3. Kak Alan

150 17 2
                                    

Mendengarnya , aku melongo . Bagaimana tidak? Orang yang selalu kukagumi selama beberapa tahun terakhir kini berdiri tegap di depanku.

"Heh bengong! Kesambet tau rasa lo," ucap Kak Bian mengagetkanku.

"Eh . Anu . Ehm." Ucapku grogi.

"Ada apa dek?" Tanya Kak Awan.

Mungkin dia gak inget sama aku , batinku. Akupun menjawab "Ehm gapapa Kak, cuma kayak pernah kenal seseorang yang mirip sama kakak."

Kak Awan hanya menatap lurus seolah tak mempedulikanku.

"Yaudah Ren , ups Kak Bian , Kak Awan aku pamit." Ucapku kemudian.

"Oke ndut." Jawab Kak Bian.

.
.
.

Sampai di kelas aku menceritakan semuanya pada Vanda . Mulai dari Kak Awan adalah orang yang dulu ku kagumi hingga tentang Kak Bian yang ternyata teman SMPku.

"Yaampun Nad , sumpah lo beruntung banget." Ucap Vanda.

"Kenapa emang?" Aku bertanya-tanya.

"Bisa kenal sama Kak Bian sama Kak Awan. Mereka itu anggota geng yang most di sekolah ini . Kak Bian itu ketuanya . Terus kalo Kak Awan yang paling pendiem." Cerocos Vanda.

Vanda terus menceramahiku tentang geng Kak Bian itu . Katanya ada 5 anggota , Kak Bian , Kak Awan , Kak Dava , Kak Satria , sama Kak Alan. Mereka adalah kumpulan cogan , bad tapi pinter , tambah anak orang kaya.

"Gue gak minat Pan." Jawabku malas.

"Kayaknya lo belum tau yang satu ini." Ucap Vanda menggebu gebu.

"Hm?" Tanyaku malas.

"Kak Awan sama Kak Alan itu kembar . Tapi sifat mereka berkebalikan . Kak Awan cuek dan otaknya agak lola gitu . Kalo Kak Alan lebih idaman. Kak Alan tuh ya badboy tapi pinter asyik lagi yaampun . " Ucap Vanda panjang lebar.

Hal yang mengenai Kak Awan membuatku tertarik. Dengan seksama aku mendengarkan ceramah Vanda dan mencatat hal hal yang penting tentang Kak Awan.

Tak terasa bel pulang telah berbunyi . Aku segera menaiki scoter peachku . Namun entah kesialan apalagi , kini ban scoterku bocor. Mau tak mau aku harus mencari bus , karena aku tidak membawa Handphone untuk minta dijemput.

Beberapa menit , bus tak kunjung datang . Padahal langit sangat mendung . Aku pun memutuskan untuk berjalan kaki . Kini hujan turun cukup deras . Seragam putih abu abu ku sudah basah kuyup . Namun aku tak peduli.

Aku melamun disepanjang perjalanan entah apa yang aku pikirkan hingga decitan mobil hampir menabrakku.

Aku menoleh ke belakang. Pengemudi itu turun mendekat kearahku . Ia mengenakan seragam sepertiku. Mungkin satu SMA batinku.

"Kalo jalan agak nepi ya mbak , untuk masih sempet ngerem." Ucapnya.

"Iya , maaf." Jawabku kemudian.

"Ngomong ngomong kenapa hujan hujanan? Gerah?." Tanya cowok itu polos.

"Buset masnya." Aku tertawa.
"Ban sepeda bocor , jalan deh." Imbuhku.

"Yaudah bareng aja yuk?." Ajaknya.

"Tapi arahnya kan lawanan mas gausah heheh." Tolakku.

"Gak papa , jalan jalan sekalian." Jawabnya simpul.

Akupun mengangguk dan menuju mobilnya.

"Btw kita satu sekolah ya? Kok gapernah ketemu?" Tanya nya.

"Saya kelas 10 kak." Ucapku sopan.

"Oh , kenalin gue Alan." Ucap nya mengulurkan tangan.

Alan? Kayaknya tadi Vanda pernah cerita tentang Alan Alan gitu ya? Aku bertanya-tanya.

Akupun membalas ulurannya.
"Nadia."

Dia pun mengangguk. Aku menggigil karena cuaca cukup dingin .

Tanpa ku ketahui , Kak Alan menyampirkan hoodie nya ke punggungku.

"Makasih kak , tapi nanti basah." Tolakku.

"Gapapa , dari pada lo mati kedinginan gimana?"

Akhirnya aku mengangguk pasrah. Dalam perjalanan Kak Alan selalu mempunyai topik untuk ngobrol denganku . Menurutku , Kak Alan yang merupakan Kembaran Kak Awan ini sangat berbeda. Kak Alan adalah tipe orang yang ceria dan humoris.

"Thanks kak." Ucapku ketika sudah sampai di depan rumah.

"Sama sama . See u di sekolah cantik." Ucapnya.

Aku menahan agar pipiku tak merona. Akupun mengangguk dan melambaikan tangan.

Ketika sampai diruang tamu , Papa dan Mama sudah duduk di sofa.

"Hai pah, mah. Tumben gak ada kerjaan?" Sapaku.

"Iya Sayang , istirahat bentar mau ngobrol sama anak mama yang cantik." Ucap Mamaku.

Akupun segera mengganti bajuku dan kembali ke ruang tamu.

"Gimana sekolahnya?" Tanya Papaku.

"Yagitu deh pa." Balasku.

"Anak temen Mama sekolah di sana juga loh Nad. Ganteng mereka. Tapi dua tingkat di atasmu. Kenal nggak?" Ucap mamaku.

"Siapa mah?" Tanyaku.

"Siapa Sam namanya? Sikembar itu loh." Tanya mama pada papa.

"Alan sama Awan kalo gak salah . Dulu sering main tenis sama Papa." Ucap papaku.

"Oh." Jawabku enteng.
"Hah?" Aku terkaget ketika sadar yang dimaksud adalah orang orang yang selama beberapa hari ini gentayangan di sekitarku.

"Nadia pucet gitu kenapa?" Tanya mamaku.

"E . Enggak mah."

"Yaudah sana istirahat. Sam kita lanjut yah. " ucap mamaku.

"Lanjut apa mah?" Tanyaku mulai berpikir yang aneh aneh.

"Dasar anak mama , pekerjaan Nad , ada klien . Jangan mikir macem macem deh." Ucap mama mengacak rambutku.

Papa juga ikut mengacak rambutku.

"Yaampun kalian ini , rambut Nadia kan jadi rusak gini." Ucapku melo.

Keduanya tertawa dan meninggalkanku sendiri . Aku pun segera menaiki tangga menuju kamarku.

"Huft" desahku.

"Kak Awan gak inget kali ya sama aku?" Tanyaku bermonolog.

"Emang lo siapanya Nad? Lagian yang suka sama Kak Awan juga banyak." Imbuhku.

Aku mengacak rambutku kasar.

"Eh tapi kak Alan asyik juga." Aku tersenyum.

"Yaampun Nad sejak kapan lo jadi boyo gini." Ucapku menepuk jidat.

Hal yang selanjutnya kulakukan hanyalah berguling guling dikasur. Hingga tak sadar aku tertidur tanpa makan , mandi dan lain lain.

Uimi☔[Arti]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang