kami, TITID" ucap Geman dengan penuh penekanan pada kata 'titid'.

Emosi Saida sudah mencapai batas maximum mendengar ucapan Geman barusan. Saida pun melepaskan genggamannya dari ban renang tersebut dengan wajah memerah dan mata yang melotot menatap Geman. Geman sedikit ciut saat melihat tatapan ganas Saida.

Lalu Saida berjalan kearah seorang ibu-ibu berjilbab ditepian kolam.

"pinjam penitinya bentar buk" ucapnya sambil mengambil peniti dari kerudung belakang ibu-ibu tersebut. ibu-ibu itu tidak sadar karena sedang duduk membelakangi kolam.

Saida kembali dengan sebuah peniti di tangannya. Ketiga cowok tersebut hanya terpelongo menyaksikan apa yang akan Saida lakukan. Dengan kemarahan Saida menusuk ban renang tersebut dengan peniti secara brutalnya. Membuat ketiga cowok tersebut terperangah melihat adegan thriller didepan mata mereka.

"nah sekarang ini milik lo,mamam tu ban renang" ucapnya. Lalu berbalik meninggalkan ketiga sahabat yang masih belum sadar.

~gue orangnya emang rada-rada pelupa. tapi gue harap ada satu orang yang bakal menguasai ingatan gue~
-Saida-


PACAR IDAMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang